• Ucapkan Salam

  • Zainal Abidin
    Email: zaint.ericx@yahoo.com Alamat:Kp.Poncol RT.04/08 Kel:Kamal Kec:Kalideres Jakarta Barat Fax:5561127
  • Waktu Kecil w

  • Fb W

  • Tentang W

    "Zaint ericx / Zainal Abidin and establish a nice friendship with the Muslim brotherhood brothers and sisters, even though we do not yet know sttus each other amongst us, do not like looking at someone from the physical, material and position ... Happy to accept criticism and advice which made ​​ericx inshaAllah motivation in life .. ericx a crotchety his sin, not knowledgeable .. And not siapa2 ... However ericx have the determination to slalu in the way of Allah and slalu want to celebrate what God blessed in life ericx .. "Do not ever hesitate to repent" "because God is merciful Supreme Ghofururohim .. more merciful ..."
  • Dzikir Dulu Yuk

  • BKPRMI KAMAL

    BKPRMI DEPKEL KAMAL JAKARTA-BARAT

  • Lambang BKPRMI

    Depkel Kamal Kec:Kalideres Jakarta Barat

    Depkel Kamal Kec:Kalideres Jakarta Barat

  • spiderman ajah Sholat,Lah Kita Ngapain Tuh?

    spiderman ajah Sholat,Lah Kita Lah Kita Ngapain Tuh?

  • Imam sedang mengatur shaf Shalatnya,sedangkan Ma'mummengikuti perintah sang imam

    Imam sedang mengatur shaf Shalatnya,sedangkan Ma'mum mengikuti perintah sang imam

  • My Fanz

    BKPRMI KAMAL


    zainal abidin

    -
    Zaint EricX

    -
    Gatex's Community


    Al-Athosiyyah -
    Rismada Poncol

    Majelis Rasulullah

    Nurul Musthofa

    Al-Idrisiyyah

  • Kalender Nasional

  • Kalender Islam

  • Nyeng Mampir

    free counters
  • Nyeng Gabung

    • 32.237 org
  • Login Acount

  • Thank you for visiting

Ahlus Sunnah Wal jama’ah(aswaja)

Bilakah lahirnya nama Ahlus Sunnah Waljamaah ?

 

Dahulu di zamaan Rasulullaah SAW. kaum muslimin dikenal bersatu, tidak ada golongan ini dan tidak ada golongan itu, tidak ada syiah ini dan tidak ada syiah itu, semua dibawah pimpinan dan komando Rasulullah SAW.

Bila ada masalah atau beda pendapat antara para sahabat, mereka langsung datang kepada Rasulullah SAW. itulah  yang membuat para sahabat saat itu tidak sampai terpecah belah, baik dalam masalah akidah, maupun dalam urusan duniawi.

Kemudian setelah  Rasulullah SAW. wafat, benih-benih perpecahan mulai tampak dan puncaknya terjadi saat Imam Ali kw. menjadi khalifah. Namun perpecahan tersebut hanya bersifat politik, sedang akidah mereka tetap satu yaitu akidah Islamiyah, meskipun saat itu benih-benih penyimpangan dalam akidah sudah mulai ditebarkan oleh Ibin Saba’, seorang yang dalam sejarah Islam dikenal sebagai pencetus faham Syiah (Rawafid).

Tapi setelah para sahabat wafat, benih-benih perpecahan dalam akidah tersebut mulai membesar, sehingga timbullah faham-faham yang bermacam-macam yang menyimpang dari ajaran Rasulullah SAW.

Saat itu muslimin terpecah dalam dua bagian, satu bagian dikenal sebagai golongan-golongan ahli bid’ah, atau kelompok-kelompok sempalan dalam Islam, seperti Mu’tazilah, Syiah (Rawafid), Khowarij dan lain-lain. Sedang bagian yang satu lagi adalah golongan terbesar, yaitu golongan orang-orang yang tetap berpegang teguh kepada apa-apa yang dikerjakan dan diyakini oleh Rasulullah SAW. bersama sahabat-sahabatnya.

Golongan yang terakhir inilah yang kemudian menamakan golongannya dan akidahnya Ahlus Sunnah Waljamaah. Jadi golongan Ahlus Sunnah Waljamaah adalah golongan yang mengikuti sunnah-sunnah nabi dan jamaatus shohabah.

Hal ini sesuai dengan hadist Rasulullah SAW : bahwa golongan yang selamat dan akan masuk surga (al-Firqah an Najiyah) adalah golongan yang mengikuti apa-apa yang aku (Rasulullah SAW) kerjakan bersama sahabat-sahabatku.

Dengan demikian akidah Ahlus Sunnah Waljamaah adalah akidah Islamiyah yang dibawa oleh Rasulullah  dan golongan Ahlus Sunnah Waljamaah adalah umat Islam.  Lebih jelasnya, Islam adalah Ahlus Sunnah Waljamaah dan Ahlus Sunnah Waljamaah itulah Islam. Sedang golongan-golongan ahli bid’ah, seperti Mu’tazilah, Syiah(Rawafid) dan lain-lain, adalah golongan yang menyimpang dari ajaran Rasulullah SAW yang berarti menyimpang dari ajaran Islam.

Dengan demikian akidah Ahlus Sunnah Waljamaah itu sudah ada sebelum Allah menciptakan Imam Ahmad, Imam Malik, Imam Syafii dan Imam Hambali. Begitu pula sebelum timbulnya ahli bid’ah atau sebelum timbulnya kelompok-kelompok sempalan.

Akhirnya yang perlu diperhatikan adalah, bahwa kita sepakat bahwa Ahlul Bait adalah orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi SAW. dan mereka tidak menyimpang dari ajaran nabi. Mereka tidak dari golongan ahli bid’ah, tapi dari golongan Ahlus Sunnah.

Demikian sekilas lahirnya nama Ahlus Sunnah Waljamaah.

PENJELASAN AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH AQIDAH YANG SHOHIH.

Assalamulaikum,

Alhamdulillah, di sini saya sertakan penerangan yang jelas dan lengkap tentang Ahlus Sunah Wal Jama’ah.Maklumat ini dikumpulkan daripada kitab-kitab para Ulama’ ASWJ.

Semoga kita semua kekal dalam Aqidah ASWJ yang shohih dan bukan seperti yang dicanang oleh sesetengah golongan ajaran sesat.

AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH: GOLONGAN YANG SELAMAT (al Firqah an-Najiyah)

Bersabda Junjungan Besar Nabi Muhammad SAW, maknanya:“dan sesungguhnya ummat ini akan terpecah menjadi 73 golongan, 72 di antaranya di neraka dan hanya satu yang di surga yaitu al-Jama’ah”. (H.R. Abu Dawud)

Akal adalah syahid (saksi dan bukti) akan kebenaran syara’. Inilah sebenarnya yang dilakukan oleh ulama tauhid atau ulama al-kalam (teologi). Yang mereka lakukan adalah taufiq (pemaduan) antara kebenaran syara’ dengan kebenaran akal, mengikuti jejak nabi Ibrahim -seperti dikisahkan al-Quran- ketika membantah raja Namrud dan kaumnya, di mana beliau menundukkan mereka dengan dalil akal. Fungsi akal dalam agama adalah sebagai saksi bagi kebenaran syara’ bukan sebagai peletak dasar bagi agama itu sendiri. Berbeza dengan golongan falsafah yang berbicara tentang Allah, malaikat dan banyak hal lainnya yang hanya berdasarkan penilaian akal semata-mata. Mereka menjadikan akal sebagai dasar agama tanpa memandang ajaran yang dibawa para nabi dan rasul.

Tuduhan kaum Musyabbihah dan Mujassimah iaitu kaum yang sama sekali tidak memfungsikan akal dalam agama, terhadap Ahlussunnah Wal Jamaah sebagai ’Aqlaniyyun (kaum yang hanya mengutamakan akal) atau sebagai kaum Mu’tazilah atau Afrakh al-Mu’tazilah (anak bibitan kaum Mu’tazilah) dengan alasan kerana menggunakan akal sebagai salah satu sumber utama, adalah tuduhan yang amat salah. Ini tidak ubah seperti kata pepatah arab “Qabihul Kalam Silahulliam” (kata-kata yang jelek adalah senjata para pengecut). Secara ringkas tetapi namun padat, kita ketengahkan pembahasan tentang Ahlussunnah sebagai al-Firqah an-Najiyah (golongan yang selamat), asal-usulnya, dasar-dasar ajaran dan sistemnya.

PENGENALAN DAN KRONOLOGI SEJARAH

Sejarah mencatat bahawa di kalangan umat Islam bermula dari abad-abad permulaan (mulai dari masa khalifah sayyidina Ali ibn Abi Thalib) sehinggalah sekarang terdapat banyak firqah (golongan) dalam masalah aqidah yang saling bertentangan di antara satu sama lain. Ini fakta yang tidak dapat dibantah. Bahkan dengan tegas dan jelas Rasulullah telah menjelaskan bahawa umatnya akan berpecah menjadi 73 golongan. Semua ini sudah tentunya dengan kehendak Allah dengan berbagai hikmah tersendiri, walaupun tidak kita ketahui secara pasti. Hanya Allah yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Namun Rasulullah juga telah menjelaskan jalan selamat yang harus kita ikuti dan panuti agar tidak terjerumus dalam kesesatan. Iaitu dengan mengikuti apa yang diyakini oleh al-Jama’ah; majoriti umat Islam. Karena Allah telah menjanjikan kepada Rasul-Nya,  Nabi Muhammad, bahawa umatnya tidak akan tersesat selama mana mereka berpegang teguh kepada apa yang disepakati oleh kebanyakan mereka. Allah tidak akan menyatukan mereka dalam kesesatan. Kesesatan akan menimpa mereka yang menyimpang dan memisahkan diri dari keyakinan majoriti.

Majoriti umat Muhammad dari dulu sampai sekarang adalah Ahlussunnah Wal Jama’ah. Mereka adalah para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam Ushul al-I’tiqad (dasar-dasar aqidah); iaitu Ushul al-Iman al-Sittah (dasar-dasar iman yang enam) yang disabdakan Rasulullah dalam hadith Jibril uang bermaksud : “Iman adalah engkau mempercayai Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab- kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir serta Qadar (ketentuan Allah); yang baik maupun buruk”. (H.R. al Bukhari dan Muslim)

Perihal al-Jama’ah dan pengertiannya sebagai majoriti umat Muhammad yang tidak lain adalah Ahlussunnah Wal Jama’ah tersebut dijelaskan oleh Rasulullah dalam sabdanya yang bermaksud: “Aku berwasiat kepada kalian untuk mengikuti sahabat-sahabatku, kemudian mengikuti orang-orang yang datang setelah mereka, kemudian mengikuti yang datang setelah mereka“. Dan termasuk rangkaian hadith ini: “Tetaplah bersama al-Jama’ah dan jauhi perpecahan karena syaitan akan menyertai orang yang sendiri. Dia (syaitan) dari dua orang akan lebih jauh, maka barang siapa menginginkan tempat lapang di syurga hendaklah ia berpegang teguh pada (keyakinan) al-Jama’ah”. (H.R. at-Tirmidzi; berkata hadith ini Hasan Shahih juga hadith ini dishahihkan oleh al-Hakim).

Al-Jama’ah dalam hadith ini tidak boleh diertikan dengan orang yang selalu melaksanakan solat dengan berjama’ah, jama’ah masjid tertentu. Konteks pembicaraan hadith ini jelas mengisyaratkan bahwa yang dimaksud al-Jama’ah adalah majoriti umat Muhammad dari sisi jumlah(‘adad). Penafsiran ini diperkuatkan juga oleh hadith yang dinyatakan di awal pembahasan. Iaitu hadith riwayat Abu Daud yang merupakan hadith Shahih Masyhur, diriwayatkan oleh lebih dari 10 orang sahabat. Hadith ini memberi kesaksian akan kebenaran majoriti umat Muhammad bukan kesesatan firqah-firqah yang menyimpang. Jumlah pengikut firqah-firqah yang menyimpang ini, jika dibandingkan dengan pengikut Ahlussunnah Wal Jama’ah sangatlah sedikit.  Seterusnya di kalangan Ahlussunnah Wal Jama’ah terdapat istilah yang popular iaitu “ulama salaf”. Mereka adalah orang-orang yang terbaik dari kalangan Ahlusssunnah Wal Jama’ah yang hidup pada 3 abad pertama hijriyah sebagaimana sabda nabi yang maknanya: “Sebaik-baik abad adalah abadku kemudian abad setelah mereka kemudian abad setelah mereka”. (H.R. Tirmidzi)

Pada masa ulama salaf ini, di sekitar tahun 260 H, mula tercetus bid’ah Mu’tazilah, Khawarij, Musyabbihah dan lain-lainnya dari kelompok-kelompok yang membuat fahaman atau mazhab baru. Kemudian muncullah dua imam muktabar pembela Aqidah Ahlussunnah iaitu Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari (W. 324 H) dan Imam Abu Manshur al-Maturidi (W. 333 H) –semoga Allah meridhai keduanya–menjelaskan aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah yang diyakini para sahabat Nabi Muhammad dan orang-orang yang mengikuti mereka, dengan mengemukakan dalil-dalil naqli (nas-nas al-Quran dan Hadith) dan dalil-dalil aqli (argumentasi rasional) disertaikan dengan bantahan-bantahan terhadap syubhat-syubhat (sesuatu yang dilontarkan untuk mengaburkan hal yang sebenarnya) golongan Mu’tazilah, Musyabbihah, Khawarij dan ahli bid’ah lainnya.

Disebabkan inilah Ahlussunnah dinisbahkan kepada keduanya. Mereka; Ahlussunnah Wal Jamaah akhirnya dikenali dengan nama al-Asy’ariyyun (para pengikut Imam Abu al-Hasan Asy’ari) dan al-Maturidiyyun (para pengikut Imam Abu Manshur al-Maturidi). Hal ini menunjukkan bahawa mereka adalah satu golongan iaitu al-Jama’ah. Kerana sebenarnya jalan yang ditempuhi oleh al-Asy’ari dan al-Maturidi dalam pokok aqidah adalah sama dan satu. Adapun perbezaan yang terjadi di antara keduanya hanyalah pada sebahagian masalah-masalah furu’ (cabang) aqidah. Hal tersebut tidak menjadikan keduanya saling berhujah dan berdebat atau saling menyesatkan, serta tidak menjadikan keduanya terlepas dari ikatan golongan yang selamat (al-Firqah al-Najiyah). Perbezaan antara al-Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah ini adalah seperti perselisihan yang terjadi di antara para sahabat nabi, tentang  adakah Rasulullah melihat Allah pada saat Mi’raj? Sebahagian sahabat, seperti ‘Aisyah dan Ibn Mas’ud mengatakan bahawa Rasulullah tidak melihat Tuhannya ketika Mi’raj. Sedangkan Abdullah ibn ‘Abbas mengatakan bahawa Rasulullah melihat Allah dengan hatinya. Allah memberi kemampuan melihat kepada hati Nabi Muhammad atau membuka hijab sehingga dapat melihat Allah. Namun demikian al-Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah ini tetap bersama atau bersefahaman dan sehaluan dalam dasar-dasar aqidah. Al-Hafiz Murtadha az-Zabidi (W. 1205 H) mengatakan:“Jika dikatakan Ahlussunnah wal Jama’ah, maka yang dimaksud adalah al-Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah “. (Al-Ithaf Syarah li Ihya Ulumuddin, juz 2 hlm 6)

Maka aqidah yang sebenar dan diyakini oleh para ulama salaf yang soleh adalah aqidah yang diyakini oleh al-Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah. Kerana sebenarnya keduanya hanyalah merumuskan serta membuat ringkasan yang mudah (method) dan menjelaskan aqidah yang diyakini oleh para nabi dan rasul serta para sahabat. Aqidah Ahlusssunnah adalah aqidah yang diyakini oleh ratusan juta umat Islam, mereka adalah para pengikut madzhab Syafi’i, Maliki, Hanafi, serta orang-orang yang utama dari madzhab Hanbali (Fudhala’ al-Hanabilah).

Aqidah ini diajarkan di pondok-pondok Ahlussunnah di negara kita Malaysia,Indonesia,Thailand dan lain-lainnya.Dan Alhamdulillah, aqidah ini juga diyakini oleh ratusan juta kaum muslimin di seluruh dunia seperti Brunei, India, Pakistan, Mesir (terutama al-Azhar), negara-negara Syam (Syria, Jordan, Lubnan dan Palestin), Maghribi,Yaman, Iraq, Turki, Chechnya, Afghanistan dan banyak lagi di negara-negara lainnya.

Maka wajib bagi kita untuk sentiasa memberi penuh perhatian dan serius dalam mendalami aqidah al- Firqah al-Najiyah yang merupakan aqidah golongan majoriti. Kerana ilmu aqidah adalah ilmu yang paling mulia, sebab ia menjelaskan pokok atau dasar agama. Abu Hanifah menamakan ilmu ini dengan al-Fiqh al-Akbar. Kerana mempelajari ilmu ini wajib diutamakan dari mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Setelah selesai atau khatam mempelajari ilmu ini barulah disusuli dengan ilmu-ilmu Islam yang lain. Inilah method yang diikuti para sahabat nabi dan ulama rabbaniyyun dari kalangan salaf maupun khalaf dalam mempelajari agama ini. Tradisi ini telah bermula dari zaman Rasulullah, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibn Umar dan Jundub, maknanya: “Kami ketika remaja saat mendekati baligh- bersama Rasulullah mempelajari iman (tauhid) dan belum mepelajari al-Qur’an. Kemudian kami mempelajari al-Qur’an maka bertambahlah keimanan kami”. (H.R. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh al-Hafidz al-Bushiri).

Ilmu aqidah juga disebut dengan ilmu kalam. Hal ini kerana ramainya golongan yang menyalahgunakan nama Islam namun menentang aqidah Islam yang sebenar dan banyaknya kalam (argumentasi) dari setiap golongan untukmembela aqidah mereka yang sesat. Tidak semua ilmu kalam itu tercela, sebagaimana dikatakan oleh golongan Musyabbihah (kelompok yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Akan tetapi ilmu kalam terbahagi menjadi dua bahagian ; ilmu kalam yang terpuji dan ilmukalam yang tercela. Ilmu kalam yang kedua inilah yang menyalahi aqidah Islam kerana dikarang dan dipelopori oleh golongan-golongan yang sesat seperti Mu’tazilah, Musyabbihah (golongan yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, sepeti kaum Wahabiyyah) dan ahli bid’ah lainnya. Adapun ilmu kalam yang terpuji ialah ilmu kalam yang dipelajari oleh Ahlussunah untuk membantah golongan yang sesat. Dikatakan terpuji kerana pada hakikatnya ilmu kalam Ahlussunnah adalah taqrir dan penyajian prinsip-prinsip aqidah dalam formatnya yang sistematik dan argumentatif; dilengkapi dengan dalil-dalil naqli dan aqli. Dasar-dasar ilmu kalam ini telah wujud di kalangan para sahabat. Di antaranya, Imam Ali ibn Abi Thalib dengan argumentasinya yang kukuh dapat mengalahkan golongan Khawarij, Mu’tazilah dan juga dapat membantah empat puluh orang yahudi yang meyakini bahwa Allah adalah jisim (benda). Demikian pula Abdullah ibn Abbas, Al-Hasan ibn Ali ibn Abi Thalib dan Abdullah ibn Umar juga membantah kaum Mu’tazilah. Sementara dari kalangan tabi’in; Imam al-Hasan al-Bashri, Imam al-Hasan ibn Muhamad ibn al-Hanafiyyah; cucu Saidina Ali ibn Abi Thalib dan khalifah Umar ibn Abdul Aziz juga pernah membantah kaum Mu’tazilah. Kemudian juga para imam dari empat mazhab; Imam Syafi’i, Imam Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad juga menekuni dan menguasai ilmu kalam ini. Sebagaimana dinukilkan oleh al-Imam Abu Manshur al-Baghdadi (W 429 H) dalam kitab Ushul ad-Din, al-Hafizh Abu al-Qasim ibn ‘Asakir (W 571 H) dalam kitab Tabyin Kadzib al Muftari, al-Imam az-Zarkasyi (W 794 H) dalam kitab Tasynif al-Masami’ dan al ‘Allamah al Bayyadli (W 1098 H) dalam kitab Isyarat al-Maram dan lain-lain. Allah berfirman yang bermaksud: “Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah dan mohonlah ampun atas dosamu”. (Muhammad :19) Ayat ini sangat jelas mengisyaratkan keutamaan ilmu ushul atau tauhid. Yaitu dengan menyebut kalimah tauhid (la ilaha illallah) lebih dahulu dari pada perintah untuk beristighfar yang merupakan furu’ (cabang) agama. Ketika Rasulullah ditanya tentang sebaik-baiknya perbuatan, beliau Menjawab,maknanya: “Iman kepada Allah dan rasul-Nya”. (H.R. Bukhari) Bahkan dalam sebuah hadits Rasulullah mengkhususkan dirinya sebagai orang yang paling mengerti dan faham ilmu tauhid, beliau bersabda,maknanya: “Akulah yang paling mengerti di antara kalian tentang Allah dan paling takut kepada-Nya”. (H.R. Bukhari)

Kerana itu, sangat banyak ulama yang menulis kitab-kitab khusus mengenai penjelasan aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah ini. Seperti Risalah al-’Aqidah ath-Thahawiyyah karya al-Imam as-Salafi Abu Ja’far ath-Thahawi (W 321 H), kitab al‘Aqidah an-Nasafiyyah karangan al Imam ‘Umar an-Nasafi (W 537 H), al-‘Aqidah al-Mursyidah karangan al-Imam Fakhr ad-Din ibn ‘Asakir (W 630 H), al ‘Aqidah ash-Shalahiyyah yang ditulis oleh al-Imam Muhammad ibn Hibatillah al-Makki (W 599H); beliau menamakannya Hadaiq al-Fushul wa Jawahir al Uqul, kemudian menghadiahkan karyanya ini kepada sultan Shalahuddin al-Ayyubi (W 589 H).

Tentang risalah aqidah yang terakhir disebutkan, sultan Shalahuddin sangat tertarik dengannya hingga beliau memerintahkan untuk diajarkan sampai kepada anak-anak kecil di madrasah-madrasah, yang akhirnya risalah aqidah tersebut dikenal dengan nama al ‘Aqidah ash-Shalahiyyah. Sultan Shalahuddin adalah seorang ‘alim yang bermadzhab Syafi’i, mempunyai perhatian khusus dalam menyebarkan al ‘Aqidah as-Sunniyyah. Beliau memerintahkan para muadzdzin untuk mengumandangkan al ‘Aqidah as-Sunniyyah di waktu tasbih (sebelum adzan shubuh) pada setiap malam di Mesir, seluruh negara Syam (Syiria, Yordania, Palestina dan Lebanon), Mekkah, Madinah, dan Yaman sebagaimana dikemukakan oleh al Hafizh as-Suyuthi (W 911 H) dalam al Wasa-il ila Musamarah al Awa-il dan lainnya. Sebagaimana banyak terdapat buku-buku yang telah dikarang dalam menjelaskan al ‘Aqidah as-Sunniyyah dan senantiasa penulisan itu terus berlangsung. Kita memohon kepada Allah semoga kita meninggal dunia dengan membawa aqidah Ahlissunah Wal Jamaah yang merupakan aqidah para nabi dan rasul Allah. Amin.

PANDANGAN JUMHUR ULAMA TENTANG AQIDAH ASY’ARIYYAH; AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH

As-Subki dalam Thabaqatnya berkata: “Ketahuilah bahwa Abu al-Hasan al-Asy’ari tidak membawa ajaran baru atau madzhab baru, beliau hanya menegaskan kembali madzhab salaf, menghidupkan ajaran-ajaran sahabat Rasulullah. Penisbatan nama kepadanya kerana beliau konsisten dalam berpegang teguh ajaran salaf, hujjah (argumentasi) yang beliau gunakan sebagai landasan kebenaran aqidahnya juga tidak keluar dari apa yang menjadi hujjah para pendahulunya, kerananya para pengikutnya kemudian disebut Asy’ariyyah. Abu al-Hasan al-Asy’ari bukanlah ulama yang pertama kali berbicara tentang Ahlussunnah wal Jama’ah, ulama-ulama sebelumya juga banyak berbicara tentang Ahlussunnah wal Jama’ah. Beliau hanya lebih memperkuat ajaran salaf itu dengan argumen-argumen yang kuat. Bukankah penduduk kota Madinah banyak dinisbatkan kepada Imam Malik, dan pengikutnya disebut al Maliki. Ini bukan berarti Imam Malik membawa ajaran baru yang sama sekali tidak ada pada para ulama sebelumnya, melainkan karena Imam Malik menjelaskan ajaran-ajaran lama dengan penjelasan yang lebih terang, jelas dan sistematis demikian juga yang dilakukan oleh Abu al-Hasan al-Asy’ari”.

Habib Abdullah ibn Alawi al-Haddad menegaskan bahwa “kelompok yang benar adalah kelompok Asy’ariyah yang dinisbatkan kepada Imam Asy’ari. Aqidahnya juga aqidah para sahabat dan tabi’in, aqidah ahlul haqq dalam setiap masa dan tempat, aqidahnya juga menjadi aqidah kaum sufi sejati. Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Imam Abul Qasim al-Qusyayri. Dan Alhamdulillah aqidahnya juga menjadi aqidah kami dan saudara-saudara kami dari kalangan habaib yang dikenal dengan keluarga Abu Alawi, juga aqidah para pendahulu kita. Kemudian beliau melantunkan satu bait sya’ir:

وكن أشعريا في اعتقادك إنه هو المنهل الصافي عن الزيغ والكفر “Jadilah pengikut al Asy’ari dalam aqidahmu, karena ajarannya adalah sumber yangbersih dari kesesatan dan kekufuran”.

Ibnu ‘Abidin al Hanafi mengatakan dalam Hasyiyah Radd al Muhtar ‘ala ad-Durr al Mukhtar : “Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah al Asya’irah dan al Maturidiyyah”. Dalam kitab ‘Uqud al Almas al Habib Abdullah Alaydrus al Akbar mengatakan : “Aqidahku adalah aqidah Asy’ariyyah Hasyimiyyah Syar’iyyah sebagaimana Aqidah para ulama madzhab syafi’i dan Kaum Ahlussunnah Shufiyyah”. Bahkan jauh sebelum mereka ini Al-Imam al ‘Izz ibn Abd as-Salam mengemukakan bahawa aqidah al Asy’ariyyah disepakati oleh kalangan pengikut madzhab Syafi’i, madzhab Maliki, madzhab Hanafi dan orang-orang utama dari madzhab Hanbali (Fudlala al-Hanabilah). Apa yang dikemukakan oleh al ‘Izz ibn Abd as-Salam ini disetujui oleh para ulama di masanya, seperti Abu ‘Amr Ibn al Hajib (pimpinan ulama Madzhab Maliki di masanya), Jamaluddin al Hushayri pimpinan ulama Madzhab Hanafi di masanya, juga disetujui oleh al Imam at-Taqiyy as-Subki sebagaimana dinukil oleh putranya Tajuddin as-Subki.

GARIS PANDUAN AQIDAH ASY’ARIYYAH

Secara garis besar aqidah asy’ari yang juga merupakan aqidah ahlussunnah wal jama’ah adalah meyakini bahwa Allah ta’ala maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya, Allah bukanlah benda yang boleh digambarkan, dan juga bukan benda yang berbentuk dan berukuran. Allah tidak serupa dengan sesuatupun dari makhluk-Nya (laysa kamitslihi syai’). Allah ada dan tidak ada permulaan atau penghabisan bagi kewujudan-Nya, Allah maha kuasa dan tidak ada yang melemahkan-Nya, serta Allah tidak diliputi arah. Allah ada sebelum menciptakan tempat tanpa tempat, Allah wujud setelah menciptakan tempat dan tanpa bertempat. tidak boleh ditanyakan tentangnya bila, dimana dan bagaimana ada-Nya. Allah ada tanpa terikat oleh masa dan tempat. Maha suci Allah dari bentuk (batasan), batas akhir, sisi-sisi, anggota badan yang besar dan anggota badan yang kecil. Allah tidak diliputi satu arah atau enam arah penjuru. Allah tidak seperti makhluk-Nya. Allah maha suci dari duduk, bersentuhan, bersemayam, menyatu dengan makhluk-Nya, berpindah-pindah dan sifat-sifat makhluk lainnya. Allah tidak terjangkau oleh fikiran dan tidak terbayang dalam ingatan, kerana apapun yang terbayang dalam benakmu maka Allah tidak seperti itu. Allah maha hidup, maha mengetahui, maha kuasa, maha mendengar dan maha melihat. Allah berbicara dengan kalam-Nya yang azali sebagaimana sifat-sifat-Nya yang lain juga azali, kerana Allah berbeza dengan semua makhluk-Nya dalam dzat, sifat dan perbuatan-Nya. Barang siapa menyifati Allah dengan sifat makhluknya sungguh dia telah kafir. Allah yang telah menciptakan makhluk dan perbuatan-perbuatan-Nya, Alah juga yang menentukan rezeki dan ajal mereka. Tidak ada yang boleh menolak ketentuan-Nya dan tidak ada yang boleh menghalangi pemberian-Nya. Allah berbuat dalam kerajaan-Nya ini apa yang Allah kehendaki. Allah tidak ditanya perihal perbuatan-Nya melainkan hamba-Nyalah yang akan diminta dipertanggungjawakan atas segala perbuatan-Nya. Apa yang Allah kehendaki pasti terlaksana dan yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi. Allah bersifat dengan kesempurnaan yang pantas bagi-Nya dan Allah maha suci dari segala bentuk kekurangan. Nabi Muhammad adalah penutup para nabi dan penghulu para rasul. Nabi Muhammad diutuskan oleh Allah ke muka bumi ini untuk semua penduduk bumi, jin maupun manusia. Nabi Muhammad jujur dalam setiap apa yang disampaikannya.

Ahlussunnah Wal Jama’ah, Siapakah Mereka?

Posted by abuamincepu pada Juli 3, 2009

Oleh
Al-Ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi
Mengetahui siapa Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah perkara yang sangat penting dan salah satu bekal yang harus ada pada setiap muslim yang menghendaki kebenaran sehingga dalam perjalanannya di muka bumi ia berada di atas pijakan yang benar dan jalan yang lurus dalam menyembah Allah Subhanahu wata’ala sesuai dengan tuntunan syariat yang hakiki yang dibawa oleh Rasulullah shalallahu ‘alai wassallam empat belas abad yang lalu.
 Pengenalan akan siapa sebenarnya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah telah ditekankan sejak jauh-jauh hari oleh Rasulullah r kepada para sahabatnya ketika beliau berkata kepada mereka :
 افْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَإِنَّ أُمَّتِيْ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً وَهِيَ الْجَمَاعَةُ
“Telah terpecah orang–orang Yahudi menjadi tujuh puluh satu firqoh (golongan) dan telah terpecah orang-orang Nashoro menjadi tujuh puluh dua firqoh dan sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga firqoh semuanya dalam neraka kecuali satu dan ia adalah Al-Jama’ah”. Hadits shohih dishohihkan oleh oleh Syaikh Al-Albany dalam Dzilalil Jannah dan Syaikh Muqbil dalam Ash-Shohih Al-Musnad Mimma Laisa Fi Ash-Shohihain -rahimahumullahu-.
 Demikianlah umat ini akan terpecah, dan kebenaran sabda beliau telah kita saksikan pada zaman ini yang mana hal tersebut merupakan suatu ketentuan yang telah ditakdirkan oleh Allah I Yang Maha Kuasa dan merupakan kehendak-Nya yang harus terlaksana dan Allah I Maha Mempunyai Hikmah dibelakang hal tersebut.
 Syaikh Sholeh bin Fauzan Al-Fauzan -hafidzahullahu- menjelaskan hikmah terjadinya perpecahan dan perselisihan tersebut dalam kitab Lumhatun ‘Anil Firaq cet. Darus Salaf hal.23-24 beliau berkata : “(Perpecahan dan perselisihan-ed.) merupakan hikmah dari Allah I guna menguji hamba-hambaNya hingga nampaklah siapa yang mencari kebenaran dan siapa yang lebih mementingkan hawa nafsu dan sikap fanatisme.
Allah  berfirman :
ألم أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُوْلُوْا آمَنَّا وَهُمْ لاَ يُفْتَنُون وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِين َ(العنكبوت 1-3)
“Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (begitu saja) mengatakan : “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sungguh Allah Maha Mengetahui orang-orang yang benar dan sungguh Dia Maha Mengetahui orang-orang yang dusta”. (QS. Al-‘Ankabut : 29 / 1-3).
Dan Allah  berfirman  :
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلاَ يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ إِلاَّ مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ  (هود : 118-119)
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan : “Sesungguhnya Aku akan memenuhi Neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya”. (QS. Hud : 10 / 118-119)
وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدَى فَلاَ تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ (اللأنعام : 35)
“Dan kalau Allah menghendaki tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk, sebab itu janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil”. (QS. Al-‘An’am : 6 / 35).”
Dan Allah ’Azza wa Jalla Maha Bijaksana dan Maha Merahmati hambaNya. Jalan kebenaran telah dijelaskan dengan sejelas-jelasnya sebagaimana dalam sabda Rasululullah r :
قَدْْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْمَحَجَّةِ الْبَيْضَاءِ لَيْلِهَا كَنَهَارِهَا لاَ يَزِيْغُ عَنْهَا بَعْدِيْ إِلاَّ هَالِكٌ
“Sungguh saya telah meninggalkan kalian di atas petunjuk yang sangat terang malamnya seperti waktu siangnya tidaklah menyimpang darinya setelahku kecuali orang yang binasa”. Hadits Shohih dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Dzilalul Jannah.
Dan dalam hadits ‘Abdullah bin Mas’ud -radhiyallahu ‘anhu-  :
خَطَّ لَنَا رَسُوْلُ اللهِ  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ    يَوْمًا خَطًّا ثُمَّ قَالَ هَذَا سَبِيْلُ اللهِ ثُمَّ خَطَّ خُطُوْطًا عَنْ يَمِيْنِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ هَذِهِ سُبُلٌ عَلَى كُلِّ سَبِيْلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُوْ إِلَيْهِ ثُمَّ تَلاَ ] وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِيْ مُسْتَقِيْمًا فَاتَّبِعُوْهُ وَلاَ تَتَّبِعُوْا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهِ      [
“Pada suatu hari Rasulullah r menggaris di depan kami satu garisan lalu beliau berkata : “Ini adalah jalan Allah”. Kemudian beliau menggaris beberapa garis di sebelah kanan dan kirinya lalu beliau berkata : “Ini adalah jalan-jalan, yang di atas setiap jalan ada syaithon menyeru kepadanya”. Kemudian beliau membaca (ayat) : “Dan sesungguhnya ini adalah jalanKu maka ikutilah jalan itu dan jangan kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain) maka kalian akan terpecah dari jalanNya”.
Dikutip Dari:http://an-nashihah.com/index.php?mod=article&cat=Manhaj&article=63
One blogger likes this post.
  • fauzanfnr2

Entri ini dituliskan pada Juli 3, 2009 pada 8.18 dan disimpan dalam Akidah,Manhaj,Tauhid. Anda bisa mengikuti setiap tanggapan atas artikel ini melalui RSS 2.0 pengumpan. Anda bisa tinggalkan tanggapan, atau lacak tautan dari situsmu sendiri.

38 Tanggapan to “Ahlussunnah Wal Jama’ah, Siapakah Mereka?”

  1. roney22 berkata

    Juli 3, 2009 pada 8.18 tidak ada penjelasan yang detail secara wacana tulisan ente(antum), bentuknya saya nilai terlalu normatif dan tekstual belaka. kalau di Indonesia sudah jelas yaitu Nahdhatul Ulama (NU), bukan karena pengakuan semata mereka, akan tetapi ciri cirinya menunjukkan seperti itu.

    Pengunjung Mas Roniy, Apakah antum minta dijelaskan mana yang kurang detail dan perlu dijelaskan lagi? karena ana menilai pembaca belum memahami penafsiran hadits yang kami usung dalam tulisan ini akan tetapi sudah menetapkan contoh siapa Ahlu Sunnah Duluan.Tafzdol dibaca dengan seksama .

    Ya mas roniy, apakah yang antum maksud dengan ciri-ciri yang ada pada NU adalah tahlilan? atau bancakan 3 Hari, 7hari, Atau 100 hari? atau Mitoni yang sedang hamil 7 bulanan? atau membawa biji bijian yang dikalungkan?Atau Hari Ulang Tahun Nabi?atau mungkin membuat partai dan kelompok?atau mungkin istighosah dengan selingan manakip Syaikh Abdul Qodir Jaelaniy? antum perhatikan perkataan syaikh abdul qodir jaelaniy sendiri dibawah ini bagaimana beliau menuturkan siapa Ahlu Sunnah:

    و قال الشيخ عبد القادر الجيلاني في كتابه “الغُنية” : أما الفرقة الناجية فهي أهل السنة و الجماعة ، و أهل السنة لا اسم لهم إلا اسم واحد و هو أصحاب الحديث.

    Syaikh Abdul Qadir Jailani dalam kitabnya Al-Ghunyah Berkata: ” adapun Golongan Yang Selamat yaitu Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Dan Ahlus Sunnah, tidak ada nama lain bagi mereka kecuali satu nama, yaitu Ashhabul Hadits (para ahli hadits).”

    Duhai Mas Roniy semua pengunjung disini Insyalloh juga faham dan bisa menilai apakah ini (( tahlilan? atau bancakan 3 Hari, 7hari, Atau 100 hari? atau Mitoni yang sedang hamil 7 bulanan? atau membawa biji bijian yang dikalungkan?Atau Hari Ulang Tahun Nabi?atau mungkin membuat partai dan kelompok?atau mungkin istighosah dengan selingan manakip Syaikh Abdul Qodir Jaelaniy?)) yang ana tanyakan kepada antum apakah merupakah ciri-ciri ahlu hadits atau ciri ciri mereka yang hanya mengaku ahlu sunnah.

    Mas Namanya Ahlus sunnah itu amalanya sesuai dengan sunnah nabiy dan menjunjung hadits nabiy sholollohualaihi wassalam yang shahih dalam kehidupanya, budi pekertinya, dan semua amalanya disesuaikan dengan apa yang dibawa nabiy sholollohuaam, bukan malah berlainan dengannya bahkan menyelisihinya atau berlawanan dengan sunnahnya, Kalau kita mau jujur insyalloh akan diberikan berkah Oleh Alloh Tabaroka wa ta’ala, Ana sendiri pernah nyantri di Yayasan Ma’arif NU mas selama 3 tahun, jadi kuharap kita semua jujur dengan keadaan yang ada pada kita apakah sesuai dengan sunnah atau tidak.Tafadzol antum perhatikan ciri-ciri ahlu sunnah dibawah ini.

    ~ANA JELASKAN CIRI-CIRI AHLU SUNNAH, MOHON ANTUM PERHATIKAN CIRI-CIRI DENGAN SEKSAMA DAN SAMBIL KITA SEMUA MUHASABAH DIRI :

    1. الفرقة الناجية : هي التي تلتزم منهاج رسول الله صلى الله عليه و سلم في حياته، و منهاج أصحابه من بعده ،

    Golongan Yang Selamat ialah golongan yang setia mengikuti manhaj Rasulullah dalam hidupnya, serta manhaj para sahabat sesudahnya

    و هو القرآن الكريم الذي أنزله الله على رسوله، و بينه لصحابته في أحاديثه الصحيحة ،

    Yaitu Al-Qur’anul Karim yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, yang beliau jelaskan

    kepada para sahabatnya dalam hadits-hadits shahih

    و أمر المسلمين بالتمسك بهما

    Beliau memerintahkan umat Islam agar berpegang teguh kepa-da keduanya:

    فقال : “تركتُ فيكم شيئين لن تضلوا بعدهما : كتاب الله و سنتي، و لن يتفرقا حتى يردا عليّ الحوض ” (صححه الألباني في الجامع)

    “Aku tinggalkan padamu dua perkara yang kalian tidak akan tersesat

    apabila (berpegang teguh) kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. Tidak akan bercerai-berai sehingga kedua-nya menghantarku ke telaga (Surga).”

    (Di-shahih-kan Al-Albani dalam kitab Shahihul Jami’)

    2. الفرقة الناجية تعود إلى كلام الله و رسوله حين التنازع و الاختلاف عملا بقوله تعالى :

    Golongan Yang Selamat akan kembali (merujuk)kepada Kalamullah dan RasulNya tatkala terjadiperselisihan dan pertentangan di antara mereka, sebagai realisasi dari firman Allah:

    “فإنْ تنازعتُم في شيء فرُدُّوه إلى الله و الرسول إنْ كنتم تؤمنون بالله و اليوم الآخر ، ذلك خير و أحسن تأويلا” (سورة النساء)

    “Kemudian jika kamu berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian.Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

    “(An-Nisaa’: 59)

    و قال تعالى:” فلا و ربك لا يؤمنون حتى يحكموك فيما شجر بينهم ، ثم لا يجدوا في أنفسهم حرجا مما قضيت و يثسلّموا تسليما” (سورة النساء)

    “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan

    mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An-Nisaa’: 65)

    3. الفرقة الناجية لا تُقدم كلام أحد على كلام الله و رسوله،عملا بقواه تعالى :

    Golongan Yang Selamat tidak mendahulukan perkataan se-seorang atas Kalamullah dan RasulNya,realisasi dari firman Allah:

    ”يا أيها الذين آمنوا لا تُقدِّموا بين يدَيِ الله و رسولِه ، و اتقوا الله إن الله سميعٌ عليم ” (سورة الحجرات)

    “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Hu-jurat:1)

    و قال ابن عباس : أراهم سيهلكون ! أقول : قال النبي صلى الله عليه و سلم ، و يقولون : قال أبو بكر و عمر(رواه أحمد و غيره، و صححه أحمد شاكر)

    “Aku mengira mereka akan binasa. Aku mengatakan, ‘Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, sedang mereka mengatakan, ‘Abu Bakar dan Umar berkata’.” (HR. Ahmad dan Ibnu ‘Abdil Barr)

    4. الفرقة الناجية تعتبر التوحيد ،

    Golongan Yang Selamat senantiasa menjaga kemurnian tauhid

    و هو إفراد الله بالعبادة كالدعاء و الاستعانة و الاستغاثة وقت الشدة و الرخاء ، و الذبح و النذر ، و التوطل و الحكم بما أنزل الله ، و غير ذلك من أنواع العبادة هو الأساس الذي تبنى عليه الدولة الإسلامية الصحيحة

    Mengesakan Allah dengan beribadah, berdo’a dan memohon per-tolongan –baik dalam masa sulit maupun lapang,menyembelih kurban, bernadzar, tawakkal, berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah dan berbagai bentuk ibadah lain

    yang semuanya menjadi dasar bagi tegaknya Daulah Islamiyah yang benar

    ، و لا بد من إبعاد الشرك و مظاهره الموجودة في أكثر البلاد الاسلامية، لأنه من مقتضيات التوحيد ،

    Menjauhi dan membasmi berbagai bentuk syirik dengan segala simbol-simbolnya yang banyak ditemui dinegara-negara Islam, sebab hal itu merupakan konsekuensi tauhid

    و لا يمكن النصر لأي جماعة تُهمل التوحيد ، و لا تكافح الشرك بأنواعه، أسوة بالرسل جميعا و برسولنا الكريم صلوات الله و سلامه عليهم أجمعين.

    Dan sungguh, suatu golongan tidak mungkin mencapai kemenangan jika ia meremehkan masalah tauhid, tidak membendung dan memerangi syirik dengan segala bentuknya.

    5. الفرقة الناجية : يحيون سُنن الرسول صلى الله علسه و سلم في عبادتهم و سلوكهم و حياتهم فأصبحوا غرباءبين قومهم ،

    Golongan Yang Selamat senang menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah, baik dalam ibadah, perilaku dan dalam segenap hidupnya Karena itu mereka menjadi orang-orang asing di tengah kaumnya

    كما أخبر عنهم رسول الله صلى الله عليه و سلم بقوله :

    Sebagaimana disabdakan oleh Nabi Shollollohualaihi Wassalam:

    “إن الاسلام بدأ غريبا و سيعود غريبا كما بدأ ، فطوبى للغرباء” (رواه مسلم)

    “Sesungguhnya Islam pada permulaannya adalah asing dan akan kembali menjadi asing seperti pada permulaannya. Maka keuntungan besar bagi orang-orang yang asing.” (HR. Muslim)

    Tambahan : Dalam riwayat lain disebutkan: “Dan keuntungan besar bagi orang-orang yang asing. Yaitu orang-orang yang (tetap) berbuat baik ketika manusia sudah rusak.” (Al-Albani berkata, “Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Amr Ad-Dani dengan sanad shahih”)

    6. الفرقة الناجية : لا تتعصب إلا لكلام الله و كلام رسوله المعصوم الذي لا ينطق عن الهوى،

    Golongan Yang Selamat tidak berpegang kecuali kepada Kalamullah dan Kalam RasulNya yang maksum, yang ber-bicara dengan tidak mengikuti hawa nafsu.

    أما غيره من البشر مهما عَلتْ رتبته ، فقد يخطئ لقوله صلى الله عليه و سلم :

    Adapun manusia selainnya, betapapun tinggi derajatnya, terkadang ia melakukan kesalahan, sebagaimana sabda Nabi :

    ” كلّ بني آدم خطاء و خير الخطائين التوابون”

    “Setiap bani Adam (pernah) melakukan kesalahan, dan sebaik baik orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang bertaubat.” (Hadits hasan riwayat

    Imam Ahmad)

    7. الفرقة الناجية : هم أهل الحديث الذين قال رسول الله صلى الله عليه و سلم فيهم : “لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين على الحق ، لا يضرهم من خذلهم حتى يأتي أمر الله ” (رواه مسلم)
    Golongan Yang Selamat adalah para ahli hadits.
    Tentang mereka Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
    “Senantiasa ada segolongan dari umatku yang memperjuangkan kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menghinakan mereka sehingga datang keputusan Allah.” (HR. Muslim)
    Sebagaimana Firman Allhu Jalla Wa’la :
    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلاَ يَخَافُونَ لَوْمَةَ لاَئِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (المائدة: 54).
    Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.
    و قال الشاعر : أهل الحديث همُ أهل النبيِّ و إنلم يصحبوا نفسه. أنفاسه صَحِبوا
    Seorang penyair berkata, “Ahli hadits itu, mereka ahli (keluarga) Nabi, sekalipun mereka tidak bergaul dengan Nabi, tetapi jiwa/Nafas mereka bergaul dengannya.

    8. الفرقة الناجية : تحترم الأئمة المجتهدين ، ولا تتعصب لواحد منهم
    Golongan Yang Selamat menghormati para imam mujtahidin, tidak fanatik terhadap salah seorang di antara mereka.
    ، بل تأخذ الفقه من القرآن و الأحاديث الصحيحة ، و من أقوالهم جميعا إذا وافق الحديث الصحيح ،
    Tapi Golongan Yang Selamat mengambil fiqh (pemahaman hukum-hukum Islam) dari
    Al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih serta Mengambil pendapat-pendapat imam mujtahidin yang sejalan dengan hadits shahih.
    و هذا موافق لكلامهم ، حيث أوصوا أتباعهم أن يأخذوا بالحديث الصحيح ، و يتركوا كل قول يخالفه.
    Hal ini sesuai dengan wasiat mereka, yang menganjurkan agar para pengikutnya mengambil hadits shahih, dan meninggalkan setiap pendapat yang bertentangan dengannya.

    9. الفرقة الناجية تأمر بالمعروف، و تنهى عن المنكر، فهي تنكر الطُرق المبتدعة و الأحزاب الهدامة التي فرقت الأمة ، و ابتدعت في الدين و ابتعدت عن سنة الرسول صلى الله عليه و سلم و أصحابه .
    Golongan Yang Selamat menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.
    Mereka melarang segala jalan bid’ah dan sekte-sekte yang menghancurkan serta memecah belah umat. Baik bid’ah dalam hal agama maupun dalam menjauhkan dari sunnah Rasul dan para sahabatnya
    10. الفرقة الناجية تدعو المسلمين أن يكونوا من المتمسكين بسنة الرسول صلى الله عليه و سلم و أصحابه
    Golongan Yang Selamat mengajak seluruh umat Islam agar berpegang teguh kepada sunnah Rasul dan para sahabatnya.
    حتى يكتب لهم النصر ، و حتى يدخلوا الجنة بفضل الله و شفاعة رسوله صلى الله عليه و سلم (بإذنه عز و جل).
    Sehingga mereka mendapatkan pertolongan dan masuk Surga atas anugerah Allah dan syafa’at Rasulullah dengan izin Allah.
    11. الفرقة الناجية : تنكر القوانين الوضعية التي هي من وَضع البشر ، لمخالفتها حكم الإسلام
    Golongan Yang Selamat mengingkari peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh manusia, Kenapa? karena undang-undang tersebut bertentangan dengan ajaran Islam.
    ، و تدعو إلى تحكيم كتاب الله الذي أنزله الله لسعادة البشر في الدنيا و الآخرة
    Golongan Yang Selamat mengajak
    manusia berhukum kepada Kitabullah yang diturunkan Allah untuk kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat.
    ، و هو أعلم سبحانهو تعالى بما يصلح لهم ، و هو ثابت لا تتبدل أحكامه على مدى الأيام ، و لا يتطور حسب الزمان
    Dan Allah Maha Mengetahui sesuatu yang lebih baik/manfaat bagi mereka. Hukum-hukumNya abadi sepanjang masa, cocok dan relevan bagi penghuni bumi sepanjang zaman.
    ، و إن سبب شقاء العالم عامة و العالم الإسلامي خاصة و ما يلاقيه من متاعب و ذل و هوان – هو تركه الحكم لكتاب الله و سنة رسوله صلى الله عليه و سلم ،)
    Sungguh, sebab kesengsaraan dunia, dan mundurnya khususnya dunia Islam dan yang menimpa mereka dari perkara yang mencapekkan seperti kemrosotan umat, adalah karena mereka meninggalkan hukum-hukum Kitabullah dan sunnah Rasulullah.
    و لا عِزّ للمسلمين إلا بالرجوع إلى تعاليم الإسلام أفرادا و جماعات، و حكومات، عملا بقوله تعالى:
    “إن الله لا يُغيّرُ ما بقوم حتى يُغيّروا ما بأنفسهم” (سورة الرعد
    Umat Islam tidak akan jaya dan mulia kecuali dengan kembali kepada ajaran-ajaran Islam, baik secara pribadi, kelompok maupun secara pemerintahan. Kembali kepada hukum-hukum Kitabullah, sebagai realisasi dari firmanNya:”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Ar-Ra’ad: 11)

    12. الفرقة الناجية : تدعو المسلمين جميعا. إلى الجهاد في سبيل الله و هو واجب على كل مسلم . حسب طاقته و استطاعته، و يكون الجهاد بما يلي :
    Golongan Yang Selamat mengajak seluruh umat Islam berjihad di jalan Allah.
    Jihad adalah wajib bagi setiap Muslim sesuai dengan kekuatan dan kemampuannya. Jihad dapat dilakukan dengan:
    1. الجهاد باللسان و القلم : بدعوة المسلمين و غيرهم إلى التمسك بالإسلام الصحيح
    Pertama, jihad dengan lisan dan tulisan: Mengajak umat Islam dan umat lainnya agar berpegang teguh dengan ajaran Islam yang shahih,
    ، و التوحيد الخالي من الشرك الذي انتشر في كثير من البلاد الإسلامية ، و الذي أخبر عنه الرسول صلى الله عليه و سلم بأنه سيقع بين المسلمين فقال :
    Dan Bertauhid yang murni(Kosong) dan bersih dari syirik yang ternyata banyak terdapat di negara-negara Islam. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam telah memberitakan tentang hal yang akan menimpa umat Islam ini. Beliau bersabda:

    “لا تقوم الساعة حتى تلحق قبائل من أمتي
    بالمشركين ، و حتى تعبد قبائل من أمتي الأوثان” (صحيح رواه أبو داود وورد معناه في مسلم)
    “Hari Kiamat belum akan tiba, sehingga Qobilah – Qobilah dari umatku mengikuti orang-orang musyrik sehingga kelompok-kelompok dari umatku menyembah berhala-berhala.” (Ha-dits shahih , riwayat Abu Daud, hadits yang semakna ada dalam riwayat Muslim)

    2.الجهاد بالمال : و يكون بالإنفاق على نشر الإسلام ، و طبع الكتب الداعية إليه على الوجه الصحيح ، و يكون بتوزيع المال على المؤلفة قلوبهم من ضعفاء المسلمين لتثبيتهم ، و يكون بتصنيع و شراء الأسلحة ، و المعدات للمجاهدين ، و ما يلزمهم من طعام و كساء و غير ذلك .
    Kedua, jihad dengan harta: Menginfakkan harta buat penyebaran dan peluasan ajaran Islam, mencetak Kitab Kitab dakwah ke jalan yang benar, memberikan santunan kepada umat Islam yang masih lemah iman agar tetap memeluk agama Islam, memproduksi dan membeli senjata-senjata dan peralatan perang, memberikan bekal kepada para mujahidin, baik berupa ma-kanan, pakaian atau keperluan lain selain dari itu.
    3. الجهاد بالنفس : و يكون بالقتال و الاشتراك في الكعارك لنصرة الاسلام ، و لتكون كلمة الله هي العليا ، و كلمة الذين كفروا هي السفلى
    Ketiga , jihad dengan jiwa:Bertempur dan ikut berpartisipasi di medan peperangan untuk kemenangan Islam. Agar kalimat Allah ( Laa ilaaha illallah) tetap jaya(tinggi) sedang kalimat orang-orang kafir (syirik) menjadi hina/rendah.
    و قد أشار الرسول الكريم إلى هذه الأنواع فقال : “جاهدوا المشركين بأموالكم و أنفسكم و ألسنتكم ” (صحيح رواه أبو داود)
    Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam Yang Mulia mengisyaratkan dalam sabdanya:
    “Perangilah orang-orang musyrik itu dengan harta, jiwa dan lisanmu.” (HR. Abu Daud, hadits shahih)

    و حكم الجهاد في سبيل الله على أنواع :
    Adapun hukum jihad di jalan Allah adalah:
    1. فرض عين : و يكون ضد العدو المهاجم لبعض بلاد المسلمين كفلسطين التي اغتصبها اليهود المجرمون ، فالمسلمون المستطيعون آثمون حتى يُخرجوا اليهود منها ، و يُعيدوا المسجد الأقصى للمسلمين بما يستطيعون من المال أو النفس .
    Pertama , fardhu ‘ain : Berupa perlawanan terhadap musuh-musuh yang melakukan agresi ke beberapa negara Islam wajib dihalau. Agresor-Agresor Yahudi misalnya, yang merampas tanah umat Islam di Palestina. Umat Islam yang memiliki kemampuan dan kekuatan jika berpangku tangan ikut berdosa, sampai orang-orang Yahudi terkutuk itu enyah dari wilayah Palestina. Mereka harus berupaya mengembalikan Masjidil Aqsha ke pangkuan umat Islam dengan kemampuan yang ada, baik dengan harta maupun jiwa.

    2. فرض كفاية : إذا قام به بعض المسلمين سقط عن الباقين ، و يكون في تبليغ و نقل الدعوة الإسلامية إلى سائر البلاد حتى يحكمها في الإسلام . و من وقف في طريقها قوتل حتى تسير الدعوة في طريقها.
    Kedua, fardhu kifayah: Jika sebagian umat Islam telah ada yang melakukannya maka sebagian yang lain kewajibannya menjadi gugur. Seperti dakwah mengembangkan misi Islam ke negara-negara lain, sehingga berlaku hukum-hukum Islam di segenap penjuru dunia. Barangsiapa menghalangi jalan dakwah ini, ia harus diperangi, sehingga dakwah Islam dapat berjalan lancar.

    Semoga antum diberi kemudahan dalam memahami penjelasan ana sehingga petunjuk beserta kita semua.
    Allohu A’lam Bishowab.
    Abu Amina Alanshariy

  2. aba ditto berkata

    Juli 9, 2009 pada 8.18 Islam menjadi 73 golongan? Mengapa lebih banyak dari umat Nasrani dan Yahudi. Bagaimana janji Allah bahwa umat-umat pembangkang terdahulu akan dimatikan dan diganti dengan umat yang lebih baik (Bukankah itu umat Muhammad, yg walaupun tidak pernah melihat Rasul tetapi membenarkan bahwa Allah mengutus mereka untuk menyampaikan ajaranNya dan umat Muhammad hidup hingga sekarang?). Mohon diperjelas lagi. Sukron katsir.

    Pak Ditto yang budiman, semua itu sudah ketetapan Alloh tabaroka wa ta’ala bahwa umat ini akan terpercah menjadi sebanyak yang disebutkan.akan tetapi yang 72 kelompok tersebut ada yang kekal dineraka dan ada yang tidak kekal tergantung seberapa prinsip penyimpanganya.Dan ini merupakan ujian bagi umat ini dan sebagaimana umat yang terdahulu meraka berlomba-lomba dalam meniti jalan kebenaran supaya Alloh ta’ala mengetahui siapa yang paling baik amalnya. Sebagaimana firmaNya:

    لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجاً وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعاً فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
    Untuk tiap-tiap umat diantara kamu[, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,QS Almaidah 48.

    الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ (2)
    Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, Qs Al Mulk 2

    Pak Ditto.
    ~Pada prinsipnya perpecahan adalah haram dan terlarang sebagaimana firmanya :
    و لا تكونوا من المشركين ، من الذين فرقوا دينهم و كانوا شيعا ، كل حزب بما لديهم فرحون” (سورة الروم)
    “Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan
    Allah. Yaitu orang-orang yang memecah belah agama
    mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan
    merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.”
    (Ar-Ruum: 31-32)

    ~Dan pada prinsipnya persatuan adalah diwajibkan dan dianjurkan sebagaimana firmaNya:
    “و اعتصموا بحبل الله جميعا و لا تفرقوا ” (سورة آل عمران)
    “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah
    dan janganlah kamu bercerai-berai.” (Ali Imran: 103)

    Sedangkan yang menjadi urgensi dari hadits tersebut adalah menerangkan akan ada satu kelompok yang selamat yaitu al jamaah atau apa-apa yang ada pada Rosul Sholollohualaihi wassalam dan sahabatnya beragama.Dan apabila dijaman para pendahulu tidak ada cara cara beragama kemudian dijaman ini membuat cara cara beragama yang baru maka itu bukan agama.Karena Alloh ta’ala telah menerangkan bahwa jalan beragama Rosul adalah sudah sempurna dan kita dilarang mengikuti jalan jalan lain dalam beragama Islam sebagaimana firma-Nya:

    وَمَنْ يُشَاقِقْ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا (النساء: 115).
    Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (Anisa 115)

    Umat yang terbaik yang dijanjikan dalam nash Alqur’an maupun hadits nabiy sholollohualaihi wassalam meraka adalah ahlu sunnah waljamaah itu sendiri. sebagaimana sabdanya :

    قال صلى الله عليه و سلم : “لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين على الحق لا يضرهم من خذلهم حتى يأتي أمر الله” (رواه مسلم)
    “Senantiasa ada sekelompok dari umatku yang memperjuangkan kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menghinakan mereka, sehingga datang keputusan Allah.” (HR. Muslim)

    dan Firman-Nya:

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلاَ يَخَافُونَ لَوْمَةَ لاَئِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (المائدة: 54).
    Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.

    Allohua’lam bishowab.
    Abu Amina Alanshariy

  3. ishakkhalid berkata

    Juli 16, 2009 pada 8.18 Semuga Allah memberikan petunjuk dan jalanNya yang benar kepada mereka yang ikhlas dan mengikhlaskan dirinya dalam mencari rahmat Allah Ta’ala.

    Insyalloh.Biaunihi ta’ala.

  4. zacky berkata

    Oktober 18, 2009 pada 8.18 Apakah anda merasa kalau anda sebagai pengikut AHLUSSUNNAH WALJAMAAH….? Sementara pengikut Iman Muhammad Bin Abdul Wahab membidahkan adanya jamaah itu sendiri…? Dan apakah itu divinisi sunah itu menurut hukum fiqh…? Apakah adanya hukum “uruf, ijma” dan qiyaas yang menjadi usus NU itu bisa dikatakan salah bahkan sesat…? Sementara ketiga usus diantara dua usus lainnya juga bersumber dari hadits yang sah…? Dan jika itu dikatakan hanya berlandaskan akal-akalan belaka, apakah tidak lebih akal-akalan lagi para pintar (katanya) yang sudah berani mengatakan salah para Allamah yang sudah jelas mempuni disegala segi (ilmu maupun wira”inya). Benarkah mereka lebih pintar…?
    Mari kita berdoa semoga kita mendapatkan ilmu yang bermamfaat dari Allah SWT. Dan ingatlah bahwa warga NU sangat mempercayai adanya BERKAH atau dalam divinisا arabnya adalah (النماءالخير). Sekian والله أعلم بالصواب واليه المرجع والمأب

    Bismillah. Saudara Zacki Yang Budiman,
    Alloh Ta’ala Berfirman:
    وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
    “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman”

    Akan tetapi peringatan dan nasehat yang diberikan hendaklah berdasarkan Kaidah-Kaidah Dakwah Untuk Meneggakkan Kalimat Alloh.
    Yaitu Dengan Berpedoman pada firman-Nya:

    ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (النحل: 125).
    Serulah (manusia) kepada jalan Rob-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

    قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنْ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ (يوسف: 108).
    Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”.

    Maka setiap muslim hendaknya berlatih berdiskusi berdasarkan budi pekerti yang luhur serta yang terpenting bermodalkan ILMU serta HUJAH SHAHIH dan tidak hanya sekedar Qilla Wa Qolla (BERITA KATANYA-KATANYA) atau hanya berdasarkan berita KAUM MUNAFIKIN DAN PARA PEMECAH BELAH YANG SUKA MENGADU DOMBA DIANTARA KAUM MUSLIMIN.

    Kita semua harus memahami selain Rosulillah Sholollohualaihi Wassalam TIDAK MA’SUM Artinya Boleh Diambil Perkataanya dan Boleh Ditolak Perkataanya, DIAMBIL PERKATAANYA JIKA SESUAI DAN MENCOCOKI ALQURA’AN/SUNNAH DENGAN PEMAHAMAN PARA SALAFU SHALIH.DAN SEBALIKNYA BOLEH DITOLAK JIKA MENYELISIHI ALQURA’AN/SUNNAH DENGAN PEMAHAMAN PARA SALAFU SHALIH DAN KITA DILARANG MENDAHULUKAN PERKATAAN KELOMPOK ATAU PERORANGAN DARI PERKATAAN NABIY karena nabi pernah bersabda:

    و قال ابن عباس : أراهم سيهلكون ! أقول : قال النبي صلى الله عليه و سلم ، و يقولون : قال أبو بكر و عمر(رواه أحمد و غيره، و صححه أحمد شاكر)
    “Aku mengira mereka akan binasa. Aku mengatakan, ‘Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, sedang mereka mengatakan, ‘Abu Bakar dan Umar berkata’.” (HR. Ahmad dan Ibnu ‘Abdil Barr)

    DARI KOMENTAR ANTUM DIATAS ANA MENANGGAPI BAHWA:
    1.KETAHUILAH OLEH KITA BERSAMA BAHWA:
    تحترم الأئمة المجتهدين ، ولا تتعصب لواحد منهم
    بل تأخذ الفقه من القرآن و الأحاديث الصحيحة ، و من أقوالهم جميعا إذا وافق الحديث الصحيح ،
    AHLU SUNNAH WALJAMA’AH MEMPUNYAI PRINSIP menghormati para imam mujtahidin, tidak fanatik terhadap salah seorang di antara mereka.
    mengambil fiqh (pemahaman hukum-hukum Islam) dari Al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih serta Mengambil pendapat-pendapat imam mujtahidin yang sejalan dengan hadits shahih.

    Artinya JIKA APA YANG DISERUKAN SYEIKH MUHAMAD BIN ABDUL WAHAB MENCOCOKI ALQUR’AN DAN SUNNAH MAKA WAJIB DIAMBIL DAN JIKA TIDAK MENCOCOKINYA BOLEH DITOLAK.

    MAKA JIKA ANTUM DAN KELOMPOK ANTUM MENGANGGAP KAMI ADALAH PENGIKUT BUTA (TAKLID BUTA) SYEIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB
    MAKA ITU KEKELIRUAN YANG BESAR DAN MERUPAKAN FITNAH YANG DILONTARKAN KAUM JAHIL PEMECAH BELAH UMAT YANG KERJANYA HANYA MENCARI-CARI KESALAHAN KAUM MUSLIMIN.

    MAKA ANA TITIP SARAN KEPADA ANTUM DAN KELOMPOK NAHDIYIN UNTUK BERPALING DARI PENGACAU DARI DALAM ISLAM YAITU PARA MUNAFIKIN DAN PENGACAU DARI LUAR ATAU MISIONARIS YANG SENANG DENGAN PERPECAHAN KAUM MUSLIMIN, YANG MEREKA SENANG MEMBESAR BESARKAN KEJELEKAN KEDUA BELAH PIHAK DENGAN BERMODALKAN PERKATAAN BOHONG DAN DUSTA.

    Mari Kita ketahui bersama bahwa para PENISBAT MANHAJ SALAF, MENGAMBIL PEMAHAMAN DARI IMAM IMAM YANG MULIA TERSEBUT YANG MEREKA MANSYUR DENGAN AKIDAHNYA YANG LURUS MISAL IMAM SYAFI’I,IMAM MALIK,IMAM AHMAD,IMAM BUKHARIY,DAN SEMUA IMAM MUJTAHIDIN YANG DIAKUI MASNYUR KARYA-KARYANYA DIKALANGAN AHLU SUNNAH.

    2.MARI KITA FAHAMI BERSAMA MAKNA AHLU SUNNAH:
    قال صلى الله عليه و سلم : “ألا و إن من قبلكم من أهل الكتاب افترقوا على ثنتين و سبعين ملة ، و إن هذه الملة ستفترق على ثلاثِ و سبعين : ثنتان و سبعون في النار ، وواحدة في الجنة، و هي الجماعة” (رواه أحمد و غيره و حسنه الحافظ)
    “Telah terpecah orang-orang yahudi menjadi tujuhpuluh satu golongan dan terpecah orang nashara menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan akan terpecah ummatku menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya dalam neraka, kecuali satu golongan. Para sahabat bertanya: Siapakah mereka, wahai Rasulullah? Beliau berkata: Mereka adalah orang yang berdiri diatas apa yang aku dan para sahabatku berdiri diatasnya.” (HR Abu Daud and dishahihkan syaikh Al Albani dalam shohih Sunan Abu Daud 3/115)

    Dan juga beliau besabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu yang menerangkan tentang khuthbah beliau yang padanya beliau berwasiat untuk bertaqwa kepada Allah,
    maka beliau berkata:

    و قال صلى الله عليه و سلم : “أوصيكم بتقوى الله عز و جل و السمع و الطاعة و إن تأمر عليكم عبدٌ حبشيٌ، فإنه من يعش منكم فسيرى اختلافا كثيرا ، فعليكم بسنتي و سنة الخلفاء الراشدين المهديين تمسكوا بها و عضوا عليها بالنواجذ ، و إياكم و محدثات الأمور ، فإن كل محدثة بدعة ، و كل بدعة ضلالة ، و كل ضلالة في النار” (رواه النسائي و الترمذي و قال حديث حسن صحيح)

    Aku wasiatkan kaitan untuk bertaqwa kepada Allah, mendengar dan taat, walau yang memimpin kalian adalah budak dar-i Habsyi.” Kemudian beliau menyuruh untuk berittiba’ kepada sunnahnya dan sunnah para khatifahnya yang rasyid dan mendapat hidayah. Beliau katakan: “Gigitlah dia dengan gigi geraham kalian. Dan hati-hatilah kalian dari perkara-perkara yang baru dalam agama, karena setiap perkara yang baru adalah bid’ah dan setiap kebid’han adalah sesat.” (HR Turmudzi dan dishohihkan syaikh Al Albani datam shohih sunan Turmudzi no.2830).

    DAN ROSUL SHOLOLLOHUALAIHI WASSALAM MENDEFINISIKAN DENGAN RIWAYAT LAINYA:

    و في رواية : “كلهم في النار إلا مله واحدة : ما أنا عليه و أصحابي” رواه الترمذي و حسنه الألباني في صحيح الجامع 5219
    “Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu
    (yaitu) yang aku dan para sahabatku meniti di atasnya.” (HR.
    At-Tirmidzi, dan di-hasan-kan oleh Al-Albani dalam Shahihuljami’ 5219)

    Dan Alloh Ta’ala memuji mereka dengan FirmanNya:

    وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنْ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (التوبة: 100).
    “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”.

    DARI DALIL DALI DIATAS PERLU KITA FAHAMI DAN DIRENUNGKAN BERSAMA BAHWA AHLU SUNNAH WALJAMAAH,TIDAK HARUS BERADA DALAM SATU KELOMPOK, BUKAN PARTAI, TIDAK HARUS SATU WARNA BAJU, TIDAK HARUS DALAM SATU WILAYAH (MISAL HANYA SAUDI ARABIA SAJA), TIDAK HARUS DALAM SATU ORGANISASI, TIDAK HARUS DALAM SATU SUKU ATAU WARNA KULIT.

    AKAN TETAPI YANG DIMAKSUD DALAM DALIL DIATAS ADALAH MEREKA YANG BERSUNGGUH-SUNGGUH, MEREKA YANG BERKOMITMENT, MEREKA YANG MENGIKUTI, MEREKA YANG BERPEGANG TEGUH , MEREKA YANG CINTA, MEREKA YANG MENGHIDUP-HIDUPKAN DARI SUNNAH SUNNAH ROSULILLAH SHOLOLLOHUALAIHI WASSALAM DIDALAM KEHIDUPANYA DENGAN BERLANDASKAN HADITS YANG SHAHIH.

    DAN IBNU MAS’UD PERNAH BERKATA BAHWA AHLU SUNNAH ADALAH MEREKA YANG BERADA DALAM KEBENARAN WALAUPUN SENDIRIAN .

    DENGAN DEMIKIAN : TIDAK SETIAP ORANG YANG MENGKLAIM NAHDIYIN ADALAH AHLU SUNNAH,TIDAK SETIAP MUHAMADIYAH ADALAH AHLU SUNNAH, TIDAK SETIAP ORANG YANG MENGAKU SALAFIY ADALAH SEORANG YANG PASTI SALAF, SEMUA ITU DITIMBANG BERDASARKAN, ITIQODNYA, ILMU NYA, AMAL AMALNYA, YANG DIBAWA DIRINYA BENAR MENCOCOKI SUNNAH SUNNAH NABIY TIDAK? JIKA MENCOCOKI MAKA ITU DISEBUT AHLU SUNNAH.

    DAN SEBALIKNYA BAGAIMANA JIKA AKIDAHNYA,ILMUNYA, AMAL-AMALNYA SETIAP DIRI YANG MENGAKU AHLU SUNNAH MENYELISIHI HADITS HADITS NABIY SHOLOLLOHUALAIHI WASSALAM APAKAH PANTAS DIA MENDAPAT GELAR AHLU SUNNAH, PADAHAL AMAL AMALNYA BERLAINAN BAHKAN BERTENTANGAN DENGAN SUNNAH YANG DIPERINTAHKAN ROSUL SHOLOLLOHUALAIHI WASSALAM.

    ADAPUN MEREKA YANG MENGERJAKAN KEBID’AHAN ATAU MENYELISIHI SUNNAH DIKARENAKAN BELUM MENDAPATKAN ILMUNYA ATAU TIDAK SENGAJA MENJALANKANYA MAKA INI TERMAKLUMI.KARENA ALLOH TA’ALA MAHA PEMURAH DAN TIDAK MEMBEBANI SUATU KAUM MELAINKAN SESUAI KESANGGUPANYA.AKAN TETAPI WAJIB BAGI ORANG YANG TERMAKLUMI INI MENGERAHKAN USAHANYA UNTUK MENCARI DENGAN IHKLAS DARI KEKURANGAN KEKURANGANYA.

    INTINYA TIDAK SEMBARANG INDIVIDU ATAU KELOMPOK DI BOLEHKAN UNTUK DI BID’AHKAN DAN TDAK SEMBARANG INDIVIDU BOLEH MEMBID’AHKAN, ATAU MENUDUH DENGAN KATA KATA YANG KEJI, SEMUA HARUS DENGAN PENELITIAN YANG MATANG DENGAN DALIL DALIL YANG JELAS DAN DALIL KENYATAAN YANG DIKETAHUIANYA SEBENANYA.

    SAUDARA ZACKY YANG BUDIMAN, ANA NASEHATKAN UNTUK TIDAK MENGATAKAN BAHWA SYEIKH MUHAMAD BIN ABDUL WAHAB SEMBARANG MEMBID’AHKAN SEMUA INI HARUS COCOK SESUAI DENGAN RUANG DAN WAKTU ATAU HARUS COCOK DENGAN SITUASI DAN KONDISI.

    ANTUM BERKATA BAHWA SYEIKH MUHAMMAD MEMBID’AHKAN “”AHLU SUNNAH WALJAMAAH” INI ADALAH PERKATAAN TANPA ILMU YANG BARU ANA DENGAR, KETAUILAH OLEH KITA SETIAP ULAMA’ HAQ SANGAT BERHATI HATI DENGAN UCAPANYA, UNTUK ITU ANTUM HARUS MENDATANGKAN BUKTI DARI SETIAP UCAPAN YANG DITUDUHKAN.

    DUHAI SAUDARA YANG BUDIMAN, KETAHUILAH OLEH KITA BERSAMA BAHWA KITA SAMA SAMA PUNYA ALQUR’AN KITA SAMA SAMA PUNYA HADITS, KITA MEMPUNYAI MANUSKRIP ASLI KARYA ULAMA SALAFIYAH YANG SHALIH YANG BISA MENJADI HUJAH YANG TERANG ,KENAPA SETIAP MUSLIM TIDAK MAU JUJUR DENGAN DIRINYA SENDIRI UNTUK MERUJUK KEPADA KITAB KITA TERSEBUT.MEREKA LEBIH SENANG MENGAMBIL PERKATAAN NENEK MOYANGNYA, MEREKA LEBIH SUKA DENGAN KEUMUMAN TANPA KEBENARAN.
    MAKA JANGANLAH KITA MENYERUPAI YAHUDI DAN NASHORO YANG MENUDUH TANPA MAU MERUJUK KEMBALI KEPADA ALQURAN DAN SUNNAH

    وَقَالَتْ الْيَهُودُ لَيْسَتْ النَّصَارَى عَلَى شَيْءٍ وَقَالَتْ النَّصَارَى لَيْسَتْ الْيَهُودُ عَلَى شَيْءٍ وَهُمْ يَتْلُونَ الْكِتَابَ كَذَلِكَ قَالَ الَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ مِثْلَ قَوْلِهِمْ فَاللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ

    Dan orang-orang Yahudi berkata: “Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan”, dan orang-orang Nasrani berkata: “Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan,” padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari Kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya. QS Albaqoroh 113.

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
    Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. QS.Anisa 59

    3.SUDAH ANA SEBUTKAN BAHWA SELAIN ROSULILLAH MEMPUNYAI KESALAHAN INI SEBAGIMANA SABDA NABI SHOLOLLOHUALAIHI WASSALAM:

    ” كلّ بني آدم خطاء و خير الخطائين التوابون”
    “Setiap bani Adam (pernah) melakukan kesalahan, dan sebaikbaik orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang bertaubat.” (Hadits hasan riwayat Imam Ahmad)

    Ulama Yang Shalih sebelumnya tidak mungkin bertentangan dengan ulama shalih setelahnya dalam masalah Akidah (Aqidah AHLU SUNNAH WALJAMAAH ) artinya Tulisan atau Perkataan Ulama Yang Sesuai Alquran dan Hadits Dikokohkan, Sedangkan yang tidak Sejalan Dengan Keduanya dikoreksi dan diberi catatan Dalam Syarh Kitab Kitab Karya Mereka.

    INI SEJALAN DENGAN PERKATAAN PARA IMAM ITU SENDIRI:

    MISALNYA prinsip beliau Imam Syafi’i Rahimahulloh dalam memahami Islam telah dinyatakan dalam beberapa penegasan beliau sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Hafidh Abu Nu’aim Ahmad bin Abdullah Al-Ashfahani rahimahullah dalam kitabnya yang berjudul Hilyatul Auliya’ sebagai berikut:

    Imam Syafi’i Berkata:
    “Bila telah pasti keshahihan satu hadits bahwa itu dari Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam , maka aku pun berpendapat seperti yang tertera di hadits itu dan aku bermadzhab dengannya dan aku tetap berpendapat dengannya. Dan bila satu hadits itu tidak aku yakini keshahihannya, aku pun tidak berpegang dengannya dalam berpendapat.”

    Juga beliau menyatakan:

    “Setiap aku berpendapat dengan suatu pendapat, dan ternyata pendapatku itu berbeda dengan riwayat shahih dari sabda Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam , maka hadits Nabi yang shahih itu lebih utama untuk kamu ikuti dan jangan kalian bertaqlid (yakni ikut membabi buta –pent) kepadaku.” ( Al-Hilyah )

    Juga beliau menegaskan:

    “Apabila engkau dapati ajaran dari Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam , maka ikutilah ajaran itu dan jangan kalian menoleh kepada pendapat seorang pun.” ( Al-Hilyah )

    Al-Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman Adz-Dzahabi rahimahullah juga meriwayatkan dalam kitabnya yang berjudul Siar A’lamin Nubala’ jilid 10 hal. 34 pernyataan Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah sebagai berikut:

    Ar-Rabi’ bin Sulaiman Al-Muradi meriwayatkan: Aku mendengar Asy-Syafi’i menyatakan: “Apabila kalian mendapati dalam kitabku perkara yang berbeda dari Sunnah Rasulillah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam (yakni ajarannya), maka hendaknya kalian berpendapat sesuai dengan Sunnah itu, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan padanya.”

    Maka dengan berbagai riwayat pernyataan Al-Imam Asy-Syafi’i tersebut, mestinya bila kita konsisten dengan madzhab Syafi’i, kita merujuk kepada sabda Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam tentang kenyataan bahwa bid’ah itu semuanya Dholal. Dan kita meninggalkan pendapat Al-Imam Asy-Syafi’i yang menyatakan bahwa bid’ah itu tidaklah semuanya sesat, akan tetapi ada yang sesat dan ada yang hasanah (yakni baik).

    Apalagi Imam Syafi’i dalam berijtihad sehingga melahirkan pendapat yang demikian itu berdalil dengan perkataan Umar bin Khattab dan bukan berdalil dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

    Sungguh Ahlu Sunnah adalah
    تحترم الأئمة المجتهدين ، ولا تتعصب لواحد منهم
    menghormati para imam mujtahidin, akan tetapi tidak fanatik terhadap salah seorang di antara mereka.

    Oleh karena itu jika kita meninggalkan pendapat seorang Imam karena pendapatnya tidak mencocoki Sunnah Nabi, bukanlah berarti kita mecerca atau menghina Imam tersebut. Akan tetapi kita meninggalkan pendapat beliau dalam satu masalah, adalah karena BIMBINGAN BELIAU juga dalam MENTAATI SUNNAH NABI.

    Kita juga menilai pendapat seorang Imam itu tidak mencocoki Sunnah Nabi, bukan berarti kita menilai bahwa Imam tersebut telah menyimpang dari Sunnah Nabi. Akan tetapi kita menilai demikian karena kita diajari oleh beliau-beliau para Imam itu, bahwa seorang Imam itu tidaklah ma’shum ( tidak terjaga dari kemungkinan lupa dan salah dalam berijtihad memahami Islam) seperti ma’shum nya Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam . Bahkan Nabi kita mengajari kita bahwa kekeliruan dalam berijtihad itu bukanlah tercela akan tetapi kita dilarang fanatik.

    Oleh Karena itu bila antum konsisten dengan perkataan Imam Syafi’i, tentu seharusnya antum lebih berpegang teguh dengan apa yang menjadi prinsip Imam Asy-Syafi’i rahimahullah sebagaimana pernyataan beliau diatas yaitu untuk kembali kepada Hadits yang shahih. Sekarang ana bawakan hadits shahih tersebut dibawah ini:

    . و قال صلى الله عليه و سلم : “أوصيكم بتقوى الله عز و جل و السمع و الطاعة و إن تأمر عليكم عبدٌ حبشيٌ، فإنه من يعش منكم فسيرى اختلافا كثيرا ، فعليكم بسنتي و سنة الخلفاء الراشدين المهديين تمسكوا بها و عضوا عليها بالنواجذ ، و إياكم و محدثات الأمور ، فإن كل محدثة بدعة ، و كل بدعة ضلالة ، و كل ضلالة في النار” (رواه النسائي و الترمذي و قال حديث حسن صحيح)

    “Aku wasiatkan padamu agar engkau bertakwa kepada Allah, patuh dan ta’at, sekalipun yang memerintahmu seorang budak Habsyi. Sebab barangsiapa hidup (lama) di antara kamu tentu akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Karena itu, berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah khulafa’ur rasyidin yang (mereka itu) mendapat petunjuk. Pegang teguhlah ia sekuat-kuatnya. (Dan hati-hatilah terhadap setiap perkara yang diada-adakan, karena SEMUA PERKARA yang diada-adakan itu adalah bid’ah, sedang SETIAP bid’ah adalah sesat (dan setiap yang sesat tempatnya di dalam Neraka).” (HR. Nasa’i dan At-Tirmi-dzi, Hadits hasan shahih).

    Ana berharap antum mencermati dan memahami hadits diatas dan ana tegaskan lagi bahwa Imam Syafi’i dalam berijtihad sehingga melahirkan pendapat bahwa bid’ah ada dua (sebagaimana pernyataan antum) beliau rahimahulloh berdalil dengan perkataan Umar bin Khattab dan bukan berdalil dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

    Sehingga merasa perlu ana menyampaikan kepada antum satu riwayat Sebagaimana diatas :
    و قال ابن عباس : أراهم سيهلكون ! أقول : قال النبي صلى الله عليه و سلم ، و يقولون : قال أبو بكر و عمر(رواه أحمد و غيره، و صححه أحمد شاكر)

    Ibnu Abbas berkata:

    “Aku mengira mereka akan binasa. Aku mengatakan, ‘Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, sedang mereka mengatakan, ‘Abu Bakar dan Umar berkata’.” (HR. Ahmad dan Ibnu ‘Abdil Barr)

    Maka mari kita renungi dan fahami lagi hadits-hadits diatas dan artikan dengan Qowaid Bahasa Arob Nahwu Wa Sharf, Jika antum berpihak kepada kebenaran maka insyalloh akan antum temui kebenaranya, akan tetapi jika antum menentang kebenaran maka kepada-Nya kita mengadu.

    Mari kita fahami bahwa Alloh dan Rosul-Nya membuat syariat agama ini sangatlah sempurna maka janganlah kita menambahi atau menguranginya dan jangan pula mendahului-Nya.Alloh jalla wa Ala lebih mengerti kebutuhan kita wahai sahabat maka janganlah kita merasa kurang dengan Agama yang diturunkan-Nya.

    Alloh Berfirman :
    يا أيها الذين آمنوا لا تُقدِّموا بين يدَيِ الله و رسولِه ، و اتقوا الله إن الله سميعٌ عليم ” (سورة الحجرات)
    Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguh-nya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Hujurat: 1)

    4. Serta yang terahir marilah kita jujur kepada diri ini, dengan merenungkan larangan Rosul Shollollohualaihi wassalam diatas,
    Dan Dengan Mengacu Perintah RobMU Dengan FirmanNya :

    وَمَا آتَاكُمْ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ
    Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Alhasyr ayat 7.

    Semoga hidayah atas kita semua yang mau mengihlaskan diri ini diatas tali Agama Alloh.Allohua’lam Bishowab.

    Abu Amina Alanshariy

  5. awwalin berkata

    Oktober 20, 2009 pada 8.18 terimakasih artikelnya, semoga bermanfaat

    Waiyyakum

  6. rendy berkata

    Desember 11, 2009 pada 8.18 artkelnya sangat baik . saya jadi lebih mengerti

    Barokallohufiekum

  7. ragil berkata

    Februari 21, 2010 pada 8.18 assalamu’alaikum

    Waalaikumussalam Warohmatulloh

  8. ragil berkata

    Februari 21, 2010 pada 8.18 lagi bimbang ni…kemarin ada suatu golongan yang mengajak saya untuk bergabung atau istilahnya berhijrah,,…awalnya saya takut banget dan pengen melawan namun mereka memakai ayat2 Allah,bener g kalau al quran membahas negara?kemudian karena saya percaya dengan ayat2 itu maka saya ikuti namun yang saya rasakan mereka terkesan memaksa apalagi bila menyangkut uang atau sering mereka katakan sodaqoh…bila nominal yang saya katakan itu sedikit mereka berusaha untuk agar saya menambahnya dengan dalih untuk pembangunan sebuah negara…..dan ada lagi terkesan saya harus menaati semua aturan dan perintah dari pimpinan….selain itu di dalam perkumpulan ini mengatakan karena posisi kita sedang berperang dalam kata lain perang pola pikir, maka untuk shalat itu bukan diartikan sebagai shalat fardu dan shalat bagi mereka cukup dengan taskiah…bahkan mereka mengenggap semua orang diluar golongan ini kafir??benarkah??alasan mereka karena masih memakai hukum manusia sedang di dalam golongan ini memakai hukum islam,,,dan islam itu bukan agama tapi sebuah sistem,,,aelain itu bila saya menolak ajakan mereka,mereka berusaha agar saya meng iya kan ajakan itu,,,bahakan untuk bersodaqoh saya mesti berbohong kepada ortu karena uang yang di buthkan tidak sedikit dan dengan waktu 2 ampe 3 hari bila belum tercapai saya terus di kejar bahkan dengan dalih ini janji saya kepada Allah bukan kepada mereka;;aku mohon tolong saya,,,,saya memang belum bener2 tau tentang isi dan maksud dari Al quran, saya takut ini mlah menjadi jalan saya semakin jauh dari Allah,,,,sukron

    Barokallohufikum Ya Ahki Fillah,
    Semoga Alloh memberkahi dan memudahkan usaha antum untuk mencari kebenaran wahai saudaraku yang budiman,

    1.Ana sarankan keapda anda (Wahai Saudaraku) untuk meninggalkan kelompok tersebut dan kajian tersebut, Karena hal-hal yang diajarkan dalam majelis dan kelompok tersebut menyimpang jauh dari ajaran yang penuh hikmah sebagaimana yang Rosul shollollohualaihi wassalam ajarkan.

    2.Ana menyarankan anda (wahai saudaraku) untuk mendatangi majelis ta’lim yang murni dimana didalamnya diajarkan kitabulloh dan sunnah Rosululloh Dengan Pemahaman Generasi Terbaik (Salafu Sholeh), tanpa ada ikatan apapun melainkan untuk mengihklasakan hidup diatas agama Alloh, apa lagi menarik imbalan dari jamaahnya dengan cara bathil Dan lain sebagainya.

    3.Dibawah ini daftar majelis ta’lim dan tempatnya diseluruh indonesia sebagaimana antum nanti bisa mendatanginya serta membandingkan sendiri dengan mata hati dan keyakinan anda wahai sauaraku yang budiman:

    .: :.
    Bismillahirrahmanirrahim.

    Berikut jadual ta’lim yang diadakan Ahlussunnah wal Jama’ah/Salafy di berbagai tempat di Indonesia. Silakan klik link di bawah ini.

    Wilayah Sumatera
    1. Kajian rutin Salafy di Bandar Lampung klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1157 update (23/04/2007)
    2. Kajian rutin Salafy di Batam dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=961 update (18/03/2008)
    3. Kajian rutin Salafy di Jambi klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1094 update (15/02/2007)
    4. Kajian rutin Salafy di Lampung klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1093 update (23/04/2007)
    5. Kajian rutin Salafy di Langkat klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1097 update (10/09/2006)
    6. Kajian rutin Salafy di Padang dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=968 update (09/08/2005)
    7. Kajian rutin Salafy di Padang Panjang klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1158 update (23/04/2007)
    8. Kajian rutin Salafy di Palembang dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1364 update (28/04/2009)
    9. Kajian rutin Salafy di Medan dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1019 update (10/09/2006)
    10.Kajian rutin Salafy di Riau dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1000 update (18/03/2008)
    11.Kajian rutin Salafy di Sibolga, Tapteng, P.Siantar klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1099 update (10/09/2006)
    12.Kajian rutin Salafy di Sumbar klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1111 update (01/11/2006)

    Wilayah DKI Jaya
    1.Kajian rutin Salafy di Bekasi klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1249 update (17/03/2008)
    2.Kajian rutin Salafy di Cilegon, Banten klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1159 update (23/04/2007)
    3.Kajian rutin Salafy di Cikarang, Bekasi klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1542 update (25/10/2009)
    4.Kajian rutin Salafy di Depok dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1264 update (21/03/2008)
    5.Kajian rutin Salafy di Jakarta dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=928 update (25/03/2008)
    6.Kajian rutin Salafy di Jakarta Timur dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1248 update (17/03/2008)

    Wilayah Jawa Barat
    1. Kajian rutin Salafy di Bandung klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=923 update (20/08/2009)
    2. Kajian rutin Salafy di Bogor klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1092 update (10/09/2006)
    3. Kajian rutin Salafy di Cirebon klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1144 update (13/04/2008)
    3. Kajian rutin Salafy di Cimahi klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1412 update (20/03/2009)
    4. Kajian rutin Salafy di Cirebon, Tegal, Purwokerto klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=932 update
    5. Kajian rutin Salafy di Karawang klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1098 update (10/09/2006)
    6. Kajian rutin Salafy di Indramayu klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1247 update (15/04/2009)
    7. Kajian rutin Salafy di Kuningan klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1285 update (13/04/2008)
    8. Kajian rutin Salafy di Majalengka klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1091 update (13/04/2008)
    9. Kajian rutin Salafy di Sukabumi klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1129 update (09/01/2007)
    10. Kajian rutin Salafy di Tasikmalaya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1165 update (23/06/2007)

    Wilayah Jawa Tengah & DIY
    1. Kajian rutin Salafy di Banjarnegara klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1404 update (05/04/2009)
    1. Kajian rutin Salafy di Cilacap klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=927 update (04/12/2009)
    2. Kajian rutin Salafy di Gombong, Kebumen klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1245 update (17/03/2008)
    3. Kajian rutin Salafy di Gunung Kidul klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1169 update (05/07/2007)
    4. Kajian rutin Salafy di Jogjakarta, Yogyakarta dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=935 update (18/02/2009)
    5. Kajian rutin Salafy di Karang Anyar klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1262 update (27/12/2009)
    6. Kajian rutin Salafy di Klaten klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=931 update (04/09/2006)
    7. Kajian rutin Salafy di Kudus klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1087 update (13/08/2009)
    8. Kajian rutin Salafy di Magelang klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1101 update (07/02/2009)
    9. Kajian rutin Salafy di Pekalongan klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1088 update (10/09/2006)
    10. Kajian rutin Salafy di Pemalang dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=929 update (05/05/2005)
    11. Kajian rutin Salafy di Purworejo klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1143 update (15/02/2007)
    12.Kajian rutin Salafy di Purwokerto dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=936 update (11/05/2005)
    13.Kajian rutin Salafy di Semarang klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=930 update (19/03/2008)
    14.Kajian rutin Salafy di Sukoharjo klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1263 update (18/03/2008)
    14.Kajian rutin Salafy di Surakarta bagian Barat klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1260 update (18/03/2008)
    15.Kajian rutin Salafy di Surakarta bagian Timur klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1261 update (18/03/2008)
    16.Kajian rutin Salafy di Temanggung klik
    http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1291 update (22/02/2010)
    17.Kajian rutin Salafy di Wonosobo klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1126 update (13/08/2009)
    18.Kajian rutin Salafy di Wonogiri klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1089 update (04/09/2006)

    Wilayah Jawa Timur
    1. Kajian rutin Salafy di Banyuwangi klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1128 update (05/01/2007)
    2. Kajian rutin Salafy di Blitar klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1246 update (28/12/2009)
    3. Kajian rutin Salafy di Gresik klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1096 update (11/12/2009)
    4. Kajian rutin Salafy di Jember klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1253 update (25/01/2010)
    Simak di http://www.assalafy.org/mahad/?page_id=147
    5. Kajian rutin Salafy di Kediri klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1293 update (20/05/2008)
    6. Kajian rutin Salafy di Lumajang klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1588 update (09/01/2010)
    7. Kajian rutin Salafy di Malang klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=933 update (03/12/2009)
    8. Kajian rutin Salafy di Madiun klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1394 update (27/01/2009)
    9. Kajian rutin Salafy di Nganjuk klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1145 update (07/12/2009)
    10. Kajian rutin Salafy di Pacitan klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1437 update (21/04/2009)
    11. Kajian rutin Salafy di Probolinggo klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1252 update (25/12/2009)
    12. Kajian rutin Salafy di Sidoarjo klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1051 update (17/06/2008)
    13. Kajian rutin Salafy di Situbondo klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1127 update (24/12/2006)
    14. Kajian rutin Salafy di Surabaya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=934 update (18/03/2008)
    15. Kajian rutin Salafy di Tuban klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1259 update (18/03/2008)

    Wilayah Kalimantan
    1. Kajian rutin Salafy di Balikpapan klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1100 update (10/09/2006)
    2. Kajian rutin Salafy di Banjarbaru klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=924 update (21/02/2008) Baru!
    3. Kajian rutin Salafy di Bontang klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=925 update (16/03/2008)
    4. Kajian rutin Salafy di Penajam Paser Utara klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1254 update (17/03/2008)
    5. Kajian rutin Salafy di Pontianak klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1162 update (18/05/2009)
    6. Kajian rutin Salafy di Samarinda klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1361 update (23/11/2008)
    7. Kajian rutin Salafy di Sengata, Kutai Timur klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1514 update (18/08/2009)

    Wilayah Sulawesi
    1. Kajian rutin Salafy di Kolaka klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1161 update (08/06/2007)
    2. Kajian rutin Salafy di Makassar dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=956 update (18/03/2008)
    3. Kajian rutin Salafy di Manado, Kotamobagu dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=969 update (04/12/2009)
    4. Kajian rutin Salafy di Paloppo dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1256 update (18/03/2008)
    5. Kajian rutin Salafy di Sorowako dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1257 update (18/03/2008)

    Wilayah Bali, NTB, NTT
    1. Kajian rutin Salafy di Atambua, Kab. Belu, NTT klik http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1255 update (05/04/2009)
    2. Kajian rutin Salafy di Denpasar, Bali klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=926 update (18/05/2009)
    3. Kajian rutin Salafy di NTB dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=986 update (25/03/2008)

    Wilayah Maluku, Irian/Papua
    1. Kajian rutin Salafy di Ambon dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=967 update (08/05/2008)
    2. Kajian rutin Salafy di Jayapura klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1160 update (07/01/2010)
    3. Kajian rutin Salafy di Sorong klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1095 update (10/09/2006)
    4. Kajian rutin Salafy di Ternate klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1295 update (21/05/2008)
    5. Kajian rutin Salafy di Biak Papua klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1582

    Berikut jadual ta’lim yang diadakan Ahlussunnah wal Jama’ah/Salafy di berbagai tempat di Malaysia. Silakan klik link di bawah ini.
    1. Kajian rutin Salafy di Kuala Lumpur klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1251 update (21/03/2008)

  9. abdurahman88 berkata

    Mei 31, 2010 pada 8.18 katakan salah klo imam syafii mengikuti perkataan umar.ra sdng rosul bersabda dg hadis di atas sbgian artinya berpeganglah pd sunahku dn sunah khulafaurasidiin apakah umar ra tdk termsk khulafaurasisin?

    Bismillah,
    Umar Ibnu Khotob Rodiallohuanhu Adalah Amirul Mukminin Dan SALAH SATU Kulafa’urasyidin Ahki, Justru yang antum perlu ketahui standar hukum agama ini adalah Alqur’an dan Assunah serta IJMA’/KESEPAKATAN PARA Sahabat Dan Qiyas Dorurot dengan Sayarat2nya, Dan Ketahulah bahwa selain Rosul Alaihi sholatu wa Salam La Ma’sum (Punya Salah).

    ARTINYA ANTUM PERHATIKAN KONTEK PENDALILANYA KALAU PENDALILANYA DENGAN PERKATAAN UMAR IBNU KHOTOB ITU TEPAT PELETAKANYA YAITU MENCOCOKI ALQURAN DAN SUNNAH NABIY MAKA INI ADALAH KEBENARAN
    TAPI JIKA PELETAKAN PENDALILANYA MENYELISIHI ALQURAN DAN SUNNAH DAN IJMA’ SAHABAT MAKA TIDAK BOLEH DIIKUTI.

    OLEH KARENA ITU AL IMAM MUJTAHID Asy-Syafi’i Semoga Alloh merahmatinya menyatakan: “Apabila kalian mendapati dalam kitabku perkara yang berbeda dari Sunnah Rasulillah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam (yakni ajarannya), maka hendaknya kalian berpendapat sesuai dengan Sunnah itu, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan padanya.”(Kitab Hilyatul Auliya’ )

    Hendaknya antum camkan pernyataan imam ahlu sunnah diatas, BELIAU MENGAJARKAN PRINSIP AQIDAH YANG LURUS YAITU AQIDAH AHLU SUNNAH DAN MELARANG PRINSIP AQIDAH YANG BENGKOK YAITU TAQLID BUTA DAN FANATIS BUTA.

    Silahkan antum Buka Tafsir Ibnu Katsir Rahimahulloh Fie Tafsiri Suroh :

    I.QS.Alhujarot ayat 1 :

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيْ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (الحجرات: ).
    Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
    Bagaimana Alloh ta’ala menegur Kulafaur Rasyid Abu Bakar Aysidiq dan Umar Ibnu Khotob Rodhiallohuanhuma Pada saat mereka mendahului Rosul dalam pemutusan KETUA KABILAH BANI TAMIM.

    2. QS.Anisa 59
    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
    Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. QS.Anisa 59

    Kalau antum memahami Qoidah bahasa Arob, Perhatikan Lafadz: أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنْكُمْ , Kenapa pada saat lafad Wa Ulil Amri (Pemipimpin Kaum Muslimin: Ulama dalam urusan Agama dan Umaro’ dalam urusan dunia) tidak ada lafat wa thi’u ulil amri? maka ini menunjukkan tidak ada ketaatan mutlak pada mereka, yaitu kalau perkataanya sesuai dengan Alquran dan Sunnah maka di taati akan tetapi sebaliknya jika tak mencocoki maka ditinggalkan.

    3.Silahkan perhatikan Agama syiah apakah mereka tidak mengikuti Ali bin Abi Tholib Rodiallohuanhu? tapi kenapa mereka menyimpang? apakah Sahabat Ali bin Abi Tholib Rodiallohuanhu BUKAN KULAFA’UR RASYIDIN ?
    Jika antum berkenan merenungkan ini maka akan ketemu juga jawaban pertanyaan antum itu dengan penjelasan diatas? Biaunihi ta’ala.

    Semoga Alloh membuka kejujuran hati kita semua dalam memegang ASWAJA (DI NU DIBILANGNYA BEGITU) yaitu AHLU SUNNAH WAL JAMA’AH.Allohua’lam.

  10. azizah berkata

    Juli 5, 2010 pada 8.18 Assalamu’alaikum….
    Tolong sebutkan 72 golongan secara spesifik.
    terimakasih….

    Waaalikumussalam Warohmatulloh, Tafadzol Download Penjelasan Ustad Afifudin Dibawah Ini:
    1.Download File Kajian Golongan Selamat dan Golongan Sesat 01 Ust Afifuddin mp3
    http://statics.ilmoe.com/kajian/users/atstsurayya/Golongan-Selamat-&-Golongan-Sesat/Golongan-Selamat-dan-Golongan-Sesat_01—Ust-Afifuddin.mp3

    2.Download File Kajian Golongan Selamat dan Golongan Sesat 02 Ust Afifuddin mp3
    http://statics.ilmoe.com/kajian/users/atstsurayya/Golongan-Selamat-&-Golongan-Sesat/Golongan-Selamat-dan-Golongan-Sesat_02—Ust-Afifuddin.mp3

    3.Download File Kajian Golongan Selamat dan Golongan Sesat Tanya Jawab Ust Afifuddin mp3
    http://statics.ilmoe.com/kajian/users/atstsurayya/Golongan-Selamat-&-Golongan-Sesat/Golongan-Selamat-dan-Golongan-Sesat_Tanya-Jawab—Ust-Afifuddin.mp3

  11. hasan berkata

    Juli 29, 2010 pada 8.18 assalmu alaikum warahmatulloh wabarakatuh

    artikelnya sangat ilmiah dan bermanfaat

    semoga Allah selalu merahmati antum

    Waalaikumussalam Warohmatulloh, Wa antum kadzalik Ya Ahki.

  12. Abdullah berkata

    Agustus 11, 2010 pada 8.18 Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarokatuh
    Manakah yang Ahlu Sunnah Wal Jama’ah antara NU,Muhammadiyah,Salafiyah, atau LDII?
    semoga jawaban antum bisa menjadi pengetahuan tambahan bagi semua?
    Subhanallah Walhamdulillah Walailahailallah Wallahu Akbar
    Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarokatuh

    Insyalloh Dilain Waktu kami bahas, untuk permulaan antum bisa membaca artikel terkait di page ini.

  13. abdullah berkata

    September 9, 2010 pada 8.18 ustadz saya ingin bertanya,,, tentang masalah bid’ah,,, apkah membaca ushalli, dzikir-dzikir dengan berjama’ah dengan menentukan bilangannya,membaca yasin setiap hariu jum’at, dan tahlilan dirumah ahli mayit itu termasuk bid’ah dhalalah??? tolong dijelaskan serinci-rincinya agar saya dapat memahaminya,,

    Bismillah,
    Ahki Abdullah Yang Budiman,

    1.Pertanyaan antum yang pertama, Apakah membaca ushalli (niat yang dilafadzkan termasuk bid’ah dholal?) :

    Ahki yang budiman, hendaknya setiap diri memasukan dalam lubuk hatinya bahwa setiap ibadah itu bersifat Tauqifiyyah (sudah diatur tata caranya dan sudah baku)Sebagaimana Firmanya :

    الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمْ الإِسْلامَ دِيناً
    Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu(Alamidah ayat 3)

    Para Mufasirin menafsirkan ayat ini “Bahwa agama ini tidak perlu ditambahi dan dikurangi” dan “Apa2 yang tidak disebut agama pada saat ayat ini turun maka bukan agama selamanya”

    Untuk itu setiap muslim hendaknya mengembalikan urusan agamanya ini kepada pembawa risalah suri tauladan terbaik Rosul Alaihi Sholatu Wassalam yang denganya Alloh ta’ala telah menyebutkan tentang sempurnanya dan telah cukup pula risalah yang diemban Rosul alaihi sholatu wassalam dengan penjelasan para sahabatnya ajma’in,

    Untuk permasalahan niat ini Rosul Sholollohualaihi Wassalam pernah bersabda :

    عن أمير المؤمنين أبي حفص عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول ” إنما الأعمال بالنيات , وإنما لكل امرئ ما نوى , فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله , ومن كانت هجرته إلى دنيا يصيبها و امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه ” متفق عليه
    Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”. Kitab hadits. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907

    Hadits ini adalah salah satu pokok penting ajaran islam. Imam Ahmad dan Imam Syafi’I berkata : “Hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu.” Begitu pula kata imam Baihaqi dll. Hal itu karena perbuatan manusia terdiri dari niat DIDALAM HATI, ucapan dan tindakan. Sedangkan niat merupakan salah satu dari tiga bagian itu. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i, “Hadits ini mencakup tujuh puluh bab fiqih”, sejumlah Ulama’ mengatakan hadits ini mencakup sepertiga ajaran islam.

    Dan pertanyaanya apakah Rosul alaihi wassalam pernah mengucapkan niat atau tidak dalam melakukan setiap ibadahnya?

    Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan dalam kitab beliau Zadul Ma’ad:
    ”Jika seseorang menunjukkan pada kami satu hadits saja dari Rasul dan para sahabat tentang perkara mengucapkan niat, tentu kami akan menerimanya. Kami akan menerimanya dengan lapang dada. Karena tidak ada petunjuk yang lebih sempurna dari petunjuk Nabi dan sahabatnya. Dan tidak ada petunjuk yang patut diikuti kecuali petunjuk yang disampaikan oleh pemilik syari’at yaitu Nabi shalallahu ’alaihi wa sallam.”

    Bahkan dijelaskan dalam Kitab Sholat Bahwasanya ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila akan mendirikan shalat maka beliau mengucapkan : ‘Allahu Akbar” beliau tidak mengatakan satu lafadz pun sebelum takbir dan tidak pula melafadzkan niat sama sekali.”

    Oleh karena itu ahki, permasalahan pelafadztan niat ini, baik dalam sholat, Wudhlu, Puasa, Dll belum ditemukan contoh dari rosul alaihi sholatu wassalam, Oleh karena itu ini merupakan perkara yang muhdats (perbuatan baru) dalam agama ini, Dan Rosul mengingatkan dengan sabdanya :

    ن أم المؤمنين أم عبدالله عائشة رضي الله عنها قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ” من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد ” رواه البخاري ومسلم , وفي رواية لمسلم ” من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد

    Dari Ummul mukminin, Ummu ‘Abdillah, ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu dalam urusan agama kami ini yang bukan dari kami, maka dia tertolak”.
    (Bukhari dan Muslim. Dalam riwayat Muslim : “Barangsiapa melakukan suatu amal yang tidak sesuai urusan kami, maka dia tertolak”) [Bukhari no. 2697, Muslim no. 1718]

    Untuk itu sangat utama jika seseorang meninggalkan sesuatu yang tidak dituntunkan oleh Rosul Alaihi sholatu Wassalam,dan mencukupkan diri dengan apa yang dicontoh belaiu,

    Memang terjadi perbedaan pendapat dalam masalah pelafadztan niat ini dari para imam mujtahidin,yang terpenting bagi antum adalah mengetahui landasan dalil setiap ibadah yang akan dilaksanakan seperti permasalahn niat ini.

    Kalau kita memahami bagaimana para imam empat sangat keras kepada pengikut yang tidak mengetahui landasan dalil dari ijtihad mereka, dengan mengatakan HAROM bagi orang yang mengikuti pendapat kami jika tidak mengetahui landasan dari mana kami mengambil dalil dalam berpendapat.dan mereka juga mengatakan kalau ada hadits yang shohih itu adalah madzhab kami.

    Untuk itu setiap muslim harus bijak menyikapi perbedaan ini dan mengambil yang terbaik dan yang lebih dekat dengan apa yang dibawa Rosul Alaihi Sholatu Wassalam. Wallohu A’lam bishowab.

    Untuk permasalahan yang lain insyalloh akan disambung…

  14. abdullah berkata

    September 13, 2010 pada 8.18 ustad terima kasih atas keterangannya tentang ushalli alhamdulillah saya semakin yakin untuk meninggalkannya,,
    namun masih ada yang ingin saya tanyakan ni ustad, tentang hadiah amal,, dilingkungan saya ada yang melarang dan ada juga yang memperbolehkan,, dan yang memeperbolehkan itu,, mereka beralasan dengan dalil ini,,:
    (saya tuliskan artikel yang mereka buat)

    “Pada hakikatnya majelis tahlil atau tahlilan adalah hanya nama atau sebutan untuk sebuah acara di dalam berdzikir dan berdoa atau bermunajat bersama. Yaitu berkumpulnya sejumlah orang untuk berdoa atau bermunajat kepada Allah SWT dengan cara membaca kalimat-kalimat thayyibah seperti tahmid, takbir, tahlil, tasbih, Asma’ul husna, shalawat dan lain-lain.

    Tanggapan Admin:Kalau dikatakan itu hanya sebuah nama, kenapa membuat urutan-urutan yang ditetapkan misal membaca alfatihah-Alihklas 3x-alfalaq3x-annas 3x-Albaqoroh 1-5- ayat kursi-dua ayat terahir Albaqarah dan beberapa bacaan yang dirangkai sedemikian rupa, Kalau antum menganggap ini sesuai yang dicontohkan Rosul, Berikan satu dalil saja yang menyatakaan disyariatkanya kebiasaan ini, Sekarang kalau kami balik bertanya silahkan antum buat urut-urutan sendiri tasbih,tahmid,tahlil, takbir, atau asmaul husna dan lain-lain pada sholat sholat sunnah atau perkara-perkara mustahab lainya,apa yang akan dikatakan imam syafi’i seandainya beliau masih hidup, dan apa yang akan diperbuat kaum muslimin kepada kebiasaan antum ini, saudaraku kalau para imam madzab empat saja tidak pernah membuat seperti ini bagaimana dengan orang orang setelah beliau. akan ana samapaikan bagaimana pendapat beliau tentang masalah kumpul-kumpul di rumah mayit ini,diahkir tulisan ini

    Maka sangat jelas bahwa majelis tahlil sama dengan majelis dzikir, hanya istilah atau namanya saja yang berbeda namun hakikatnya sama. Lalu bagaimana hukumnya mengadakan acara tahlilan atau dzikir dan berdoa bersama yang berkaitan dengan acara kematian untuk mendoakan dan memberikan hadiah pahala kepada orang yang telah meninggal dunia? Dan apakah hal itu bermanfaat atau tersampaikan bagi si mayyit ?

    Tanggapan Admin:Memang benar tahlil itu sama dengan dzikir, bahkan sabdanya “afdzoul dzikiri laillahailalloh” seutama-utama dzikir adalah tahlil tapi jangan menyamarkannya dengan makna TAHLILAN, karena didalam tahlilan banyak bumbu-bumbu yang diimbuhkan ya ahki, Jadi sangat beda jauh antara TAHLIL vs TAHLILAN, adapun tahlil adalah dzikir yang dianjurkan sedang TAHLILAN TIDAK PERNAH DITEMUKAN DALILNYA MELAIKAN BAGI MEREKA YANG HANYA MENCARI CARI SAJA ATAU MENCOCOK-COCOKAN DALIL, AKAN TETAPI TIDAK PERNAH DITEMUI DALAM KITAB KITAB PARA IMAM MUJTAHIDIN, DAN JAWABAN KYAI SAYA DAHULU WAKTU WAKTU MONDOK PASTI BILANG “INIKAN KEBAIKAN”

    Menghadiahkan Fatihah, atau Yaasiin, atau dzikir, tahlil, atau shadaqah, atau qadha puasanya dan lain lain, itu semua sampai kepada mayyit, dengan Nash yang jelas dalam Shahih Muslim hadits no.1149, bahwa seorang wanita bersedekah untuk ibunya yang telah wafat dan diperbolehkan oleh Rasul saw. Dan adapula riwayat Shahihain Bukhari dan Muslim bahwa seorang shahabat menghajikan untuk ibunya yang telah wafat, dan Rasulullah SAW pun menghadiahkan sembelihan beliau SAW saat Idul Adha untuk dirinya dan untuk ummatnya, “Wahai Allah terimalah sembelihan ini dari Muhammad dan keluarga Muhammad dan dari Ummat Muhammad.” (Shahih Muslim hadits no.1967).

    Tanggapan Admin: Ana setuju dengan keshohehan hadits diatas, akan tetapi yang dimaksudkan dalam hadits ini adalah bagi mereka yang mempunyai kebiasaan bersedah dan mempunyai janji bersedah, adapun haji maka ulam’a ahlu sunnah sepakat boleh menunaikan haji kepada orang tua yang telah meninggal dunia, Akan tetapi yang menjadi catatan, bukan berarti bukan tanpa perincian, Kita ambil contoh sederhana, bagaimana jika yang meninggal adalah orang Islam yang didalam kehidupanya adalah orang yang pelit medit dan suka berbuat maksiat, tidak pernah berniat sedekah, hasil hartanya dari riba,anak anaknya seorang muslim pula tapi berkelakuan sama dengan orang tuanya, bagaimana pendapat anda apakah sampai sedekah untuk orang tua yang meninggal tadi? atau lebih masuk akal lagi apakah diterima itu pahala tahlilan tersebut yang katanya antum sama dengan majlis dzikir.KALAU ITU DITERIMA TENTU SURGA INI AKAN DIWARISI ORANG ORANG SEPERTI ITU Wahai saudara yang budiman.BAYANGKAN JIKA YANG MENINGGAL TADI DIATAS PUNYA UNAG RIBA 100JT KEMUDIAN DIGUNAKAN NGUNDANG PARA PEMBACA TAHLIL DENGAN AMPLOP AMPLOPNYA YANG TEBAL-TEBAL ITU, APAKAH SAMPAI KEPADA MAYIT? KALAU MENURUT ANTUM DITERIMA MAKA KAMI KATAKAN ANTUM SEPAKAT BAHWA SYURGA MILIKNYA ORANG-ORANG KAYA SEPERTI YANG KAMI SEBUTKAN DIATAS???? ENAK YA KALAU BEGITU, CUKUP NYEBAR AMPLOP SETELAH MATI BISA MASUK SYURGA.mungkin jadi renungan tersendiri bagi pembaca yang masih awam, Allohul musta’an.

    Dan hal ini (sampainya pengiriman amal untuk mayyit) merupakan kesepakatan Ulama seluruh madzhab dan tak ada yang memungkirinya apalagi mengharamkannya, dan perselisihan pendapat hanya terdapat pada madzhab Imam Syafi’i, bila si pembaca tak mengucapkan lafazh : “Kuhadiahkan”, atau “wahai Allah kuhadiahkan sedekah ini atau dzikir ini atau ayat ini..”, bila hal ini tidak disebutkan maka sebagian Ulama Syafi’i mengatakan pahalanya tak sampai.

    Tanggapan Admin: Setuju jika yang dimaksud adalah sedekah/haji bukan tahlilan, catat wahai para pembaca keliatanya Hadits diatas sudah mulai dipalingkan SEOLAH OLAH SEBAGAI DASAR DALIL TAHLILAN.

    Jadi tak satupun ulama ikhtilaf dalam sampai atau tidaknya pengiriman amal untuk mayiit, tapi berikhtilaf adalah pada mengucapkan atau tidak mengucapkan lafazh tersebut. Demikian pula Ibn Taimiyyah yang menyebutkan 21 hujjah tentang Intifa’ min ‘amalil ghairih (mendapat manfaat dari amal selainnya). Mengenai ayat : “DAN TIADALAH BAGI SESEORANG KECUALI APA YANG DIPERBUATNYA,” maka Ibn Abbas ra menyatakan bahwa ayat ini telah mansukh dengan ayat “DAN ORAN ORANG YANG BERIMAN YANG DIIKUTI KETURUNAN MEREKA DENGAN KEIMANAN”,

    Tanggapan Admin: Yang antum harus garis bawahi adalah DIIKUTI KETURUNAN MEREKA DENGAN KEIMANAN, pembaca sudah ana beri contoh hal ini dengan kasus diatas, Kami ingin memberikan catatan bagi pembaca bahwa yang dimaksud dengan perkataan para ulama diatas adalah WALIDIN SHOLIHIN YAD’U LAHU:ANAK YANG SHOLEH YANG MENDOAKANYA KALAU HADITS INI MEMANG AHLU SUNNAH SEPAKAT DOANYA SAMPAI BAHKAN DOA INI TIDAK HANYA SEBATAS SERUAN LISAN AKAN TETAPI KETIKA SANG ANAK MELAKUKAN AMAL SHOLEH(AMAL PERBUATAN YANG SESUAI DENGAN YANG DICONTOHKAN ROSUL&IKLAS KARENA ALLOH SEMATA) MAKA ORANG TUA AKAN MENDAPATKAN BAGAIANYA.TAPI BUKAN TAHLILAN YANG DIMAKSUD WAHAI PARA PEMBACA KARENA TIDAK PERNAH DICONTOHKAN OLEH ROSUL DAN TIDAK PULA IJMA’ IMAM MUJTAHIDIN.

    Mengenai hadits yang mengatakan bahwa bila wafat keturunan Adam, maka terputuslah amalnya terkecuali 3 (tiga), shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anaknya yang berdoa untuknya, maka orang-orang lain yang mengirim amal, dzikir dll untuknya ini jelas-jelas bukanlah amal perbuatan si mayyit, karena Rasulullah SAW menjelaskan terputusnya amal si mayyit, bukan amal orang lain yang dihadiahkan untuk si mayyit. Dan juga sebagai hujjah bahwa Allah memerintahkan di dalam Al Qur’an untuk mendoakan orang yang telah wafat : “WAHAI TUHAN KAMI AMPUNILAH DOSA-DOSA KAMI DAN BAGI SAUDARA-SAUDARA KAMI YANG MENDAHULUI KAMI DALAM KEIMANAN”, (QS Al Hasyr-10).

    Tanggapan Admin:Kami ingin memberikan catatan bagi pembaca bahwa yang dimaksud dengan perkataan para ulama diatas adalah WALIDIN SHOLIHIN YAD’U LAHU:ANAK YANG SHOLEH YANG MENDOAKANYA KALAU HADITS INI MEMANG AHLU SUNNAH SEPAKAT DOANYA SAMPAI BAHKAN DOA INI TIDAK HANYA SEBATAS SERUAN LISAN AKAN TETAPI KETIKA SANG ANAK MELAKUKAN AMAL SHOLEH(AMAL PERBUATAN YANG SESUAI DENGAN YANG DICONTOHKAN ROSUL&IKLAS KARENA ALLOH SEMATA) MAKA ORANG TUA AKAN MENDAPATKAN BAGAIANYA kalau ini kami sepakat.
    TAPI BUKAN TAHLILAN YANG DIMAKSUD WAHAI PARA PEMBACA KARENA TIDAK PERNAH DICONTOHKAN OLEH ROSUL DAN TIDAK PULA IJMA’ IMAM MUJTAHIDIN, Ulama salaf mana yang menyebutkan hadits diatas sebagai hujah TAHLILAN secara khusus? Ini adalah penyamaran lagi.

    Mengenai rangkuman tahlilan itu, tak satupun Ulama dan Imam-Imam yg memungkirinya. Siapa pula yang memungkiri Muslimin berkumpul dan berdzikir? Hanya syaithan yang tak suka dengan dzikir.

    Tanggapan Admin: Memang tidak ada kaum muslimin yang membenci majlis dzikir (Majlis Ilmu), karena didalamnya diajarkan ilmu disebutkan Nama Alloh, Disela dengan sholawat kepada Rosul, Dibacakan ayat ayat Alloh, Yang menjadi permasalahan dan harus difahami para pembaca Majlis Dzikir itu Beda Dengan Tahlilan.

    Di dalam acara tahlil itu terdapat ucapan Laa ilaaha illallaah, tasbih, shalawat, ayat Qur’an, dirangkai sedemikian rupa dalam satu paket dengan tujuan agar semua orang awam bisa mengikutinya dengan mudah, ini sama saja dengan merangkum Al Qur’an dalam disket atau CD, lalu ditambah pula bila ingin ayat Fulani, silahkan Klik awal ayat, bila anda ingin ayat azab, klik a, ayat rahmat klik b, maka ini semua dibuat buat untuk mempermudah Muslimin terutama yang awam.

    Tanggapan Admin: kami semakin meliat keanehan penulis artikel ini, Untuk memper singkat tanggapan dan tidak bertele tanpa dalil ana rangkumkan perkataan Para Ulama Salaf tentang TAHLILAN INI.Dikolom Bawah

    Atau dikumpulkannya hadits Bukhari, Muslim, dan Kutubussittah, Alqur’an dengan Tafsir Baghawi, Jalalain dan Ilmu Musthalah, Nahwu dll, dalam sebuah CD atau disket, atau sekumpulan kitab. Bila mereka melarangnya maka mana dalilnya?

    Mengenai 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari, atau bahkan tiap hari, tak ada dalil yang melarangnya. Itu adalah bid’ah hasanah yang sudah diperbolehkan oleh Rasulullah saw. Justru kita perlu bertanya, ajaran Muslimkah mereka yang melarang orang mengucapkan Laa ilaaha illallaah? Siapa yang alergi dengan suara Laa ilaaha illallaah kalau bukan syaithan dan pengikutnya? Siapa yang membatasi orang mengucapkan Laa ilaaha illallaah? Muslimkah? Semoga Allah memberi hidayah pada Muslimin. Tak ada larangan untuk menyebut Laa ilaaha illallaah, tak pula ada larangan untuk berdzikir pada hari ke-40, hari ke-100 atau kapanpun. Pelarangan atas hal ini adalah kemungkaran yang nyata. Adapun kebolehannya, selain didukung oleh nash umum bagi bolehnya berdzikir di mana pun dan kapan pun (kecuali di jamban), juga didukung oleh hadits sampainya pahala yang dihadiahkan bagi mayyit.

    Bila hal ini dikatakan merupakan adat orang hindu, maka bagaimana dengan computer, handphone, mikrofon, dan lainnya yang merupakan adat orang kafir, bahkan bentuk mimbar dan qubah yang ada di Masjid-Masjid pun adalah adat istiadat non-Muslim. Namun selama hal itu bermanfaat dan tak melanggar syari’ah maka boleh-boleh saja mengikutinya, sebagaimana Rasul saw meniru adat Yahudi yang berpuasa pada hari 10 Muharram. Bahwa Rasul saw menemukan orang Yahudi puasa di hari 10 Muharram karena mereka tasyakkur atas selamatnya Musa as. Dan Rasul saw bersabda : “Kami lebih berhak dari kalian atas Musa as,” lalu beliau saw memerintahkan Muslimin agar berpuasa pula. (HR Shahih Bukhari hadits no.3726, 3727).

    Sebagaimana pula diriwayatkan bahwa Imam Masjid Quba di zaman Nabi saw, selalu membaca surat Al Ikhlas pada setiap kali membaca fatihah, maka setelah fatihah maka ia membaca Al-Ikhlas, lalu surat lainnya, dan ia tak mau meninggalkan surat al-Ikhlas setiap rakaatnya. Ia jadikan Al Ikhlas sama dengan Fatihah hingga selalu berdampingan disetiap rakaat. Maka orang mengadukannya pada Rasul saw, dan ia ditanya oleh Rasul saw : “Mengapa kau melakukan hal itu?” maka ia menjawab : “Aku mencintai surat Al Ikhlas.” Maka Rasul saw bersabda : “Cintamu pada surat Al Ikhlas akan membuatmu masuk sorga” (Shahih Bukhari).

    Maka tentunya orang itu tak melakukan hal tsb dari ajaran Rasul saw, ia membuat-buatnya sendiri karena cintanya pada surat Al Ikhlas, maka Rasul saw tak melarangnya bahkan memujinya. Maka siapa pula yang mau melarang orang yang menggemari Yaasiin?

    Kita bisa melihat bagaimana para Huffazh (Huffazh adalah Jamak dari Hafizh, yaitu ahli hadits yang telah hafal minimal 100.000 hadits berikut sanad dan hukum matannya) dan para Imam mengirim hadiah pada Rasul saw:

    • Berkata Imam Al-Hafizh Al Muhaddits Ali bin Al-Muwaffiq rahimahullah : “Aku 60 kali melaksanakan hajji dengan berjalan kaki, dan kuhadiahkan pahala dari itu 30 hajji untuk Rasulullah saw.”

    • Berkata Al Imam Al-Hafizh Al Muhaddits Abul Abbas Muhammad bin Ishaq Ats-Tsaqafiy As-Siraaj : “Aku mengikuti Ali bin Al-Muwaffiq, aku lakukan 7X haji yang pahalanya untuk Rasulullah saw dan aku menyembelih Qurban 12.000 ekor untuk Rasulullah saw, dan aku khatamkan 12.000 kali khatam Al-Qur’an untuk Rasulullah saw, dan kujadikan seluruh amalku untuk Rasulullah saw”.
    Beliau adalah murid dari Imam Bukhari rahimahullah, dan beliau menyimpan 70 ribu masalah yabg dijawab oleh Imam Malik, beliau lahir pada 218 H dan wafat pada 313H

    • Berkata Al Imam Al Hafizh Abu Is-haq Al-Muzakkiy, aku mengikuti Abul Abbas dan aku haji pula 7X untuk Rasulullah saw, dan aku mengkhatamkan Al-Qur’an 700 kali khatam untuk Rasulullah saw. (Tarikh Baghdad Juz 12 hal 111).

    Berkata Ibnu Al-Qayyim, “Ibadah itu dua macam, yaitu mengenai harta dan badan. Dengan sampainya pahala sedekah, syara’ mengisyaratkan sampainya pada sekalian ibadah yang menyangkut harta, dan dengan sampainya pahala puasa, diisyaratkan sampainya sekalian ibadah badan (badaniyah). Kemudian dinyatakan pula sampainya pahala hajji, suatu gabungan dari ibadah maliyah (harta) dan badaniyah. Maka ketiga macam ibadah itu, teranglah sampainya, baik dengan keterangan nash maupun dengan jalan perbandingan.”

    Syaikh Taqiyyuddin Abul Abbas Ahmad bin Taimiyyah yang menegaskan: “Barangsiapa berkeyakinan bahwa seseorang hanya dapat memperoleh pahala dari amal perbuatannya sendiri, ia menyimpang dari ijma’ para ulama dan dilihat dari berbagai sudut pandang, keyakinan demikian itu tidak dapat dibenarkan.”

    Kemudian, mengenai hidangan yang disediakan di rumah duka itu merupakan shadaqah yang biasanya dihadiahkan bagi mayyit.

    Dari Aisyah ra bahwa sungguh telah datang seorang lelaki pada nabi saw seraya berkata : Wahai Rasulullah, sungguh ibuku telah meninggal mendadak sebelum berwasiat, kukira bila ia sempat bicara mestilah ia akan bersedekah, bolehkah aku bersedekah atas namanya?, Rasul saw menjawab : “Boleh” (Shahih Muslim hadits no.1004)

    Dan dalam hadits ini (hadits riwayat shahih muslim di atas) menjelaskan bahwa shadaqah untuk mayit bermanfaat bagi mayit, dan pahalanya disampaikan pada mayyit, demikian pula menurut Ijma para ulama, dan demikian pula mereka bersepakat atas sampainya doa-doa” (syarh Imam Nawawi ala shahih muslim juz 7 hal 90)

    Bila keluarga rumah duka menyediakan makanan dengan maksud bershadaqah, maka hal itu sunnah, apalagi bila diniatkan pahala shadaqahnya untuk mayyit. Demikian kebanyakan orang-orang yang kematian, mereka menjamu tamu-tamu dengan sedekah yang pahalanya untuk si mayyit. Maka hal ini sunnah.

    Mengenai makan di rumah duka, sungguh Rasul saw telah melakukannya. Dijelaskan dalam Tuhfatul Ahwadziy :

    Hadits riwayat Ashim bin Kulaib ra yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam sunannya dengan sanad shahih, dari ayahnya, dari seorang lelaki anshar, berkata : Kami keluar bersama Rasul saw dalam suatu penguburan jenazah. Lalu kulihat Rasul saw memerintahkan pada penggali kubur untuk memperlebar dari arah kaki dan dari arah kepala. Ketika selesai, maka datanglah seorang utusan istri almarhum, mengundang Nabi saw untuk bertandang ke rumahnya. Lalu Rasul saw menerima undangannya dan kami bersamanya. Lalu dihidangkan makanan, lalu Rasul saw menaruh tangannya saw di makanan itu, kami pun menaruh tangan kami di makanan itu. Lalu kesemuanya pun makan. Riwayat Abu Dawud dan Baihaqi dalam Dalail Nubuwwah. Demikian pula diriwayatkan dalam Al-Misykaah, di Bab Mukjizat, dikatakan bahwa ketika beliau saw akan pulang, maka datanglah utusan istri almarhum.. dan hal ini merupakan nash yang jelas bahwa Rasulullah saw mendatangi undangan keluarga duka, dan berkumpul bersama shahabat beliau saw setelah penguburan dan makan. (Tuhfatul Ahwadziy Juz 4 hal 67).

    Adapun yang tidak disukai adalah membuatkan makanan jamuan untuk mendatangkan orang banyak, bukan untuk bershadaqah, tetapi untuk meramaikan rumah, menampakkan kedukaan atau melahirkan rasa kesedihannya, seperti yang terjadi di Toraja dan Batak. Jadi yang tidak disukai itu adalah menyediakan makanan untuk mendatangkan orang banyak untuk meratapi mayyit.

    Bagi bangsa Tionghoa, meratapi mayyit termasuk adat mereka. Mereka mengundang banyak orang. Semakin banyak yang datang, semakin keras tangisan mereka, semakin tuan rumah senang. Karena hal ini, menurut mereka, menunjukkan bahwa mayyit sangat dicintai banyak orang, sehingga kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi banyak orang. Bahkan terkadang mereka membayar orang-orang untuk menangis agar terlihat bahwa mayyit ini orang terpandang yang dicintai banyak orang. Hal semacam inilah yang tidak disukai.

    Menyediakan makanan agar berkumpul beramai-ramai di malam pertama, ketiga, dst untuk melahirkan kedukaan itu berbeda dengan menyediakan makanan untuk bershadaqah. Jika keluarga mayyit mengundang bukan untuk meratapi, maka hal itu boleh, seperti telah dijelaskan dalam hadits Ashim bin Kulaib.

    Kemudian, Anda juga perlu tahu bahwa biasanya ketika berta’ziyah, kita tentunya memberikan uang pula untuk meringankan ahli mayyit. Kemudian tetangga-tetangga juga dengan sukarela membantu memasak makanan bagi ahli mayyit dan juga orang-orang yang pulang dari menguburkan. Dan saya tidak melihat bahwa ahli mayyit itu memasak untuk orang-orang yang menguburkan. Saya melihat bahwa ahli mayyit cukup duduk sambil ditenangkan hati mereka.

    Saya telah ditinggalkan oleh kakek, nenek, ibu, dan kakak saya. Dalam empat peristiwa itu, saya dan keluarga tidak memasak apa pun bagi tetamu. Tetangga-tetangga kamilah yang memasak untuk mereka. Jadi, apa yang dituduhkan sebagian kelompok itu disebabkan ketidak-tahuan mereka atas kejadian sesungguhnya dan kurang dapatnya mereka menangkap maksud dari perkataan para Imam. Wa lillahit taufiq.”

    saya ingin bertanya, bagaimana pemandangan ustad tentang hal ini,,,
    terima kasih.

    Saudaraku Abdullah, Tafadzol Direnungi perkataan ulama salaf dibawah ini, tulisan diatas ana tidak menanggapi semua karena semakin melebar dan penulis hanya meletakan dalil dalil umum yang tidak dijelaskan oleh para ulama secara khusus, jadi hanya terkesan mencocok-cocokan supaya keliatan ulama salaf merekomendasikan TAHLILAN,

    Dibawah kami bawakan sejumlah fatwa para Ulama Islam dan Ijma’ mereka dalam masalah “selamatan kematian” atau TAHLILAN yang sangat terang menjelaskan dan semoga menjadi bahan renungan bagi pembaca :

    [1]. Telah berkata Imam Mujtahidin Imamnya Para uLama: Al-Imam Asy-Syafi’iy di ktabnya ‘Al-Um” (I/318).

    “Aku benci al ma’tam yaitu berkumpul-kumpul dirumah ahli mayit meskipun tidak ada tangisan, karena sesungguhnya yang demikian itu akan memperbaharui kesedihan”[1]

    Perkataan imam kita diatas jelas sekali yang tidak bisa dita’wil atau ditafsirkan kepada arti dan makna lain kecuali bahwa beliau dengan tegas mengharamkan berkumpul-kumpul dirumah keluarga/ahli mayit. Ini baru berkumpul saja, bagaimana kalau disertai dengan apa yang kita namakan disini sebagai Tahlilan ?”

    [2]. Telah berkata Imam Ibnu Qudamah, di kitabnya Al Mughni (Juz 3 halaman 496-497 cetakan baru ditahqiq oleh Syaikh Abdullah bin Abdul Muhsin At Turki ) :

    “Adapun ahli mayit membuatkan makanan untuk orang banyak maka itu satu hal yang dibenci ( haram ). Karena akan menambah kesusahan diatas musibah mereka dan menyibukkan mereka diatas kesibukan mereka [2] dan menyerupai perbuatan orang-orang jahiliyyah.

    Dan telah diriwayatkan bahwasannya Jarir pernah bertamu kepada Umar. Lalu Umar bertanya,.Apakah mayit kamu diratapi ?” Jawab Jarir, ” Tidak !” Umar bertanya lagi, ” Apakah mereka berkumpul di rumah ahli mayit dan mereka membuat makanan ? Jawab Jarir, ” Ya !” Berkata Umar, ” Itulah ratapan !”

    [3]. Telah berkata Syaikh Ahmad Abdurrahman Al Banna, di kitabnya : Fathurrabbani tartib musnad Imam Ahmad bin Hambal ( 8/95-96) :

    “Telah sepakat imam yang empat (Abu Hanifah, Malik, Syafi’i dan Ahmad) atas tidak disukainya ahli mayit membuat makanan untuk orang banyak yang mana mereka berkumpul disitu berdalil dengan hadits Jarir bin Abdullah. Dan zhahirnya adalah HARAM karena meratapi mayit hukumnya haram, sedangkan para Shahabat telah memasukkannya (yakni berkumpul-kumpul di rumah ahli mayit) bagian dari meratap dan dia itu (jelas) haram.

    Dan diantara faedah hadits Jarir ialah tidak diperbolehkannya berkumpul-kumpul dirumah ahli mayit dengan alasan ta’ziyah /melayat sebagaimana dikerjakan orang sekarang ini.

    Telah berkata An Nawawi rahimahullah : Adapun duduk-duduk (dirumah ahli mayit ) dengan alasan untuk ta’ziyah telah dijelaskan oleh Imam Syafi’i dan pengarang kitab Al Muhadzdzab dan kawan-kawan semadzhab atas dibencinya (perbuatan tersebut)..

    Kemudian Nawawi menjelaskan lagi, ” Telah berkata pengarang kitab Al Muhadzdzab : “Dibenci duduk-duduk (ditempat ahli mayit ) dengan alasan untuk ta’ziyah. Karena sesungguhnya yang demikian itu adalah muhdats (hal yang baru yang tidak ada keterangan dari Agama), sedang muhdats adalah ” Bid’ah.”

    Kemudian Syaikh Ahmad Abdurrahman Al-Banna di akhir syarahnya atas hadits Jarir menegaskan : “Maka, apa yang biasa dikerjakan oleh kebanyakan orang sekarang ini yaitu berkumpul-kupmul (di tempat ahli mayit) dengan alasan ta’ziyah dan mengadakan penyembelihan, menyediakan makanan, memasang tenda dan permadani dan lain-lain dari pemborosan harta yang banyak dalam seluruh urusan yang bid’ah ini mereka tidak maksudkan kecuali untuk bermegah-megah dan pamer supaya orang-orang memujinya bahwa si fulan telah mengerjakan ini dan itu dan menginfakkan hartanya untuk tahlilan bapak-nya. Semuanya itu adalah HARAM menyalahi petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan Salafush shalih dari para shahabat dan tabi’in dan tidak pernah diucapkan oleh seorangpun juga dari Imam-imam Agama (kita).

    Kita memohon kepada Allah keselamatan !”

    [4]. Al Imam An Nawawi, dikitabnya Al Majmu’ Syarah Muhadzdzab (5/319-320) telah menjelaskan tentang bid’ahnya berkumpul-kumpul dan makan-makan dirumah ahli mayit dengan membawakan perkataan penulis kitab Asy -Syaamil dan lain-lain Ulama dan beliau menyetujuinya berdalil dengan hadits Jarir yang beliau tegaskan sanadnya shahih. Dan hal inipun beliau tegaskan di kitab beliau “Raudlotuth Tholibin (2/145).

    [5]. Telah berkata Al Imam Asy Syairoziy, dikitabnya Muhadzdzab yang kemudian disyarahkan oleh Imam Nawawi dengan nama Al Majmu’ Syarah Muhadzdzab : “Tidak disukai /dibenci duduk-duduk (ditempat ahli mayit) dengan alasan untuk Ta’ziyah karena sesungguhnya yang demikian itu muhdats sedangkan muhdats adalah ” Bid’ah “.

    Dan Imam Nawawi menyetujuinya bahwa perbatan tersebut bid’ah. [Baca ; Al-Majmu’ syarah muhadzdzab juz. 5 halaman 305-306]

    [6]. Al Imam Ibnul Humam Al Hanafi, di kitabnya Fathul Qadir (2/142) dengan tegas dan terang menyatakan bahwa perbuatan tersebut adalah ” Bid’ah Yang Jelek”. Beliau berdalil dengan hadits Jarir yang beliau katakan shahih.

    [7]. Al Imam Ibnul Qayyim, di kitabnya Zaadul Ma’aad (I/527-528) menegaskan bahwa berkumpul-kumpul (dirumah ahli mayit) dengan alasan untuk ta’ziyah dan membacakan Qur’an untuk mayit adalah ” Bid’ah ” yang tidak ada petunjuknya dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

    [8]. Al Imam Asy Syaukani, dikitabnya Nailul Authar (4/148) menegaskan bahwa hal tersebut Menyalahi Sunnah.

    [9]. Berkata penulis kitab ‘Al-Fiqhul Islamiy” (2/549) : “Adapaun ahli mayit membuat makanan untuk orang banyak maka hal tersebut dibenci dan Bid’ah yang tidak ada asalnya. Karena akan menambah musibah mereka dan menyibukkan mereka diatas kesibukan mereka dan menyerupai (tasyabbuh) perbuatan orang-orang jahiliyyah”.

    [10]. Al Imam Ahmad bin Hambal, ketika ditanya tentang masalah ini beliau menjawab : ” Dibuatkan makanan untuk mereka (ahli mayit ) dan tidaklah mereka (ahli mayit ) membuatkan makanan untuk para penta’ziyah.” [Masaa-il Imam Ahmad bin Hambal oleh Imam Abu Dawud hal. 139]

    [11]. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, ” Disukai membuatkan makanan untuk ahli mayit dan mengirimnya kepada mereka. Akan tetapi tidak disukai mereka membuat makanan untuk para penta’ziyah. Demikian menurut madzhab Ahmad dan lain-lain.” [Al Ikhtiyaaraat Fiqhiyyah hal.93]

  15. abdullah berkata

    September 14, 2010 pada 8.18 ustad saya pernah baca buku,, tentang bid’ah namun,, dalam buku itu,, dituliskan “sebelum masuk ke pembahasan bid’ah terlebih dahulu kita harus mengetahui perbedaan antara perkara adat dan ibadat,,” lalu dibuku itu dituliskan perkataan imam syathibi seprti berikut ini:“sesungguhnya apa-apa yang tak dapat difikirkan maksud-maksudnya dengan jelas, baik perkara yang diperintah ataupun dilarang, maka dinamakan ta’abbud (ibadat) dan apa-apa yang dapat dikenal kebaikannya &dan kejahatannya, maka itu dinamakan “aadi” (adat), oleh karena itu shalat, bersuci, shaum, haji semua itu termasuk ibadat sedangkan jual beli, nikah, thalak, jinayat termasuk perkara adat.” (al-i’tisham)

    saya masih belum faham maksud perkataan imam syatibi tersebut mengenai perbedaan perkara adat dan ibadat,, harap ustad jelaskan dengan lebih rinci lagi,
    terima kasih,,

  16. Bella Asyfara berkata

    September 15, 2010 pada 8.18 lokasi dijakarta dimana yaaaaaaaaaaaaaaa?

    Wilayah DKI Jaya
    1.Kajian rutin Salafy di Bekasi klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1249 update (17/03/2008)
    2.Kajian rutin Salafy di Cilegon, Banten klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1159 update (23/04/2007)
    3.Kajian rutin Salafy di Cikarang, Bekasi klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1542 update (25/10/2009)
    4.Kajian rutin Salafy di Depok dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1264 update (21/03/2008)
    5.Kajian rutin Salafy di Jakarta dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=928 update (25/03/2008)
    6.Kajian rutin Salafy di Jakarta Timur dan sekitarnya klik http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1248 update (17/03/2008)

     

  17. Dhani Ramadhan berkata

    Oktober 29, 2010 pada 8.18 Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarokatuh..

    Artikelnya sangat ilmiah dan bermanfaat
    Semoga Mu’min yg ga suka Tahlil dsb
    Diberi Hidayah Oleh ALLOH SWT….Amin….

    Waalaikumussalam Warohmatulloh,Waiyyakum Ahki.

  18. burhaan berkata

    November 1, 2010 pada 8.18 assalamualaikum…bagi pembaca yang ingin menambah wawasan tentang ahlussunnah… silahkan
    terima kasih.

    Waaalikumussalam Warohmatulloh,Wallohulmuwafiq

  19. abu berkata

    Maret 1, 2011 pada 8.18 satu lagi yang hampir saya lupa,sunnahnya rosullah yang sudah banyak ditinggalkan oleh umat islam padahal rosullulah sampe menangis memohon kepada allah agar doanya yang satu ini dikabulkan tapi sayang allah berkehendak lain yaitu bagaimana umat islam ini tidak saling bermusuhan walaupun baju yang mereka kenakan tidak lah sama yang penting tidak menunjukkan aurat…..

    Ahlu sunnah adalah sepakat diatas alhaq, tiada yang memecahkan mereka melainkan ada dari mereka yang berpaling dari sunnah, dan selamanya pengakuan bukanlah hakikat tanpa adanya bukti amalan yang menguatkan pengakuanya, walaupun dia memasang spanduk spanduk atau atribut, ketahuilah wahai saudaraku ahlu sunnah adalah mereka yang komitmen dengan sunnah rosul Alaihi sholatu wassalam dan yang menyatukan mereka adalah keteguhanya dalam sunnah ini.Tafadzol antum mendatangi para asatidz ahlu sunnah dengan mengharap ridho Alloh ta’ala dan bandingkan dengan kajian kajian yang ada sekarang ya ahki, Wallohul muwafiq

  20. arief muhammad rivai berkata

    Maret 3, 2011 pada 8.18 Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarokatuh..

    subhanalloh…
    hasbunawlohwani’malwakil ni’malmaula wani’mannassir

    Waalaikumussalam Warohmatulloh, Semoga Alloh menjadikan kita termasuk hamba yang bertawakal kepadaNya,takut kepadaNya, dan cinta KepadaNya.Amin Ya robal alamin.

  21. aku yang dhoif dan bodoh berkata

    Maret 5, 2011 pada 8.18 kalo kita perhatikan dan dapat diambil kesimpulan.
    hadish: islam akan terpecah menjadi 73 golongan

    anda semua harus percaya. soalnya hadish

    buat apa membenarkan kalo golongan kita yang benar
    itu semua hak Allah………..ok bung..nggak usah berdebat percuma

    Na’am, Sikap para pendahulu kita adalah diantaranya meninggalkan debat tanpa ilmu, antum bisa perhatikan artikel tercelanya debat tanpa ilmu ya ahki,
    Yang menjadi tanbih : adalah siapa yang sekarang menegakkan sunnah Rosul dan siapa yang berpaling darinya (coba dipehatikan tafsir ibnu katsir Qs.ataubah ayat 100.Wallohu a’lam.Nafa’llohu lana wa lakum fil islam.

  22. pret berkata

    April 23, 2011 pada 8.18 ustad jawab itu saudara abdullah,tulisannya mewakili saya.

    Thoyib,insyalloh akan dijawab satu per satu.Wallohul Muwafiq

  23. yulianto berkata

    Mei 9, 2011 pada 8.18 Assalamu’alaikum wr.wb

    trima kasih atas pencerahannya,tp ada yg kurang nih… Gimana penjelasan dr sodara Abdullah kok blm ada jawabannya……

    Waalaikumussalam Warohmatulloh,Waiyyakum afwan pertanyaan Ahki Abdullah sangat memerlukan waktu tersendiri,insyalloh akan kami jawab Satu per satu.

    Dibawah kami bawakan sejumlah fatwa para Ulama Islam dan Ijma’ mereka dalam masalah “selamatan kematian” atau TAHLILAN yang sangat terang menjelaskan dan semoga menjadi bahan renungan bagi pembaca :

    [1]. Telah berkata Al-Imam Asy-Syafi’iy di ktabnya ‘Al-Um” (I/318).

    “Aku benci al ma’tam yaitu berkumpul-kumpul dirumah ahli mayit meskipun tidak ada tangisan, karena sesungguhnya yang demikian itu akan memperbaharui kesedihan”[1]

    Perkataan imam kita diatas jelas sekali yang tidak bisa dita’wil atau ditafsirkan kepada arti dan makna lain kecuali bahwa beliau dengan tegas mengharamkan berkumpul-kumpul dirumah keluarga/ahli mayit. Ini baru berkumpul saja, bagaimana kalau disertai dengan apa yang kita namakan disini sebagai Tahlilan ?”

    [2]. Telah berkata Imam Ibnu Qudamah, di kitabnya Al Mughni (Juz 3 halaman 496-497 cetakan baru ditahqiq oleh Syaikh Abdullah bin Abdul Muhsin At Turki ) :

    “Adapun ahli mayit membuatkan makanan untuk orang banyak maka itu satu hal yang dibenci ( haram ). Karena akan menambah kesusahan diatas musibah mereka dan menyibukkan mereka diatas kesibukan mereka [2] dan menyerupai perbuatan orang-orang jahiliyyah.

    Dan telah diriwayatkan bahwasannya Jarir pernah bertamu kepada Umar. Lalu Umar bertanya,.Apakah mayit kamu diratapi ?” Jawab Jarir, ” Tidak !” Umar bertanya lagi, ” Apakah mereka berkumpul di rumah ahli mayit dan mereka membuat makanan ? Jawab Jarir, ” Ya !” Berkata Umar, ” Itulah ratapan !”

    [3]. Telah berkata Syaikh Ahmad Abdurrahman Al Banna, di kitabnya : Fathurrabbani tartib musnad Imam Ahmad bin Hambal ( 8/95-96) :

    “Telah sepakat imam yang empat (Abu Hanifah, Malik, Syafi’i dan Ahmad) atas tidak disukainya ahli mayit membuat makanan untuk orang banyak yang mana mereka berkumpul disitu berdalil dengan hadits Jarir bin Abdullah. Dan zhahirnya adalah HARAM karena meratapi mayit hukumnya haram, sedangkan para Shahabat telah memasukkannya (yakni berkumpul-kumpul di rumah ahli mayit) bagian dari meratap dan dia itu (jelas) haram.

    Dan diantara faedah hadits Jarir ialah tidak diperbolehkannya berkumpul-kumpul dirumah ahli mayit dengan alasan ta’ziyah /melayat sebagaimana dikerjakan orang sekarang ini.

    Telah berkata An Nawawi rahimahullah : Adapun duduk-duduk (dirumah ahli mayit ) dengan alasan untuk ta’ziyah telah dijelaskan oleh Imam Syafi’i dan pengarang kitab Al Muhadzdzab dan kawan-kawan semadzhab atas dibencinya (perbuatan tersebut)……..

    Kemudian Nawawi menjelaskan lagi, ” Telah berkata pengarang kitab Al Muhadzdzab : “Dibenci duduk-duduk (ditempat ahli mayit ) dengan alasan untuk ta’ziyah. Karena sesungguhnya yang demikian itu adalah muhdats (hal yang baru yang tidak ada keterangan dari Agama), sedang muhdats adalah ” Bid’ah.”

    Kemudian Syaikh Ahmad Abdurrahman Al-Banna di akhir syarahnya atas hadits Jarir menegaskan : “Maka, apa yang biasa dikerjakan oleh kebanyakan orang sekarang ini yaitu berkumpul-kupmul (di tempat ahli mayit) dengan alasan ta’ziyah dan mengadakan penyembelihan, menyediakan makanan, memasang tenda dan permadani dan lain-lain dari pemborosan harta yang banyak dalam seluruh urusan yang bid’ah ini mereka tidak maksudkan kecuali untuk bermegah-megah dan pamer supaya orang-orang memujinya bahwa si fulan telah mengerjakan ini dan itu dan menginfakkan hartanya untuk tahlilan bapak-nya. Semuanya itu adalah HARAM menyalahi petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan Salafush shalih dari para shahabat dan tabi’in dan tidak pernah diucapkan oleh seorangpun juga dari Imam-imam Agama (kita).

    Kita memohon kepada Allah keselamatan !”

    [4]. Al Imam An Nawawi, dikitabnya Al Majmu’ Syarah Muhadzdzab (5/319-320) telah menjelaskan tentang bid’ahnya berkumpul-kumpul dan makan-makan dirumah ahli mayit dengan membawakan perkataan penulis kitab Asy -Syaamil dan lain-lain Ulama dan beliau menyetujuinya berdalil dengan hadits Jarir yang beliau tegaskan sanadnya shahih. Dan hal inipun beliau tegaskan di kitab beliau “Raudlotuth Tholibin (2/145).

    [5]. Telah berkata Al Imam Asy Syairoziy, dikitabnya Muhadzdzab yang kemudian disyarahkan oleh Imam Nawawi dengan nama Al Majmu’ Syarah Muhadzdzab : “Tidak disukai /dibenci duduk-duduk (ditempat ahli mayit) dengan alasan untuk Ta’ziyah karena sesungguhnya yang demikian itu muhdats sedangkan muhdats adalah ” Bid’ah “.

    Dan Imam Nawawi menyetujuinya bahwa perbatan tersebut bid’ah. [Baca ; Al-Majmu’ syarah muhadzdzab juz. 5 halaman 305-306]

    [6]. Al Imam Ibnul Humam Al Hanafi, di kitabnya Fathul Qadir (2/142) dengan tegas dan terang menyatakan bahwa perbuatan tersebut adalah ” Bid’ah Yang Jelek”. Beliau berdalil dengan hadits Jarir yang beliau katakan shahih.

    [7]. Al Imam Ibnul Qayyim, di kitabnya Zaadul Ma’aad (I/527-528) menegaskan bahwa berkumpul-kumpul (dirumah ahli mayit) dengan alasan untuk ta’ziyah dan membacakan Qur’an untuk mayit adalah ” Bid’ah ” yang tidak ada petunjuknya dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

    [8]. Al Imam Asy Syaukani, dikitabnya Nailul Authar (4/148) menegaskan bahwa hal tersebut Menyalahi Sunnah.

    [9]. Berkata penulis kitab ‘Al-Fiqhul Islamiy” (2/549) : “Adapaun ahli mayit membuat makanan untuk orang banyak maka hal tersebut dibenci dan Bid’ah yang tidak ada asalnya. Karena akan menambah musibah mereka dan menyibukkan mereka diatas kesibukan mereka dan menyerupai (tasyabbuh) perbuatan orang-orang jahiliyyah”.

    [10]. Al Imam Ahmad bin Hambal, ketika ditanya tentang masalah ini beliau menjawab : ” Dibuatkan makanan untuk mereka (ahli mayit ) dan tidaklah mereka (ahli mayit ) membuatkan makanan untuk para penta’ziyah.” [Masaa-il Imam Ahmad bin Hambal oleh Imam Abu Dawud hal. 139]

    [11]. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, ” Disukai membuatkan makanan untuk ahli mayit dan mengirimnya kepada mereka. Akan tetapi tidak disukai mereka membuat makanan untuk para penta’ziyah. Demikian menurut madzhab Ahmad dan lain-lain.” [Al Ikhtiyaaraat Fiqhiyyah hal.93]

  24. Anonymous berkata

    Mei 12, 2011 pada 8.18 ya jangan ,suka menyesatkan islam lain donk??????????????????????????????????????????????? (Edit)

    Insyalloh disini ilmiah dan saling menasehati mungkin ada pemberi komentar yang kurang etika dalam bertanya atau diskusi,insyalloh dimoderasi.Wallohua’lam

  25. nidhom berkata

    Mei 12, 2011 pada 8.18 Assalamu’alaikum Warohmatulloh wabarokatuh.
    menukil jawaban ustadz atas pertanyaan Abdulloh di atas: “Kalau kita memahami bagaimana para imam empat sangat keras kepada pengikut yang tidak mengetahui landasan dalil dari ijtihad mereka, dengan mengatakan HAROM bagi orang yang mengikuti pendapat kami jika tidak mengetahui landasan dari mana kami mengambil dalil dalam berpendapat.dan mereka juga mengatakan kalau ada hadits yang shohih itu adalah madzhab kami”. pertanyaan saya ustadz… apakah berarti orang bodoh -seperti saya ini- setiap saat bahkan setiap detik selalu melakukan perbuatan HAROM, bahkan ketika saya sedang melakukan sholat? karena orang seperti saya ini tidak pernah “mengetahui landasan” dalil orang yang saya ikuti. dan kalau saya tahu haditsnya, misalnya,tapi toh saya juga tidak tahu apakah hadits tsb shoheh atau tidak, dan kalau toh saya baca juga ada imam atau seorang alim -seperti ustadz admin ini misalnya- yang menyatakan shoheh, tapi tetap saja saya tidak tahu apa landasannya dia mengatakan shoheh atau tidak,

    Admin:Bismillah,Saudara Nidhom Semoga Alloh Ta’ala anugerahkan kesabaran didalam mencari ilmu nafi’ dan beramal denganya,semoga Alloh anugerahkan kepada antum adab adab yang mulia sehingga menjadikan diri antum sebagai hamba hamba yang terpilih, Antum renungi jawaban ana dibawah dulu jangan terlalu banyak berkata-kata dulu.

    Hukum orang yang bodoh dan jahil telah kami bahas dalam beberapa pertanyaan sebelumnya, yang intinya kebodohan atau ketidaktauan jika itu memang benar benar karena ketidaktahuan/belum mendapatkan dakwah maka tiada hukum bagi orang seperti ini, maka yang terpenting adalah dia mempunyai kewajiban belajar menuntut ilmu untuk menutupi kebodohanya, sebagaimana yang telah Alloh wajibkan :

    1.وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا .
    Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya (Al Isro 36)
    2.فَاعْلَمْ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ Maka Ilmuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Rab (Yang Hak) melainkan Allah

    3.dan sekian banyak hadits hadits Rosul yang disepakati Keshahihanya oleh para ulama salaf (antum bisa buka SHAHIH IMAM BUKHARIY) bab Al ilmu Qobla Qouli wal Amal : Bab Hendaklah Ilmu dipelajari sebelum dia berkata-kata dan Beramal)

    intinya menuntut ilmu hukumnya wajib dan semua diurutkan dari yang terpenting dan yang lebih penting, dari yang wajib menuju yang mubah

    Antum tidak usah pusing pusing mana yang shoheh atau mana yang tidak shoheh, JIKA ANTUM BERAQIDAH AHLU SUNNAH TENTU SEPAKAT BAHWA SHOHEH BUKHARIY DAN MUSLIM ADALAH KITAB TERSHOHEH SETELAH ALQUR’AN, DAN SEDIKIT YANG MENGKRITIK DAN KRITIKANYAPUN MASIH TERBANTAHKAN,COBA ANTUM AMALKAN RIBUAN HADITS ITU MAS, MUNGKIN BACA SYARAHNYA JUGA SEUMUR HIDUP BELUM TENTU CUKUP KECUALI MEREKA PARA ALIM.

    AKAN TETAPI juga jangan menolak hadits hadits shoheh dari kitab selainya, yang notabenya mereka mempunyai sanad sambung dengan mereka misal murid muridnya seperti imam Ahmad murid imam syafi’i,imamThirmidzi,Ibnu Majah,Ibnu Hiban Dll.

    Ana hanya melihat antum belum teliti memahami ucapan para imam tentang keharoman mengikuti pendapat beliau jika tidak tau landasan pendalilanya (catatan:itupun yang mengharomkan mereka sendiri para imam bukan ana) disini memberikan tanbih supaya kaum muslimin tidaklah taqlid buta, antum harus perdalam lagi pengertian :Taqlid dan Itiba’

    oke … mungkin yang mensahihkan tadi menyatakan karena rowinya adil -misalnya- tapi tetep saja saya tidak tahu landasan dia mengatakan adil, demikian pertanyaan ini akan terus dan terus berlanjut entah sampai dimana?? andaikan bisa dijawab, misalnya dengan perangkat ilmiyah yang ada (sperti ilmu mushtholahah hadits, maaf kalau salah)maka pertanyaannya, siapa sekarang yang mampu mengetahui landasan atau dalil yang shohih dari setiap amalannya? dalam masalah sholat saja misalnya, ada berapa banyak ayat dan hadits yang mesti diketahui? belum lagi harus memisahkan antara yang sesuai dan yang tidak dengan permasalahan, bahkan konon kalau mau ngerti betul kandungan sebuah ayat harus tau juga sebab turunnya. walah-walaah…. lha apa mungkin itu di lakukan orang seperti saya, lha wong artinya sebuah ayat saja saya harus nurut sama terjemahnya DEPAG. belum lagi memisahkan antara hadits yang shohih dan tidak shohih. rasanya kok kalau orang seperti saya ya gak mungkin gitu.dan lagi nanti kalau ada pertentangan antara dalil satu dengan lainnya.

    Admin:Yang mengetahui adalah ahlul ilmi (Ulama) , bagi seseorang yang tidak mau belajar sungguh tidak mungkin tapi apa yang disabdakan Rosul semua menjadi mungkin, INNAL ANBIYA’A LAM … AL ULAMA’U WAROSATUL AMBIYA’ , sekarang yang kurang mungkin itu sikap jujur untuk mencari kebenaran tanpa buruk sangka dahulu, DAN ORANG YANG JUJUR ITU TABAYUN/IQOMATUL HUJAH menilai anatara Waki’ dan Dalil DENGAN SUNGGUH SUNGGUH BUKAN IKUT IKUTAN, ATAU ASAL TUDUH,SERAMPANGAN BICARA,HURA HURA ATAU BAHKAN MENJADI TUKANG FITNAH, semua itu bahaya…

    apa berarti saya harus mengikuti penjelasan orang alim seperti admin blog ini? apakah ini tidak berarti meninggalkan taqlid kepada para imam dan beralih taqlid pada ulama’ sekarang. terus apa artinya? maaf ustadz saya jadi bingung. jangankan mengetahui landasan sebuah amal, lha wong bahasa Indonesia nya sebuah hadits saja, orang seperti saya harus “taqlid” sama penerjemah dan sekali lagi maaf, benar tidak nya terjemahan itu saya gak tahu. terus gimana saya bisa menjalankan perintah agama sekaligus menjauhi perbuatan “HAROM” karena “tidak mengerti landasan” tadi? dan saya tidak tahu apakah ini hanya pengalaman saya sendiri ataukah banyak saudara saya sesama muslim yang juga seperti saya. jangan-jangan jumlah sangat banyak bisa ribuan bahkan jutaan. lha terus kita-kita ini kalau terus begini kelak di akhirat kita akan diterima di mana? jangan-jangan surga hanya milik mereka yang ‘alim yang “tahu landasan” tadi? sedang orang-orang seperti saya yang bisanya cuma ngikut pendapat orang lain, baik ngikut imam empat, ngikut wahabi, ngikut salafi, ulama NU, Muhammadiyah bahkan mungkin jamaah pengajian ustadz admin ini sendiri atau yang lain rasanya sangat tidak pantas mengharap surga. terus ……. maaf ustadz saya jadi bingung bukan buatan. saya mohon penjelasan yang sejelas-jelasnya ya Ustadz admin! dan mohon doanya agar saya tetap di akui UMMAT nya oleh Rasululloh SAW sekalipun sya kurang tahu bahkan tidak tahu sama sekali mana perkataan beliau yang benar2 perkataan beliau semua hanya katanya, katanya…..mohon maaf Ustadz. saya benar2 menantikan jawaban yang memuaskan dari Ustadz. terima kasih
    wassalam.

    Admin:Sebagai penutup coba renungi dahulu pengertian Ittiba’ dan Taqlid dibawah ini biar antum menjadi lebih faham,insyalloh

    Pengertian Ittiba’
    Ittiba’ secara bahasa berarti iqtifa’ (menelusuri jejak), qudwah (bersuri teladan) dan uswah (berpanutan). Ittiba’ terhadap Al-Qur’an berarti menjadikan Al-Qur’an sebagai imam dan mengamalkan isinya. Ittiba’ kepada Rasul berarti menjadikannya sebagai panutan yang patut diteladani dan ditelusuri langkahnya. (Mahabbatur Rasul, hal.101-102).

    Adapun secara istilah ittiba’ berarti mengikuti seseorang atau suatu ucapan dengan hujjah dan dalil. Ibnu Khuwaizi Mandad mengatakan : “Setiap orang yang engkau ikuti dengan hujjah dan dalil padanya, maka engkau adalah muttabi’ (Ibnu Abdilbar dalam kitab Bayanul ‘Ilmi, 2/143).

    Allah memerintahkan agar semua kaum muslimin ber-ittiba’ kepada Rasulullah saw, seperti Firman-Nya: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri teladan yang baik., (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kesenangan) hari akhirat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab:21)

    Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan ayat ini : “Ayat ini merupakan azas pokok lagi agung dalam bersuri teladan kepada Rasulullah saw dalam segala ucapan, perbuatan dan hal ihwalnya…”(Tafsir Ibnu Katsir, 3/475). Sedangkan Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam kitabnya Al-Hadits Al-Hujjatun bi Nafsihi pada hal.35 menyatakan : “Ayat ini memberi pengertian bahwa Rasulullah saw adalah panutan kita dan suri teladan bagi kita dalam segala urusan agama…”

    Ber-uswah kepada Rasulullah saw ialah mengerjakan sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh beliau, baik berupa amalan sunnah atau pun wajib dan meninggalkan semua yang ditinggalkan oleh Rasulullah saw baik perkara itu makruh, apalagi yang haram. Jika beliau SAW mengucapkan suatu ucapan, kita juga berucap seperti ucapan beliau, jika beliau mengerjakan ibadah, maka kita mengikuti ibadah itu dengan tidak ditambah atau dikurangi. Jika beliau menganggungkan sesuatu, maka kita juga mengagungkannya.

    Namun perlu diperhatikan bahwa mustahil seseorang itu ber-uswah atau ber-ittiba’ kepada Rasulullah saw jika dia jahil (bodoh) terhadap sunnah-sunnah dan petunjuk-petunjuk Rasulullah saw. Oleh sebab itu jalan satu-satunya untuk ber-uswah kepada Rasulullah eadalah dengan mempelajari sunnah-sunnah beliau – ini menunjukkan bahwa atba’ (pengikut Rasul) adalah ahlul bashirah (orang yang berilmu).

    Dan cukup banyak ayat-ayat Al-Qur’an agar kita senantiasa mengikuti sunnah seperti :

    “Barangsiapa yang menta’ati Rasul berarti dia menta’ati Allah.. ” (An-Nisa’:80)

    “Barangsiapa yang ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya Allah akan memasukkannya ke dalam Syurga…” (An-Nisa’:13) … dan ayat-ayat yang lainnya.

    Dan perkataan Rasulullah merupakan perkataan yang harus dipercaya, sebab “Dan tidaklah ia berkata-kata dari hawa nafsunya melainkan wahyu yang disampaikan Allah kepadanya.” (An-Najm:4)

    Bahkan Rasulullah mengingkari orang-orang yang beramal tetapi mereka tidak mau mencontoh seperti apa yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah :

    “Barangsiapa yang melakukan amalan yang tidak ada contohnya dari kami, maka amalan itu tertolak.” (HR. Muslim, 1718).

    Dalam hadits ini ada faedah penting, yaitu : Niat yang baik semata tidak dapat menjadikan suatu amalan menjadi lebih baik dan akan diterima di sisi Allah I, akan tetapi harus sesuai dengan cara yang pernah diajarkan oleh Rasulullah saw. Oleh sebab itu Nabi emenutup jalan bagi orang yang suka mengada-ngada dalam ibadah dengan ucapan : “Siapa yang benci (meninggalkan) sunnahku, maka dia bukan termasuk golonganku“.(HR. Bukhari). Dan ini berlaku bagi seluruh sunnah yang telah ditetapkan beliau.

    Maka dengan demikian kedudukan ittiba’ (mengikuti contoh kepada Ralullah saw) dalam Islam adalah wajib, setiap orang yang mengaku muslim mesti meninggikannya, bahkan ia merupakan pintu bagi seseorang setelah masuk Islam. Sehingga Ittiba’ kepada Rasulullah adalah salah satu syarat agar diterimanya amal seseorang. Sedangkan syarat diterimanya ibadah seseorang yang disepakati oleh para ulama, ada dua: Pertama, mengikhlaskan niat ibadah hanya kepada Allah. Kedua, harus mengikuti dan cocok dengan apa yang diajarkan Rasulullah SAW.

    Pengertian Taqlid
    Taqlid dari segi bahasa berarti membuat ikatan di leher. Diambil dari kata qaladah, yaitu sesuatu yang digunakan orang untuk mengikat yang lainnya. (Al-‘Aqa’id hal. 91). Adapun secara istilah, taqlid bermakna mengambil madzhab dari seseorang atau beramal dengan ucapan-ucapan orang itu tanpa dalil dan hujjah. Abu Abdillah bin Khuwaizi Mandad menyatakan : “Setiap orang yang engkau ikut tanpa dalil dan hujjah maka engkau adalah muqallidnya”. (Al-‘Alamul Muwaqqi’in hal.137). Dengan demikian jika kita mengikuti pendapat seseorang, padahal pendapatnya itu tidak berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah sesuai dengan pemahaman gene-rasi shahabat, maka kita adalah muqallidnya.

    Hukum bertaqlid

    1. Pendapat yang membolehkan taqlid kepada salah satu imam madzhab. Pendapat ini dipegang banyak oleh orang-orang yang fanatik terhadap madzhab.

    2. Pendapat yang secara mutlak melarang taqlid, seperti diantaranya pendapat Iman As-Syaukani dan Ibnu Khuwazi Mandad.

    3. Taqlid dengan syarat. Yaitu taqlid yang diperbolehkan, seperti taqlid orang bodoh kepada ‘alim yang terpercaya; serta taqlid yang dilarang, seperti taqlid seseorang kepada ‘alim tanpa hujjah (dalil). Pendapat ini adalah pendapat jumhur para ulama.

    Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani berkomentar tentang kebolehan seorang awam bertaqlid kepada ‘alim yang terpercaya :”Yang benar adalah bahwa orang yang tidak mampu untuk mengetahui dalil, dia itulah yang diharuskan taqlid. Karena Allah tidak membebani suatu jiwa pun kecuali sesuai dengan kemampuannya. Dan kadang-kadang seorang ‘alim pun terpaksa harus taqlid dalam beberapa permasalahan yaitu ketika dia tidak mendapatkan nash Al-Qur’an dan As-Sunnah dan dia mendapatkan ucapan orang yang lebih ‘alim dari dirinya. Maka keadaan itu dia pun terpaksa taqlid kepadanya. Hal ini pernah dilakukan oleh Imam Syafi’i dalam beberapa permasalahan.”

    Para muqallid madzhab berpendapat yang sebenarnya pendapat mereka itu bukan pada tempatnya. Di antara pendapat mereka adalah: “Tidak seorang pun yang dapat memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah serta mengamalkannya kecuali hanya para imam madzhab saja. Sedangkan mereka sudah memenuhi syarat begini dan begitu!! Bahwa merekalah yang lebih memenuhi syarat untuk pekerjaan itu, serta tidak ada satu manusia pun bisa melakukannya setelah mereka.” Begitu perkataan mereka.

    Bantahan ucapan mereka itu adalah firman Allah : “Dan sesungguhnya kami telah mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang-orang yang mengambil pelajaran?” (Al-Qamar 17,22,32 dan 40).

    “Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran.” (Shaad : 29)

    Kedua ayat ini membantah pemahaman bahwa Al-Qur’an itu dilarang dipelajari oleh sembarang orang. Bahkan kepada orang munafiq atau kafir pun Allah perintahkan untuk mempelajari Al-Qur’an itu, seperti Firman-Nya dalam surat Muhammad : 24.

    Para muqallid madzhab juga berpendapat bahwa : “Tidak boleh taqlid kepada selain empat madzhab, sekali pun tidak sesuai dengan ayat Al-Qur’an dan Sunnah, tidak pula kepada aqwal (pendapat) sahabat, karena orang yang keluar dari madzhab yang empat adalah sesat dan menyesatkan. Juga karena mengambil arti zhahir nash Al-Qur’an dan As-Sunnah termasuk pokok-pokok kekufuran.”

    Ucapan mereka ini bukan saja syubhat tetapi kebathilan bahkan kejahilan yang amat jahil. Al-‘Allamah Muhammad Amin Asy-Syinqithi dalam kitabnya Al-Aqalid hal.24-25 menyata-kan: “Lihatlah wahai saudara-saudaraku. Alangkah keji dan bathilnya perkataan mereka. Boleh meyelisihi Al-Qur’an dan As-Sunnah dan Ijma’ Shahabat asal jangan keluar dari empat madzhab. Ini adalah kedustaan besar!!” Ada pun ucapan mereka bahwa ‘Sesungguhnya mengambil zhahir Al-Qur’an termasuk pokok-pokok kekufuran.’ Juga merupakan kebathilan yang sangat keji dan besar.”

    Justru yang tidak mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah berarti telah kufur. Seperti Firman Allah:

    “Ta’atlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul-Nya (As-Sunnah), barangsiapa yang berpaling (dari keduanya) maka sesung-guhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang kafir.” (Al-Imran : 32)

    Padahal Allah telah membenarkan untuk mengikuti petunjuk (ijma’) shahabat seperti Firman-Nya:

    “Generasi pertama (Islam) dari kaum Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan benar Allah RIDHO kepada mereka dan mereka ridho kepada Allah…” (At-Taubah:100).

    Atau perkataan mereka bahwa melarang mengambil arti Al-Quran dan Sunnah yang tersurat karena termasuk-masuk pokok-pokok kekufuran. Lihatlah bagaimama Firman Allah membantah mereka :

    “Dia (Allah) yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) kepadamu di dalam terdapat ayat-ayat YANG JELAS, sebagian besar isi Al-Qur’an itu(demikian)…” (Al-Imran:7)”

    Perhatikan para muqallid, Allah menyatakan bahwa Al-Qur’an itu mudah dipelajari, dan mudah dimengerti. Lalu mereka melarang orang-orang mempelajari Al-Qur’an dengan pengerti-an tekstual bisa kufur. Masya Allah! Sama saja artinya mereka menggiring orang untuk menjauhi Al-Qur’an. Maka jelaslah kedustaan mereka yang mereka ada-adakaan. Sementara Rasulullah epernah bersabda bahwa : “Sesungguhnya agama ini mudah, tidaklah seseorang mempersulitnya kecuali akan dikalahkan” (HR. Bukhari).

    Perhatikan, agama ini bukan teka-teki. Jika Al-Qur’an itu sulit bagi manusia maka tidak ada gunanya ia diturunkan. Dan tidak ada gunanya pula kita diperintahkan untuk mempelajarinya sebagai Hudal linnas (petunjuk bagi manusia).

    Dan para muqallid itu berdalil dengan firman Allah :”…maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahuinya.”(Al-Anbiya’:7).

    Mereka memakai istidlal (pengambilan dalil) bukan pada tempatnya. Karena ayat itu tidak menunjukkan taqlid buta. Yang dimaksud ahlu dzikr pada ayat adalah orang yang mengerti tentang wahyu yang turun. Diperintahkan bertanya kepada mereka agar diberi fatwa dengan ketentuan wahyu. Karena Al-Qur’an dan Sunnah pada hakekatnya adalah wahyu dari Allah, maka jika seseorang menjelaskan dengan kedua wahyu tersebut, sehingga bila kita mengikuti penjelasan seseorang dengan Al-Qur’an dan Sunnah bukan taqlid lagi namanya tetapi ittiba’.

    Begitulah para muqallid membela-bela pendirian mereka. Bahkan banyak lagi ayat-ayat dan As-Sunnah yang mereka gunakan supaya terkesan “benar” di mata orang-orang yang sama jahilnya dengan mereka. Sampai-sampai seorang ulama besar seperti Ibnul Qayyim Al-Jaujiyyah rahimahullah membantah mereka dalam kitabnya Al-Muwaqqi’in, juz II hal.140-198 dengan hujjah kepada para muqallid madzhab sampai beliau menyebutnya lebih dari 80 segi.

    Komentar para Imam Madzhab tentang Taqlid:

    1. Imam Hanafi (Abu Hanifah An-Nu’man bin Tsabit)

    “Apabila hadits itu shahih maka itu adalah madzhabku” (Perkatan beliau ini dapat dilihat pada kitab Al-Hasyiyah karya Ibnu Abidin Juz 1/63, juga dalam risalah Rasmul Mufti Juz 1/4.)

    “Tidaklah dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang kepada perkataanku, selagi ia tidak tahu dari mana aku mengambilnya.” (Ibnu Abdilbar dalam kitab Al-intiqa’u fi Fadha-ilist Tsalatsatil ‘A-immatil Fuqaha’i p.145, dan Ibnul Qayyim dalam I’lamul Muwaqqi’in, 2/309 dan Ibnu Abidin dalam Al-Hasyiyah).

    Dalam riwayat lain dikatakan : “Adalah haram bagi orang yang tidak megetahui alasanku untuk berfatwa dengan perkataanku.“. Atau riwayat lain lagi : “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

    Beliau berkata kepada Abu Yusuf : “Kasihan engkau wahai Ya’qub (Abu Yusuf) jangan engkau tulis setiap apa yang dari padaku. Karena kadangkala aku memang berpendapat dengan suatu pendapat pada hari ini, dan kadang kala aku berpendapat lain pada esok lusa, bahkan aku meninggalkannya pada esok lusa.” (Al-Mizan 1/6. Abu Hanifah adalah seorang ulama yang sering menetapkan sesuatu hukum dengan qiyas kepada suatu ketentuan yang belum ditemukannya pada Kitabullah atau Sunnah Rasulullah saw. Para pengikut hanafi penghafal hadits yang sering melakukan perjalan jauh dari negeri-negeri dan pelabuhan-pelabuhan setelah berhasil mendapatkan hadits, niscaya Imam Hanafi mengambilnya dari mereka dan membuang qiyas yang pernah ia fatwakan.)

    “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan Kitabullah atau khabar Rasulullah, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani dalam Al-Iqazh p.50 yang diasalkan oleh Imam Muhammad ).

    2. Imam Malik bin Anas. Beliau berkata :

    “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang salah dan benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapatku yang sesuai dengan Al-Kitab dan Sunnah, ambillah dan setiap perkataanku yang menyimpang dengan Al-Kitab dan Sunnah, tinggalkanlah.” (Ibnul Abdilbar dalam Al-Jami’, 2/32, dan Ibnu Hizam dalam Ushulul Ahkam, 6/149 dan demikian pula Al-Fulani, p.72)

    “Tidak ada seorang pun setelah Nabi saw kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi saw.”( Ibnul Hadi dalam Irsyadus Salik, 227/1, Ibnu Abdilbar dalam Al-Jami’, 2/91, dan Ibnu Hazm dalam Ushulul Ahkam, 6/145 dan 179 dari perkataan Al-Hakam bin Uthaibah dan Mujahid. Taqiyuddin mengeluarkan dalam Al-Fatawa 1/48)

    3. Imam Syafi’i. (Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i). Inilah nasihat beliau tentang taqlid : Setiap pendapatku yang menyalahi hadits Nabi saw. maka hadits Nabi saw itulah yang wajib diikuti, dan janganlah kalian taqlid kepadaku.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, Abu Nu’aim dan Ibnu ‘Atsakir 15/10/1)

    “Apabila kalian dapati di dalam kitabku, pendapat-pendapat menyalahi Sunnah Rasulullah saw., peganglah Sunnnah Rasulullah saw dan tinggalkan pendapatku.“ Dalam riwayat lain beliau berkata : “Ikutilah Sunnah Rasulullah saw. dan janganlah kalian menoleh kepada pendapat siapapun“. (Riwayat al-Harawi, Abu Nu’aim fil Hilyah / lihat Shifat Shalat Nabi hal.28 Lil-Albani).

    “Setiap masalah yang sudah shahih haditsnya dari Rasulullah menurut para ulama hadits, tetapi pendapatku menyalahi hadits yang shahih, maka aku ruju’ dari pendapatku dan aku ikut hadits Nabi saw yang shahih baik ketika aku masih hidup maupun sesudah wafatku.” (Al-Harawi 47/1, Ibnul Qayyim dalam I’lamul Muwaqqi’in, 2/363).

    “Kaum muslimin sudah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah maka tidak halal meninggal-kannya karena taqlid kepada pendapat seseorang.” (Ibnul Qayyim 2/361 dan Al-Fulani p.68)

    “Apabila hadits itu shahih, maka dia adalah madzhabku.” (An-Nawawi dalam Al-Majmu’, Asy-sya’rani, 10/57, Al-Fulani, p.100)

    4. Imam Ahmad bin Hambal. Adalah salah seorang dari Imam madzhab yang paling banyak jasanya dalam mengumpulkan Sunnah. Perhatikan pula apa perkataan beliau tentang taqlid :

    “Janganlah kalian taqlid padaku dan jangan pula kalian taqlid kepada Imam Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, tetapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Ibnul Fulani, 113, dan Ibnul Qayyim dalam kitab Al-I’lam 2/302).

    “Pendapat Auza’i, pendapat Imam Malik dan Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan bagiku adalah sama, sedangkan alasan hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar.” (Ibnul Abdilbar dalam Al-Jami’, 2/149).

    “Barangsiapa yang menolak hadits Rasulullah maka sungguh ia telah berada di tepi kehancuran.” (Ibnul Jauzy p.182).

    Amat jelas perkataan mereka, dan amat jelas kedustaan yang dibuat oleh para muqallid yang membolehkan taqlid buta kepada salah seorang dari mereka. Perhatikanlah, kesemua Imam-imam itu tidak ingin ditaqlidi. Semua mereka menyarankan agar kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah saw. Tidak dibenarkan orang-orang yang mengikuti mereka mengambil pendapat mereka tanpa dalil. Dikarenakan keempat imam madzhab itu, memiliki dalil-dalil, dan diantara dalil-dalil itu terdapat dalil yang shahih dan ada pula yang lemah, maka ambillah pendapat mereka yang lebih rajih dan shahih, dengan tidak membedakan satu imam dengan lainnya. Jika hujjah mereka berasal dari atsar yang shahih maka wajib kita membenarkan dan memegang pendapat tersebut. Tidak dibenarkan seseorang mengambil fatwa-fatwa hanya dari salah seorang mereka kemudian membenci pendapat Imam yang lain. Atau seseorang mengambil fatwa dari ulama-ulama sementara dia tidak mengetahui hujjah atau dalil dari ulama tersebut. Yang benar adalah kita cocokkan setiap pendapat yang kita terima dari Imam-imam Ahlussunnah baik dari empat Imam Madzhab atau pun dari imam-imam yang lain dengan merujuk kepada Kitabullah, As-Sunnah serta atsar dari sahabat. Wallahu a’lamu bish-shawab.

  26. nidhom berkata

    Juni 3, 2011 pada 8.18 terima kasih ustadz atas jawabannya yang mencerahkan.

    Sama sama ahkiy semoga Alloh anugerahkan keberkahan ilmu dan amal untuk antum, Terus belajar hindari fanatik buta dengan Ustadz, kelompok atau golongan, minta petunjuk kepada Alloh ta’ala agar diberikan tambahan ilmu yang bermanfaat .Barokallohufikum

  27. Juni 13, 2011 pada 8.18 “berdzikirlah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung”
    berdzikir ada dalam sholat
    berdzikir ada dalam tahlil
    berdzikir ada dalam tafakur
    dll

    Orang tahlilan 3,5,7,9, 11, 30, 40, 67,99 dll hari intinya berdzikir sebanyak-banyaknya. Adakah menyelisihi Al Quran? Bila dzikir ditempakan di saat kematian, saat senggang, saat kumpul2 warga kampung? melekat dalam tradisi NU, apakah berdzikir menyelisihi AlQuran? Kalau orang2 Wahabi mengisi saat berkabung dengan tetap bekerja, dll apakah juga ada sunahnya?
    mohon penceraan bagi yang merasa paling ahlusunah wal jamaah

    Bismillah, Saudara Yang Budiman,
    Berdzikir sebanyak-banyaknya bukan berarti ditetapkan jenis bacaan tertentu dan jumlahnya kalau ditetapkan ini menyelisihi Rosul kecuali kalau ada contoh yang ditetapkan misal hadits hadits dibawah ini :

    254- قَالَ : مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ فِيْ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ.

    254. Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang membaca: “Maha Suci Allah dan aku memujiNya” dalam sehari seratus kali, maka kesalahannya dihapus sekalipun seperti buih air laut.” [275]

    255- وَقَالَ : مَنْ قَالَ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، عَشْرَ مِرَارٍ، كَانَ كَمَنْ أَعْتَقَ أَرْبَعَةَ أَنْفُسٍ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيْلَ.

    255. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang membaca: Laailaaha illallaah wahdahu laa syariika lahu lahulmulku walahulhamdu wahuwa ‘alaa kulli syaiin qadiir, sepuluh kali, maka dia seperti orang yang memerdekakan empat orang dari keturunan Ismail.” [276]

    256- وَقَالَ : كَلِمَتَانِ خَفِيْفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيْلَتَانِ فِي الْمِيْزَانِ حَبِيْبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَـانِ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ.

    256. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Dua kalimat yang ringan di lidah, pahalanya berat di timbangan (hari Kiamat) dan disenangi oleh Tuhan Yang Maha Pengasih, adalah: Subhaanallaah wabi-hamdih, subhaanallaahil ‘azhiim.” [277]

    257- وَقَالَ : لأَنْ أَقُوْلَ سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ.

    257. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Sungguh, apabila aku membaca: ‘Subhaanallah walhamdulillaah walaa ilaaha illallaah wallaahu akbar’. Adalah lebih senang bagiku dari apa yang disinari oleh matahari terbit.” [278]

    258- وَقَالَ : ((أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَكْسِبَ كُلَّ يَوْمٍ أَلْفَ حَسَنَةٍ)) فَسَأَلَهُ سَائِلٌ مِنْ جُلَسَائِهِ، كَيْفَ يَكْسِبُ أَحَدُنَا أَلْفَ حَسَنَةٍ؟ قَالَ: ((يُسَبِّحُ مِائَةَ تَسْبِيْحَةٍ، فَيُكْتَبُ لَهُ أَلْفُ حَسَنَةٍ أَوْ يُحَطُّ عَنْهُ أَلْفُ خَطِيْئَةٍ))

    258. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Apakah seseorang di antara kamu tidak mampu mendapatkan seribu kebaikan tiap hari?” Salah seorang di antara yang duduk bertanya: “Bagaimana di antara kita bisa memperoleh seribu kebaikan (dalam sehari)?” Rasul bersabda: “Hendaklah dia membaca seratus tasbih, maka ditulis seribu kebaikan baginya atau seribu kejelekannya dihapus.” [279]

    259- مَنْ قَالَ: سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ، غُرِسَتْ لَهُ نَخْلَةٌ فِي الْجَنَّةِ.

    259. “Barangsiapa yang membaca: Subhaanallaahi ‘azhiim wabihamdih, maka ditanam untuknya sebatang pohon kurma di Surga.” [280]

    260- وَقَالَ : ((يَا عَبْدَ اللهِ بْنَ قَيْسٍ أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى كَنْزٍ مِنْ كُنُوْزِ الْجَنَّةِ؟)) فَقُلْتُ: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ: ((قُلْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ))

    260. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Wahai Abdullah bin Qais! Maukah kamu aku tunjukkan perbendaharaan Surga?” “Aku berkata: “Aku mau, wahai Rasulullah!” Rasul berkata: “Bacalah: Laa haula walaa quwwata illaa billaah.” [281]

    261- وَقَالَ : أَحَبُّ الْكَلاَمِ إِلَى اللهِ أَرْبَعٌ: سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، لاَ يَضُرُّكَ بِأَيِّهِنَّ بَدَأْتَ.

    261. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Perkataan yang paling disenangi oleh Allah adalah empat: Subhaanallaah, Alhamdulillaah, Laa ilaaha illallaah dan Allaahu akbar. Tidak mengapa bagimu untuk memulai yang mana di antara kalimat tersebut.” [282]

    262- جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ فَقَالَ: عَلِّمْنِيْ كَلاَمًا أَقُوْلُهُ. قَالَ: قُلْ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِ)) قَالَ فَهَؤُلاَءِ لِرَبِّيْ فَمَا لِيْ؟ قَالَ: قُلْ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَارْزُقْنِيْ.

    262. Seorang Arab Badui datang kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, lalu berkata: ‘Ajari aku dzikir untuk aku baca!’ Rasul Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: ‘Katakanlah: Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya. Allah Maha Besar. Segala puji bagi Allah yang banyak. Maha Suci Allah, Tuhan sekalian alam dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana.’ Orang Badui itu berkata: ‘Kalimat itu untuk Tuhanku, mana yang untukku?’ Rasul bersabda: ‘Katakanlah: Ya Allah! Ampunilah aku, belas kasihanilah aku, berilah petunjuk kepadaku dan berilah rezeki kepadaku.” [283]

    263- كَانَ الرَّجُلُ إِذَا أَسْلَمَ عَلَّمَهُ النَّبِيُّ الصَّلاَةَ ثُمَّ أَمَرَهُ أَنْ يَدْعُوَ بِهَؤُلاَءِ الْكَلِمَاتِ: اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَعَافِنِيْ وَارْزُقْنِيْ.

    263. Seorang laki-laki apabila masuk Islam, Nabi Shallallahu’alaihi wasallam mengajarinya shalat, kemudian beliau memerintahkan agar berdoa dengan kalimat ini: ‘Ya Allah, ampunilah aku, belas kasihanilah aku, berilah petunjuk kepadaku, melindungi (dari apa yang tidak kuinginkan) dan berilah rezeki kepadaku.” [284]

    264- إِنَّ أَفْضَلَ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَأَفْضَلَ الذِّكْرِ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ.

    264. Sesungguhnya doa yang terbaik adalah membaca: Alhamdulillaah. Sedang dzikir yang terbaik adalah: Laa Ilaaha Illallaah.” [285]

    265- الْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ: سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ.

    265. Kalimat-kalimat yang baik adalah: “Subhaanallaah, walhamdulillaah, wa laa ilaaha illallaah, wallaahu akbar, walaa haula walaa quwwata illaa billaah.” [286]

    ———————————
    [275] HR. Al-Bukhari 7/168, Muslim 4/2071.
    [276] HR. Al-Bukhari 7/167, Muslim dengan lafazh yang sama 4/2071.
    [277] HR. Al-Bukhari 7/168, Muslim 4/2072.
    [278] HR. Muslim 4/2072.
    [279] HR. Muslim 4/2073.
    [280] HR. At-Tirmidzi 5/511, Al-Hakim 1/501. Menurut pendapatnya, hadits tersebut shahih. Imam Adz-Dzahabi menyetujuinya. Lihat pula Shahihul Jami’ 5/531 dan Shahih At-Tirmidzi 3/160.
    [281] HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 11/213 dan Muslim 4/2076.
    [282] HR. Muslim 3/1685.
    [283] HR. Muslim 4/2072. Abu Dawud menambah: Ke
    tika orang Arab Badui berpaling, Nabi n bersabda: “Sungguh dia telah memenuhi kebaikan pada kedua tangannya”. 1/220.
    [284] HR. Muslim 4/2073, menurut riwayatnya ada ke terangan: Sesungguhnya kalimat-kalimat tersebut akan
    mencukupi dunia dan akhiratmu.
    [285] HR. At-Tirmidzi 5/462, Ibnu Majah 2/1249, Al-Hakim 1/503. Menurut Al- Hakim, hadits tersebut adalah shahih. Imam Adz-Dzahabi menyetujuinya, Lihat pula Shahihul Jami’ 1/362.
    [286] HR. Ahmad no. 513 menurut penertiban Ahmad Syakir, sanadnya shahih, lihat Majma’uz Zawa’id 1/297, Ibnu Hajar mencantumkannya di Bulughul Maram dari riwayat Abu Sa’id kepada An-Nasa’i. Ibnu Hajar berkata: “Hadits tersebut adalah shahih menurut pendapat Ibnu Hibban dan Al-Hakim.

    Adapun Tahlilan banyak bacaan yang ditetapkan dan itu hanya tradisi, bahkan orang-orang hindu ceritanya merasa bangga karena kebiasaanya telah diamalkan oleh umat islam dan mereka merasa bahwa ajaranya mulia, dan antum perlu mencari tau bagaimana da’i-da’i bekas hindu yang masuk Islam yang telah membeberkan bagaimana sejarah peringatan kematian yang antum sebutkan

    “berdzikirlah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung” (ADMIN :AHLU SUNNAH SETUJU)
    berdzikir ada dalam sholat (ADMIN :AHLU SUNNAH SETUJU)
    berdzikir ada dalam tahlil(ADMIN :AHLU SUNNAH SETUJU AFDHOLU DZIKIR LAILAHA ILALLOH)
    berdzikir ada dalam tafakur(ADMIN :AHLU SUNNAH SETUJU)
    dll (ADMIN :Ini harus lebih terang maksudnya)

    Orang tahlilan 3,5,7,9, 11, 30, 40, 67,99 dll hari intinya berdzikir sebanyak-banyaknya. Adakah menyelisihi Al Quran? Bila dzikir ditempakan di saat kematian (ADMIN :MENYELISIHI JIKA DITETAPKAN WAKTU TEMPAT DAN JENIS BACAANYA DIRANGKAI RANGKAI DAN HARUS ITU YANG DIBACA), saat senggang (ADMIN :SESUAI SUNNAH), saat kumpul2 warga kampung?(ADMIN :SESUAI SUNNAH JIKA PD SAAT BERKUMPUL DIAJARKAN ALQURAN DAN SUNNAH) melekat dalam tradisi NU(ADMIN : IYA MEMANG INI HANYA DIJUMPAI DI NU SAJA DITIMUR TENGAH TIDAK ADA DAN BELAHAN DUNIA LAINYA JUGA TIDAK ADA), apakah berdzikir menyelisihi AlQuran?(ADMIN :SESUAI DENGAN ALQUR’AN DAN SUNNAH JIKA SEPERTI HADITS YANG KAMI MUAT DIATAS) Kalau orang2 Wahabi mengisi saat berkabung dengan tetap bekerja (ADMIN :ANTUM BELUM FAHAM APA ITU WAHABI AHKSAN DITELITI DAHULU DENGAN KEJUJURAN, MUHHAMAD BIN ABDUL WAHAB ADALAH SALAH SATU DARI SEKIAN ULAMA YANG MENCOBA MENEGAKKAN SUNNAH TIDAK ADA BEDANYA DENGAN IBNU HAJAR AL ASQOLANIY ASYAFI’I IMAM NAWAWY ASSAFI’I, IMAM IBNU KATSIR ASYAFI’I, SEKARANG CARI KALAU ANTUM BISA MENEMUKAN DARI KALANGAN IMAM MADZHAB YANG EMPAT YANG MELAKSANAKAN KEBIASAAN YANG ANTUM SEBUT “TAHLILAN” dll apakah juga ada sunahnya? (ANA TIDAK MEMAHAMI DENGAN KEBIASAAN WAHABI YANG ANTUM SEBUTKAN, SEORANG YANG BERMANHAJ SALAFIYAH MEREKA BERDUKA SEBAGAIMANA ROSUL BERDUKA DITINGGAL ANAKNYA IBRAHIM, MEREKA JUGA MENETESKAN AIR MATA SEBAGAIMANA AHLU SUNNAH MENETESKAN AIR MATA, TAPI MEREKA BERHATI HATI DARI RATAPAN DAN MELAKUKAN AMALAN TANPA ADA DASARNYA KARENA DEMIKIAN PARA IMAM MENGAJARKAN”

    mohon penceraan bagi yang merasa paling ahlusunah wal jamaah(ADMIN : PENGAKUAN DAN MERASA PALING AHLU SUNNAH TIDAK AKAN PERNAH MERUBAH HAKIKAT DARI PERBUATANYA, SEORANG YANG DIKATAKAN AHLU SUNNAH ADALAH YANG KOMITMENT DAN MENCOCOKI SUNNAH DIDALAM AQIDAH DAN AMALIYAH SILAHKAN ANTUM TELITI SIAPA YANG BERADA DIATAS SUNNAH DAN SIAPA YANG MENJAUHI SUNNAH SIAPA YANG TAKUT DIKUCILKAN DAN AHKIRNYA TAKLUK MENGIKUTI KEBANYAKAN ORANG BUKAN MENGIKUTI DALIL DALIL SUNNAH YANG SUDAH JELAS MALAM SEPERTI SIANGNYA, SUNGGUH JIKA SETIAP DIRI JUJUR DENGAN KEIMANANYA AKAN TERPATRI DALAM HATINYA KEIHLASAN DALAM MENJALANI SUNNAH INI”

    WAHAI SUADARA YANG BUDIMAN HENDAKLAH SETIAP DIRI TAKUT DAN MERENUNG DENGAN FIRMANYA DIBAWAH INI :

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

    Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

    Jikalau para imam madzhab empat saja tidak berani mendahului bagaiman dengan orang orang setelahnya dengan menetapkan sesuatu yang Alloh dan Rosulnya tidak tetapkan.Semoga Alloh memberi hidayah untuk saudara saudaraku seislam kejujuran hati.

    Wallohua’lam Bishowab

  28. Achmad Hakim berkata

    Juli 6, 2011 pada 8.18 assalamu’alaikum………
    ya allah sadarkanlah orang-orang yang menyimpang dan kuatkanlah para pengikut ahlussunnah wal jama’ah kami sadari perkataan2x dari orang-orang yang belum mendapat hidayahmu tentang ahlussunnah wal jama’ah tentang ahlussunnah wal jama’ah adalah ujian bagi iman kami , maka kuatkanlah kami ya allah….shollu ‘ala sayyidina wa habibina muhammadin…………

    Waalaikumussalam , Amin Yarobal Alamin

  29. Yedi Triyatna berkata

    Juli 20, 2011 pada 8.18 golongan yg selamat adalah Ahlussunnah wal jama’ah bukan dari golongan Tauhid dibagi tiga krn tdk diajarkan oleh Rasulullah bhw Tauhid dibagi tiga krn Tauhid ya satu mengesakan Allah

    Bismillah, Saudara yang budiman mungkin antum harus meluangkan waktu untuk membaca beberapa kitab Ulama dibawah ini, hendaknya antum berhati hati dalam mengambil kesimpulan, Semoga kefahaman beserta antum :

    Telah Berkata Al-Imam Abu Abdillah Ubaidulloh bin Muhammad bin Baththoh Al-‘Akbari w. 387H, dalam kitabnya Al-Ibanah ‘an Syariati Al-Firqotin Najiyah wa Mujanibatil Firqotil Madzmumah:
    “Sesungguhnya prinsip keimanan kepada Allah تعالى yang wajib diyakini oleh para makhluk dalam hal keimanan kepada-Nya ada tiga bagian:
    Pertama: Seseorang hamba harus meyakini Rabbaniyyah Allah. Yang demikian itu sebagai pemisah antara madzhab ahlul tha’thil yang tidak menetapkan adanya pencipta.
    Kedua: Seorang hamba harus meyakini keesaan Allah. Hal ini untuk membedakan dengan madzhab pelaku syirik yang menetapkan adanya pencipta namun menyekutukan Allah dalam peribadatannya.
    Ketiga: Dia harus meyakini bahwa Allah disifati dengan sifat sifat sebagaimana Allah mensifati diri-Nya, seperti Qudroh, hikmah, dan seluruh apa yang Dia sifatkan didalam kitab-Nya”.

    Telah Berkata Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al-Qurthubi w. 671 berkata dalam tafsirnya (1/72):
    “Maka Allah adalah nama yang menunjukkan keberadaan yang haq, terkandung didalam-Nya sifat sifat Ilahiyyah, yang bersifat dengan sifat Rububiyyah. Maha tunggal dengan keberadaan-Nya yang hakiki. Tidak ada sesemgahan yang haq melainkan Dia”.
    Beliau juga berkata dalam tafsirnya (5/118):
    “Dasar kesyirikan yang diharamkan adalah berkeyakinan adanya sekutu bagi Allah dalam Uluhiyyah-Nya, dan ini adalah kesyirikan yang terbesar, dan kesyirikan yang dilakukan oleh orang orang jahiliyyah. Bentuk kesyirikan yang lainnya adalah keyakinan adanya sekutu bagi Allah dalam perbuatan walaupun dia tidak meyakini ketuhanan hal tersebut, seperti perkataan orang: “Sesungguhnya selain Allah memungkinkan untuk mengadakan dan menciptakan dengan tanpa adanya keterkaitan”.

    Telah Berkata Ibnu Hiban :Imam Abu Hatim Muhammad bin Hibban Al-Busti w. 354H, berkata dalam mukaddimah kitab Roudhotul Uqola’ wa Nuzhatul Fudholaa’:
    “Segala puji bagi Allah Yang Maha Tunggal dalam ke-esaan Uluhiyyah-Nya, yang maha mulia dengan Rubbubiyyah-Nya, yang mengurusi segala yang hidup,

    Telah Berkata AL-Imam Hanafi Abu Hanifah an-Nu’man bin Tsabit w. 150H, berkata dalam kitab Fiqhul Absath hal 51:
    “Allah تعالى itu diseru dengan sifat yang tinggi bukan dengan sifat rendahan, karena sifat yang rendah bukanlah termasuk sifat Rububiyyah dan Uluhiyah sedikitpun”.

    Telah Berkata : Ibnu Abi Zaid Al-Qoirowani Al-Maliki w. 386H menyebutkan dalam kitab Aqidah-nya:
    “Termasuk kedalamnya: Beriman dengan hati serta mengucapkan dengan lisan bahwa Allah adalah sesembahan yang Esa, tidak ada sesembahan selain-Nya, tidak ada yang serupa dan sebanding dengan-Nya, Dia tidak memiliki anak dan orang tua. Tidak ada pembantu dan sekutu, tidak ada permulaan dalam uluhiyyah-Nya, serta tidak ada penghabisan bagi yang selain-Nya. Tidak mungkin menjangkau kesempurnaan sifat sifat Allah dengan sekedar sifat sifat yang disebutkan oleh orang orang yang mensifatinya, dan kaum cendikiawan tidak akan bisa menjangkau urusan Allah dengan olah pikirnya”.
    Sampai Beliau berkata: “Ingatlah Dia adalah Rabb para hamba dan Rabb dari perbuatan perbuatan mereka

    Telah Berkata Al-Imam Abu Abdillah Ubaidulloh bin Muhammad bin Baththoh Al-‘Akbari w. 387H, dalam kitabnya Al-Ibanah ‘an Syariati Al-Firqotin Najiyah wa Mujanibatil Firqotil Madzmumah:
    “Sesungguhnya prinsip keimanan kepada Allah تعالى yang wajib diyakini oleh para makhluk dalam hal keimanan kepada-Nya ada tiga bagian:
    Pertama: Seseorang hamba harus meyakini Rabbaniyyah Allah. Yang demikian itu sebagai pemisah antara madzhab ahlul tha’thil yang tidak menetapkan adanya pencipta.
    Kedua: Seorang hamba harus meyakini keesaan Allah. Hal ini untuk membedakan dengan madzhab pelaku syirik yang menetapkan adanya pencipta namun menyekutukan Allah dalam peribadatannya.
    Ketiga: Dia harus meyakini bahwa Allah disifati dengan sifat sifat sebagaimana Allah mensifati diri-Nya, seperti Qudroh, hikmah, dan seluruh apa yang Dia sifatkan didalam kitab-Nya”.

    Saudara Yang Budiman, Sekarang kalau seumpama ada ahli jiddal (Tukan Debat) yang tidak menginginkan kebaikan sedikitpun pada lawan debatnya misal menyerang balik pertanyaan antum diatas apakah antum bisa menjawabnya :

    Misal : Pertanyaan pertama Apakah Rosul Mengajarkan Membagi Bagi Ilmu Ilmu Islam Menjadi : Aqidah, Figh, Adab, Ushul Tasfir, Mustholohah Hadits,Qowaidul Fighiyah, Dan Istilah Istilah istilah lain yang dibuat ulama ahlu sunnah , Apakah ini mengada – ada?

    Kedua Misal Pembagian Ilmu Nahwu Misal Alkalamu dibagi menjadi tiga : Isim, Fi’il, Harf apakah ini juga mengada-ada?

    Ketiga tentang pengumpulan Alqur’an menjadikan Satu Mus’af apakah ini juga mengada-ada ?

    Kalau jawaban antum adalah iya semua itu bid’ah dan mengada-ada berarti antum telah menuduh para sahabat dan para ulama ahlu sunnah mengada-ada, Lalu bagaimana dengan diri antum sekarang apakah lebih utama dari mereka, wahai saudara yang budiman semoga hidayah beserta kita semua, pembagian seperti itu hanya sebagai sarana untuk mempermudah didalam mempelajari suatu cabang ilmu, sebagaimana ulama membagi berbagai macam hadits dari kedudukanya misal Shahih,Hasan,Dhoif,Maudu’ Dll.

    Semoga Alloh menjadikan antum hamba yang bijak didalam berkata dan berbuat, Ana hanya menginginkan kebaikan disetiap diskusi seperti ini karena ana tidak mau membuang waktu untuk berdebat.Coba antum coba dengarkan kajian “Kitab Qowaidul Arba’ah” tentang pembagian tauhid ini apakah ada yang menyelisihi perintah rosul atau tidak tentu dengan kearifan bukan emosi, tentu dengan menginginkan keberkahan bukan hanya mencaci.Menilainya dengan jujur bukan hanya perasaan dan fanatik,Wallohua’lam Bishowab.

    Abu Amina Aljawiy.
    Ma’had Anashihah Cepu

  30. Fycha Ja berkata

    Agustus 9, 2011 pada 8.18 good

  31. Anonymous berkata

    Agustus 9, 2011 pada 8.18 wahai saudara yang budiman, apa salahnya membaca tahlil berjama’ah dengan hitungan tertentu? kalau memang segala sesuatu harus ada landasan yang pasti, lalu apa landasan saudara membuat website seperti ini?

    Abu Amincepu:

    Bismillah,Bapak yang budiman,
    Salahnya adalah sebagaimana yang disebutkan Ibnu Katsir dan Imam Syafi’i Rahimahulloh Beliau Berkata :

    وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إِلا مَا سَعَى } أي: كما لا يحمل عليه وزر غيره، كذلك لا يحصل من الأجر إلا ما كسب هو لنفسه. ومن وهذه الآية الكريمة استنبط الشافعي، رحمه الله، ومن اتبعه أن القراءة لا يصل إهداء ثوابها إلى الموتى؛ لأنه ليس من عملهم ولا كسبهم؛ ولهذا لم يندب إليه رسول الله صلى الله عليه وسلم أمته ولا حثهم عليه، ولا أرشدهم إليه بنص ولا إيماء، ولم ينقل ذلك عن أحد من الصحابة، رضي الله عنهم، ولو كان خيرا لسبقونا إليه

    Beliau ibnu katsir menukil perkataan imam syafi’i bahwa bacaan-bacaan Alqur’an tidak akan sampai kepada sang mayit, dan beliau- beliau menjelaskan “Kalau itu suatu kebaikan maka para pendahulu dari awalul muslimin akan mendahuluinya” (antum buka tafsir Ibnu Katsir Surat Annajm ayat 39).

    Ketidak fahaman antum ini telah dijelaskan oleh para imam mujtahidin : antum cermati disini :http://abuamincepu.wordpress.com/2011/05/09/tahlilan-dalam-timbangan-islam/

    Landasan kami dalam membuat website ini diperintahkan Oleh Alloh Ta’ala Sebagaimana firmaNya:
    ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
    Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati( Qs. Alhaj ayat 32)
    Cukup satu hujah itu sudah bisa membuat antum memahaminya, Insyalloh.Jikan antum jujur dengan permasalahan ini.

    Antum tidak perlu menjelaskan bagaimana itu tahlilan, karena ana dahulu 3 tahun nyantri di Pondokan Tukang Tahlilan (sebagai tambahan buat antum saja supaya kita semua tidak fanatik buta/moncocok cocokan dalil).
    Wallohua’lam Bishowab.

  32. Anonymous berkata

    Agustus 29, 2011 pada 8.18 SING GENAH AHLUL SUNAH YO SING TAKBIR…ALLAH..HU…AKBAR mentunggi wong mendem…!!!!wkwkwkwkw

    Abu Amin Cepu :
    Bismillah, Ahlu Sunnah Berdakwah Dengan Hikmah dan Nasehat Yang Baik dan Berdiskusi Dengan Cara Yang Bijaksana.Dan Mereka Berjalan berdasarkan ilmu dan Keyakinan bukan hawa nafsu, Mereka berkerja Mengihlaskan Menyeru Kepada Keagungan Kalimatulloh dan berdasarkan kemaslahatan dan manfaat untuk Manusia. Alloh Ta’ala Berfirman :
    ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
    Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Robmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (Qs.Annahl ayat 125)

    قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
    Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”(QS,Yusuf 108)

  33. Wakhid Gts berkata

    Agustus 29, 2011 pada 8.18 sing genah yo NU liyane ra njamin…organisasi terbesar di indonesia…….yg bukan AHLUL SUNNAH ciri” Ra gelem gelem hormat gendero,ala aARAB”an,liyane di angep kafir,kafire dewe gak di gatek’e,opo neh sing TAKBIR karo mentunggi wong liyo.POKAL BOSOK…

    Abu Amin Cepu :
    Bismillah,Tidak ada jaminan dalam AlQur’an dan Sunnah Suatu Organisasi tertentu itu Ahlu Sunnah, Penyair Yang Bijak Berkata :

    أهل الحديث همُ أهل النبيِّ و إن
    لم يصحبوا نفسه أنفاسه صَحِبوا
    “Ahli Sunnah (hadits) itu, mereka ahli (keluarga) Nabi, sekalipun mereka
    tidak bergaul dengan Nabi, tetapi diri (Aqidah,Ibadah,Muamalah) mereka bergaul dengannya (Mencocoki sunnahnya)”

    Sehingga Yang Menjamin Adalah Komitment mereka dalam melaksanakan sunnah dan Komitment mereka dalam menjauhi Kebi’dahan, Agama ini memang berasal dari Arab dan Rosul adalah Arab jadi apa yang dibawa Rosul hendaknya diterima dan apa yang dilarang hendaknya dijauhi, Adapun Tradisi indonesia yang sesuai dengan Alqur’an dan Sunnah maka boleh dilestarikan dan Yang Menyalahi sepatutnya ditinggalkan.

    وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (Qs.Alhasr Ayat 7)
    Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.WallohuA’lam

  34. firdaus permana putra berkata

    Agustus 29, 2011 pada 8.18 assalamu’alaikum…..
    saya pernah membaca sedikit tentang al-hadist yang menjelaskan seperti ini,Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “islam hingga akhir kiamat akan terpecah belah,barang siapa diantara kalian menyalahkan (golongan islam) yang lain,maka sebagian dari kalian BENAR dan sebagian dari kalian SALAH”…mohon dijelaskan sedikit…karena selama saya melihat pembahasan di website ini,,,agak sedikit meninggikan dan sedikit merndahkan (golongan) lain……..
    wassalamualaikum….

  35. Rozi Alamsyah berkata

    Agustus 31, 2011 pada 8.18 Assalammualaikum…..
    Saya Mau Tanya Kan Hanya 1 Golongan Yang Masuk SuRga Yaitu Ahlussunah WalJama’ah…
    Truzz Islam Yg Lain Apakah Masuk Neraka..???

    Abu Amin Cepu :
    Waalaikumussalam Warohmatulloh,
    Benar satu golongan yang masuk syurga tanpa mampir ke neraka mereka adalah Ajjamaah , sebagaimana sabda rosul :
    افْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَإِنَّ أُمَّتِيْ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً وَهِيَ الْجَمَاعَةُ

    “Telah terpecah orang–orang Yahudi menjadi tujuh puluh satu firqoh (golongan) dan telah terpecah orang-orang Nashoro menjadi tujuh puluh dua firqoh dan sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga firqoh semuanya dalam neraka kecuali satu dan ia adalah Al-Jama’ah”. Hadits shohih dishohihkan oleh oleh Syaikh Al-Albany dalam Dzilalil Jannah dan Syaikh Muqbil dalam Ash-Shohih Al-Musnad Mimma Laisa Fi Ash-Shohihain -rahimahumullahu-.

    Adapun Aljamaah ini sebagaimana disebutkan Rosul Sholollohualaihi wassalam dalam riwayat yang lain :
    و في رواية : “كلهم في النار إلا مله واحدة : ما أنا عليه و أصحابي” رواه الترمذي و حسنه الألباني في صحيح الجامع 5219
    “Semua dineraka kecuali satu, yaitu apa-apa yang saya dan sahabat saya berada diatasnya (dari cara beragama)”Shoheh Jami’ 5219

    Adapun yang dineraka dari kaum muslimin yang menyimpang maka akan diangkat darinya walaupun hanya memiliki sebesar atom keimanan.
    akan tetapi yang patut diingat bahwa ” Siksa neraka yang paling ringan ialah apabila seseorang dipakaikan sendal dari neraka maka otaknya mendidih”Wal iyadzu billah minha.Wallohua’lam Bishowab

     

  36. masrobi berkata

    September 5, 2011 pada 8.18 asalamuallaikum.
    afwan tadz.sya mau nanya.gmna caranya mendoakan org tua yg sudah meninggal padahal amalan yang palingbaik kan doa ank yg soleh.trus apa yg harus di lakukan ank yg soleh buat bhakti ma org tua ?

    Abu Amin Cepu:
    Waalaikumussalam Warohmatulloh,
    Bismillah Didalam Kitab Maususatu Aladabul Islamiyah dijelaskan apa hak-hak orang tua setelah meninggal Dunia Diantara adalah:

    1. Menshalati Keduanya

    Maksud menshalati disini adalah mendoakan keduanya. Yakni, setelah mereka meninggal dunia, karena ini termasuk bakti kepada mereka. Oleh karena itu, seorang anak hendaknya lebih sering mendoakan kedua orang tuanya setelah mereka meninggal daripada ketika masih hidup. Apabila anak itu mendoakan keduanya, niscaya mereka berdua akan semakin bertambah, berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: “Apabila manusia sudah meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan dirinya.

    2. Beristighfar Untuk Mereka Berdua

    Orang tua adalah yang paling utama bagi seorang Muslim untuk didoakan agar Allah mengampuni mereka karena kebaikan mereka yang besar.

    Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dalam al Qur’an :
    رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
    (yang artinya): “Ya Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku…” [QS.Ibrahim: 41]

    3. Menunaikan Janji Kedua Orang Tua

    Hendaknya seseorang menunaikan wasiat orang tua dan melanjutkan secara berkesinambungan amalan-amalan kebaikan yang dahulu pernah dilakukan keduanya. Sebab, pahala akan terus mengalir kepada mereka berdua apabila amalan kebaikan yang dulu pernah dilakukan dilanjutkan oleh anak mereka.

    4. Memuliakan Teman Kedua Orang Tua

    Memuliakan teman kedua orang tua juga termasuk berbuat baik kepada orang tua, sebagaimana yang telah disebutkan. Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu pernah berpapasan dengan seorang Arab badui di jalan menuju Mekkah. Kemudian Ibnu ‘Umar mengucapkan salam kepadanya dan mempersilahkan naik ke atas keledai yang ia tunggangi. Selanjutnya, ia juga memberikan sorbannya yang ia pakai. Ibnu Dinar berkata: “Semoga Allah memuliakanmu. Mereka itu orang Arab badui dan mereka sudah terbiasa berjalan.” Ibnu ‘Umar berkata: “Sungguh, dulu ayahnya teman ‘Umar bin al Khaththab dan aku pernah mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya bakti anak yang terbaik adalah seorang anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah ayahnya tersebut meninggal.”

    5. Menyambung Tali Silaturrahim Dengan Kerabat Ibu dan Ayah

    Hendaknya seseorang menyambung tali silaturrahim dengan semua kerabat yang silsilah keturunannya bersambung dengan ayah dan ibu, seperti paman dari pihak ayah dan ibu, bibi dari pihak ayah dan ibu, kakek, nenek, dan anak mereka semua. Bagi yang melakukannya, berarti ia telah menyambung tali silturrahim kedua orang tuanya dan telah berbakti kepada mereka. Hal ini berdasarkan hadits yang telah disebutkan dan sabda beliau shalallahu ‘alaihi wasallam: “Barangsiapa ingin menyambung tali silaturrahim ayahnya yang ada dikuburannya, maka sambunglah tali silaturrahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal.

    Catatan : yang hendaknya dilakukan anak ketika orang tuanya meninggal adalah dengan melakukan AMALAN SHOLEH yaitu beramal dengan mengikuti Rosul Sholollohualaihi wassalam dan mengikhlaskanya untuk Alloh semata, Karena amal yang sholeh ini akan memberikan manfaat kepada orang tua yang telah meninggal (dalam keadaan beriman), Dan mengerjakan nasehat nasehat dari orang tua yang sesuai dengan sunnah sehingga dengan demikian amalan Anak sholeh tersebut akan dberikan pahalanya kepada orang tua yang dialam kubur.

    Rosul Bersabda:
    ((قال : (( من دل علي خير فله مثل أجر فاعله )) وأنه قال : (( من دعا إلي هدي كان له من الأجر مثل أجور من تبعه لا ينقص ذلك من أجورهم شيئاً

    “Barang siapa yang menunjukan kepada jalan petunjuk (kemudian diikuti oleh orang yang diseru) maka baginya pahala serupa dengan orang yang mengerjakannya(petunjuk itu)”Muqodimah Riyadushalihin Imam Nawawy Dan Shohih. Wallohu A’lam Bishowab.

    Dibawah Ana lampirkan Kumupalan Hadits Berkaitan dengan Berbakti Kepada Orang Tua :

    1. Dari Abu Hurairah berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

    ٢٤/٣٢ ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتُ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ المسَّافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدَيْنِ عَلَى وَلَدِهِمَا.
    “Ada tiga doa yang tidak diragukan kemustajabannya, yaitu, doa orang yang dizhalimi (dianiaya), doa orang musafir, dan doa kedua orang tua kepada anaknya.”

    Hasan, di dalam kitab Ash-Shahihah (598), (Abu Daud: 8-Kitab Ash-Shalat, 29- Bab Ad-Doa’u Bizhahril Ghaibi, At-Tirmidzi, 25- Kitab Al Birru wash-Shilah, 7- Bab Ma Ja^afi Da’watil Walidaini. Ibnu Majah: 34- Kitab Doa\ 11- Bab Da’watul-Walid Da’watul Mazhlum, hadits 3862).

    25/33. Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
    ٢٥/٣٣ مَا تَكَلَّمَ مَوْلُوْدٌ مِنَ النَّاسِ فِي مَهْدِ اِلاَّ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمِ وَصَاحِبُ جُرَيْجٍ، قِيْلَ: يَا نّبِيَّ اللهُ! وَمَا صَاحِبُ جُرَيْجٍ؟ قَالَ: فَإِنَّ جُرَيْجًا كَانَ رَجُلاً رَاهِبًا فِي صُوْمِعَةٍ لَهُ، وَكَانَ رَاعِى بَقَرٍ يَأْوِي إِلَى أَسْفَلَ صَوْمعَتِهِ وَكَانَتِ امْرَأَةٌ مِنْ أَهْلِ الْقَرْيَةَ تَخْتَلِفُ إِلَى الرَّاعِى فَأَتَتْ أُمُّهُ يَوْمًا فَقَالَتْ: يَا جُرَيْجُ وَهُوَ يُصَلِّى، فَقَالَ فِي نَفْسِهِ، وَهُوَ يُصَلَّى: أُمِّى وَصَلاَتِى؟ فَرَأَى أَنْ يُؤَثِّرَ صَلاَتَهُ، ثُمَّ صَرَخَتْ بِهِ الثَّانِيَةُ، فَقَالَ فِي نَفْسِهِ: أُمِّى وَصَلاَتِى؟ فَرَأَى أَنْ يُؤَثَّرَ صَلاَتَهُ ثُمَّ صَرَخَتْ بِهِ الثَّالِثَةُ فَقَالَ: أُمِّى وَصَلاَتِى؟ فَرَأَى أَنْ يُؤَثِّرُ صَلاَتَهُ فَلَمَّا لَمْ يُجِبْهَا قَالَتْ: لاً أمًاتًكً اللهٌ يًا جٌرًيْجُ حَتَّى تَنْظُرَ فِي وَجْهِ الْمَوْمِسَاتِ ثُمَّ انْصَرَفَتْ .

    فَأُتِىَ الْمَلِكُ بِتِلْكَ الْمَرْأَةِ وَلَدَتْ فَقَالَ: مِمَّنْ؟ قَالَتْ: مِنْ جُرَيْجٍ، قَالَ: أَصَاحِبُ الصُّومِعَةِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ، قَالَ: اهْدُمُوْا صُوْمَعَتَهُ وَأُتُوْنِي بِهِ، فَضَرَبُوْا صُوْمَعَتَهُ بِالْفُئُوْسِ حَتَّى وَقَعَتْ. فَجَعَلُوْا يَدَهُ إِلَى عُنُقِهِ بِحَبْلٍﻧ ثُمَّ انْطَلَقَ بِهِ، فَمَرَّ بِهِ عَلَى الْمُوْمِسَاتَ فَرَآهُنَّ فَتَبَسَّمَ، وَهُنَّ يَنْظُرْنَ إِلَيْهِ فِي النَّاسِ، فَقَالَ الْمَلِكُ: مَا تَزْعُمُ هَذِهِ؟ قَالَ: مَا تَزْعُمُ؟ قَالَ: تَزْعُمُ أَنْ وَلَدُهَا مِنْكَ، قَالَ: أَنْتَ تَزْعُمَيْنَ؟ قَالَتْ: نَعَمْ، قَالَ: أَيْنَ هَذَا الصَّغِيْرُ؟ قَالُوْا هُوَ ذَا فِي حَجْرِهَا، فَأَقْبَلَ عَلَيْهِ فَقَالَ: مَنْ أَبُْوكَ؟ قَالَ: رَاعِي الْبَقَرِ، قَالَ الْمَلِكُ: أَنَجْعَلُ صُوْمَعَتَكَ مِنْ ذَهَبَ؟ قَالَ: لاَ، قَالَ: مِنْ فِضَّةٍ؟ قَالَ: لاَ، قَالَ: فَمَا نَجْعَلُهَا؟ قَالَ: رُدُّوْهَا كَمَا كَانَتْ، قَالَ: فَمَا الَّذِي تَبَسَّمْتَ؟ قَالَ: أَمْرًا عَرَفْتُهُ، أَدْرَكَتْنِى دَعْوَةُ أُمِّى ثُمَّ أُخْبِرُهُمْ .

    ‘Tidak ada seorang bayi yang dapat bicara di dalam ayunan (buaian) (ibunya) kecuali Isa ibnu Maryam ‘alaihissalam dan bayi (dalam cerita) Juraij.’ Ditanyakan, ‘Wahai Nabi Allah, bagaimana (cerita tentang) Juraij?’ Nabi menjawab, ‘Sesungguhnya Juraij adalah seorang yang selalu beribadah di dalam tempat ibadah miliknya. Ada seorang penggembala sapi yang tinggal di bawah tempat ibadahnya dan ada seorang perempuan dari penduduk desa berzina dengan penggembala sapi tersebut. Suatu hari ibu Juraij mendatangi Juraij yang sedang beribadah, lalu memanggilnya, ‘Wahai Jurai!’, sementara dia sedang beribadah, maka terdetik dalam hatinya, ‘Ibuku atau shalatku?’ Dia lebih mengutamakan shalatnya. Kemudian ibunya memanggilnya untuk kedua kalinya, lalu dia berkata dalam hatinya, ‘Ibuku atau shalatku?’ Dia mengutamakan shalatnya. Ibunya memanggilnya untuk yang ketiga kalinya. Juraij berkata dalam hatinya, ‘Ibuku atau shalatku?,’ Dia mengutamakan shalatnya. Tatkala Juraij tidak menjawabnya, (sambil marah) ibunya berdoa, ‘Mudah-mudahan Allah tidak mematikanmu, wahai Juraij! Kecuali engkau melihat wajah perempuan-perempuan pelacur’ kemudian ibunya pergi. Tiba-tiba seorang wanita yang melahirkan seorang bayi (hasil perzinahan) di hadapkan kepada seorang raja. Lalu raja tersebut bertanya, ‘Siapa yang menghamilimu?,’ Wanita tersebut menjawab, ‘Dari Juraij.’ Raja bertanya, ‘Pemilik tempat ibadah itu?’ Wanita itu menjawab, ‘Ya.’ Lalu raja memberikan perintah, ‘Rubuhkan (tempat ibadahnya) dan datangkan Juraij kepadaku.’ Lalu mereka (masyarakat) menghancurkan tempat ibadah tersebut dengan martil (kapak) yang beraneka ragam sampai roboh. Kemudian mereka mengikat tangan Juraij sampai lehernya dan diseret (menghadap raja) melewati para wanita pelacur dan dia tersenyum, para pelacur tersebut diperlihatkan kepadanya ditengah orang ramai. Lalu sang raja berkata, ‘Apa yang mereka tuduhkan (kepadamu)?,’ dia menjawab, ‘Apa yang dituduhkan oleh mereka (terhadapku)?,’ sang raja berkata, ‘Dia menuduhmu bahwa anaknya ini dari mu!,’ Juraij berkata, ‘Kamu menuduh demikian?,’ wanita itu menjawab, ‘Ya.’ Juraij berkata, ‘Di mana bayi itu?,’ mereka menjawab, ‘Itu, yang ada dipangkuannya!,’ lalu Juraij menghampiri bayi itu, seraya bertanya, ‘Siapa bapakmu?/ Bayi itu menjawab, ‘Penggembala sapi.’ Maka kemudian sang raja berkata, ‘Apakah kami membangun (kembali) tempat ibadahmu dari emas?,’ Juraij menjawab, “Tidak,” sang raja berkata, “Dari perak?,” Juraij menjawab, “Tidak,” sang raja berkata, “Lalu apa yang bisa kami jadikan untuk mengganti tempat ibadahmu itu?,” Juraij menjawab, “Kembalikan tempat ibadah itu seperti semula.” Sang raja bertanya, “Apa yang membuat engkau tersenyum?,” Juraij menjawab, “Tentang satu hal yang sudah aku ketahui bahwa aku terkena akibat dari doa ibu saya, lalu saya menceritakannya kepada mereka’.”
    Shahih, (Bukhari, 60-Kitab Al Anbiya^u, 48- bab (Wadzkur fi Kitabi Maryama) (Qs. Maryam (19): 16), Muslim 45- Kitab Al Birru ivash-Shilatu wal Adab, hadits 7,8).

    2. Dari Abu Bakrah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,

    ٢٣/٢۹ مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللهُ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ مِنَ الْبَغْىِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ .
    “Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk dipercepat siksanya atas pelakunya dan siksanya yang ditunda daripada berlaku aniaya dan memutuskan hubungan kerabat.”
    Shahih, di dalam Ash-Shahihah (915, 916), (Abu Daud, 40-Kitabul Adab, 43- Bab An-Nahyu Anil Baghyi, At-Tirmidzi, 351- Kitab Al Qiyamah, 57 Bab Haddatsana Ali ibnu Hajar ibnu Majah, 37 Kitab Az-Zuhd, 23- Bab Al Baghyu, hadits 4211).

    3.Dari Abdullah ibnu Amru berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
    ٢۱/٢٧ مِنَ الْكَبَائِرِ أَنْ يَشْتُمَ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ. فَقَالُوْا: كَيْفَ يَشْتُمُ؟ قَالَ: يَشْتُمُ الرَّجُلُ فَيَشْتُمُ أَبَاهُ وَأُمَّهُ
    ‘Termasuk dosa besar, seseorang mencaci maki kedua orang tuanya.’ Para sahabat bertanya, ‘Bagaimana dia mencaci maki?’ Rasulullah menjawab, ‘Dia mencaci seseorang, lalu orang itu mencaci maki bapak dan ibunya.’
    Shahih, di dalam kitab At-Ta’liqur-Raghib (3/221). (Muslim), 1-Kitabul Iman, hadits 146, Bukhari, 78, Kitabul Adab, 4- Bab La Yasubbur-Rajulu Walidaihi).

    4. Dari Abu Hurairah,
    ۱٦/٢۱ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: رَغِمَ أَنْفُهُ، رَغِمَ أَنْفُهُ، رَغِمَ أَنْفُهُ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلُ اللهِ! مَنْ؟ قَالَ: مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَهُ الْكِبَرِ، أَوْ أَحَدُهُمَا فَدَخَلَ النَّارَ .

    Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Celaka seseorang, celaka seseorang, celaka seseorang.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah! Siapa (yang celaka)?” Rasulullah menjawab, “Orang yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya (dalam keadaan tua) lalu dia (tidak berbakti), maka dia masuk neraka.”
    Shahih, di dalam kitab At-Ta’liqur-Raghib (3/215). (Muslim, 45-Kitab Al Birru Wash-Shilah wal Adab, hadits 9,10).

    5. Dari Abu Darda’ dia berkata,

    ۱٤/۱٨ أَوْصَانىِ خَلِيْلِي رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمِ بِتِسْعِ: لاَ تُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا وَإِنْ قُطًعْتَ أَوْ حُرُقْتَ، وَلاَ تَتْرُكَنَّ الصَّلاَةَ ْمَكْتُوْبَةً مُتَعَمَّدُا فَمَنْ تَرَكَهَا مُتَعَمِّدًا فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُ الذِّمَّةُ، وَلاَ تَشْرَبِ الْخَمْرَ، َإِنَّهَا مِفْتَاحُ كُلِّ شَرٍّ، وَأَطِعْ وَالِدَيْكَ وَإِنْ أَمَرَاَكَ أَنْ تَخْرُجَ مِنْ دُنْيَاكَ فَاخْرُجْ لَهُمَا وَلاَ تٌناَزِعَنَّ وُلاَةَ اْلأَمْرِ وَإِنْ رَأَْيتَ أَنَّكَ أَنْتَ، وَلاَ تَفِرَّر مِنَ الزَّحْفِ وَإِنْ هَلَكْتَ وَفَرَّ أَصْحَابِكَ وَأَنْفِقْ مِنْ طُوْلِكَ عَلَى أَهْلِكَ وَلاَ تَرْفَعْ عَصَاكَ عَلىَ أَهْلِكَ وَأَخِفْهُمْ فِي اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

    “Rasulullah salallahu alaihi wasallam berwasiat kepadaku dengan 9 hal: jangan meneykutukan Allah dengan sesuatu apapun sekalipun engkau dipotong (tubuhmu) atau dibakar, jangan meninggalkan shalat dengan sengaja, maka bebaslah tanggung jawab atasnya, janganlah minum khamar, karena khamar pangkal segala kejahatan, taatilah kedua orang tuamu, sekiranya keduanya memerintahkan kepadamu agar kamu ke luar dari duniamu, maka keluarlah demi keduanya, janganlah menentang penguasa, sekalipun engkau beranggapan bahwa engkau yang benar, janganlah lari dari peperangan, sekalipun engkau akan terbunuh dan teman-temanmu meninggalkanmu, bersedekahlah kepada keluargamu sesuai dengan kemampuanmu, dan janganlah berlaku kasar kepada keluargamu dan ringankanlah beban mereka karena Allah Azza wa Jalla.
    Hasan, di dalam kitab Al Irwa (2026( (Ibnu Majah, 36 Kitabul Fitan, Bab As-Shahru Alal Bala’i hadits 4034)

    6. Dari Abu Hurairah, dia berkata.
    ٥/٥ قِيْلَ: يَا رَسُوْلُ اللهِ مَن أَبَرُّ؟ قَالَ: أَمَّكَ، قاَلَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمَّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمَّكَ،[ثُمَّ عَادَ الرَّابِعَةَ فَ] قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أَبَاكَ.
    Ditanyakan (kepada Rasulullah), “Wahai Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam! Siapa yang harus aku perlakukan dengan baik?” Rasulullah menjawab, “Ibumu” Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Rasulullah menjawab, “Ibumu” Lalu dia bertanya, “Lalu siapa?” Pertanyaan ini diulanginya hingga empat kali, dan Rasulullah menjawab, “Ayahmu”.
    Shahih, dalam kitab Al Irwa (837), Adh-Dha’ifah (4992), (Bukhari, 78 Kitabul Adab, 2. Bab Man Ahaqqun-Nasi Bihusnish-Shahabah, Muslim, 45- Kitab Al Birru wash-Shilah wal Adab, hadits 1, 2, dan 3).

    7. Dari Bahaz bin Hakim, dari bapaknya, dari kakeknya, aku berkata,

    ۳/۳ يَا رسول الله مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ : أُمَّكَ، قُلْتُ:ثُمَّ مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ: أُمَّكَ، قُلْتُ:ثُمَّ مَنْ أَبّرُّ؟ قَالَ : أّمَّكَ، قُلْتُ:ثُمَّ مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ: أَبَاكَ، ثُمَّ اْلأَقْرَبَ فَاْلأَقْرَبَ

    “Wahai Rasulullah! Siapa yang harus saya perlakukan dengan baik?” Rasulullah menjawab, “Ibumu”. Saya bertanya lagi, “Siapa yang harus saya perlakukan dengan baik?” Rasulullah menjawab, “Ibumu” Lalu saya bertanya, “Siapa yang harus saya perlakukan dengan baik?” Rasulullah menjawab, “Ibumu”. Saya bertanya, “Siapa yang harus saya perlakukan dengan baik?.” Rasulullah menjawab, “Bapakmu, kemudian kerabat yang terdekat, lalu kerabat yang terdekat.”
    Hasan, di dalam kitab Al Inva (2232, 829), dan di dalam (Sunan Tirmidzi, 25- Kitab Al Birru wa Ash-Shilat, 1- Bab Ma Ja’a fi Birril-Walidain).

    8. Dari Aim Amr Asy-Syaibani, dia berkata, “Pemilik rumah ini meriwayatkan kepadaku -sambil memberikan isyarat dengan tangannya ke rumah Abdullah- dia berkata,
    ۱/۱ سَأَلْتُ النبي صلى الله عليه وسلم: أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ؟ قَالَ : الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ ؟ قَالَ : ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ ، قُلْتُ : ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ ثُمَّ الْجِهَادِ فِي سَبِيْلِ اللهِ قَالَ : فَحَدَّثْنِي بِهِنَّ وَلَوِ اسْتّزَدْتُهُ لَزَادَنِى
    ‘Saya bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi xoasallam, “Apakah perbuatan yang paling dicintai Allah Azza wa Jalla?.” Nabi menjawab, “Shalat pada waktunya”. Kemudian saya bertanya lagi, “Lalu apa?.” Rasulullah menjawab, ‘Kemudian berbuat baik kepada kedua orang tad’. Lalu saya kembali bertanya, “Lalu apa?” Rasulullah menjawab, “Kemudian jihad dijalan Allah’.” Abdullah berkata, ‘Rasulullah menerangkan perkara tersebut kepadaku. Sekiranya aku meminta tambahan kepadanya, maka niscaya beliau akan menambahnya untukku.’”Shahih, disebutkan di dalam kitab Al Inua* (1197), (Bukhari, 9. Kitab Mawaqitush-Shalat, 5- Bab Fadhlus-Shalati li Waqtiha. Muslim, 1-Kitab Al Iman, hadits 137,138,139 dan 140)

    8. Dari Abdullah bin Umar, dia berkata,
    ٢/٢ رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
    “Ridha Tulian terletak pada ridlta kedua orang tun dan kemurkaan Tuhan terletak pada kemurkaan kedua orang tua”.
    Hasan mauquf dan shahih marfu’ didalam kitab Ash-Shahihah (515).

    Abu Amina Alanshariy Aljawiy
    Ma’had Annashihah Cepu
    http://annashihahcepu.wordpress.com

     

  37. Nova Victor G. berkata

    September 5, 2011 pada 8.18 Assalamualaikum..
    Saya sudah membaca tulisan2 saudara di atas.Dan menurut saya,saudara sudah mengerti betul akan dunia Islam.Saya ingin mencoba rekomendasikan diri dengan menanyakan hal ini.

    Saudara ikut aliran Islam yang mana?
    jelas saja ahlussunah,tapi lebih spesifiknya apa…
    Muhammadiyah,NU atau yang lain…
    trs terang sya msh blm mngerti yang mana itu ahlussunah..
    Terima kasih.

    Abu Amin Cepu :
    Waalaikumussalam Warohmatulloh,
    Bismillah.Saudara Victor Semoga Alloh ta’ala anugerahkan Ilmu dan amal bermanfaat untuk anda.

    Jawaban atas pertanyaan anda:
    1.Pada prinsipnya dalam Islam dilarang adanya kelompok kelompok yang terjatuh kedalam pembanggaan golongan serta fanatisme kelompok sehingga lupa kepada Tujuanya dalam beragama yaitu mentauhidkan Alloh dengan mencotah Rosul
    sebagaimana firmanya :
    و لا تكونوا من المشركين ، من الذين فرقوا دينهم و كانوا شيعا ، كل حزب بما لديهم فرحون” (سورة الروم)
    “Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada
    pada golongan mereka.”(Ar-Ruum: 31-32)

    Sehingga saya tidak mempunya Aliran tertentu. Jadi saya “SEORANG MUSLIM DENGAN MENITI MANHAJ SALAFU SHOLEH” yang bebas kekangan aliran tertentu dan Dengan berusaha menyambut dan menempuh seruan Firman Alloh Ta’ala :

    وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنْ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ “

    Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan ORANG ORANG YANG MENGIKUTI MEREKA DENGAN BAIK, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar” Qs.Ataubah 100

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيْ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (الحجرات: ).
    Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS.Alhujarot Ayat 1)

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
    Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. QS.Anisa Ayat 59

    2.Semua manusia terlahir dalam keadaan jahil/tidak mengerti maka Alloh memerintahkan untuk kita menuntut ilmu dan beramal dengan ilmu, anda bisa belajar pada para ustadz yang kami rekomendasikan di page ini dan boleh ke ustadz lainnya dari manapun asalnya dan tempatnya yang penting aqidahnya lurus atau bisa perdalam ilmu disini :

    http://www.asysyariah.com/

    Semoga Alloh memberi keihlasan dan kefahaman kepada anda serta menjadikannya sebagai modal untuk menpelajari agama ini dari hamba-hamba yang lurus aqidahnya.Wallohu A’lam.

  38. Anonymous berkata

    September 7, 2011 pada 8.18 maaf apkah anda ikuut islam salafiyah?

    Insyalloh Demikian.dan siapa saja boleh mengakunya dari kaum muslimin serta pengakuan tidak mencerminkan hahikat sesuatu, Misal seorang yang MENGAKU “PEDAGANG MINYAK WANGI KEMUDIAN MEMPUNYAI BAU YANG TIDAK MENGENAKKAN APAKAH ORANG LAIN AKAN PERCAYA DENGAN PENGAKUANYA? akan tetapi yang terpenting adalah hati, perkataan dan amal sesuai dengan salafiyah (Rosul dan para sahabat serta yang mengikuti mereka dengan baik,QS.Attaubah ayat 100) Allohu A’lam Bishowab.


Tinggalkan komentar